Hambatan Komunikasi di Media Sosial

“Kok bisa ya. Teknologi komunikasi semakin maju, kok rasanya semakin kesini semakin susah ngobrol nyambung sama rangorang”?

Begitu salah satu komentar dari teman pada diskusi suatu waktu.

Relate?

Kupikir iya. Teknologi digital seharusnya membuat komunikasi lebih mudah, lebih cepat dan lebih baik. Tetapi mengapa tidak terjadi begitu, malah lebih sering sebaliknya?

Kalau begitu, mesti ada hambatan, baik antara kamu dengan orang terdekatmu, keluarga atau “si doi” (internal) maupun dengan pihak ketiga (eksternal). Hal serupa juga berlaku secara internal antara rekan kerja dan secara eksternal dengan orang-orang yang perlu kamu jangkau dengan pesan organisasi tempatmu berada.

Hambatan inilah yang mengganggu kemampuanmu untuk menyampaikan apa yang kamu maksudkan melalui email, obrolan, teks, papan diskusi, aplikasi, media sosial, situs web, dan saluran online apa pun.

Mari kita lihat apa saja hambatan itu.

#1. Hambatan fisik

Hambatan fisik menghadirkan tantangan yang berbeda untuk komunikasi offline versus online. Teknologi telah membantu mengurangi dan bahkan mengatasi jarak, memungkinkan orang berbagi informasi tanpa perlu bertemu di kehidupan nyata. Tapi, hambatan fisik bukan hanya soal jarak, melainkan juga waktu, tempat dan media.

Waktu menjadi penghalang jika kamu tidak memiliki cukup waktu dalam sehari untuk menanggapi email, memperbarui situs webmu atau membuat konten untuk saluran lain, dan jika kamu berbagi informasi tetapi orang-orang tidak mendengarkan. Misalnya: kamu ingin berbagi konten materi lewat Zoom yang sudah kamu persiapkan presentasinya dengan baik, tetapi sayangnya ketika kamu berbicara orang-orang tidak mendengarkan.

Tempat menjadi penghalang jika kamu mencoba berkomunikasi dengan orang-orang di saluran yang belum mereka gunakan, atau tempat mereka tidak menerima informasi yang kamu coba bagikan. Misalnya: kamu ingin berbagi tautan tulisan yang sudah kamu racik dengan telaten di Tumblr, tetapi ternyata teman-temanmu tidak bisa membuka pesanmu karena situs tersebut sudah tidak bisa diakses secara wajar di Indonesia.

Media adalah penghalang jika alat komunikasi digitalmu gagal berfungsi seperti yang diharapkan, seperti jika algoritme menyembunyikan pesanmu atau jika orang yang perlu kamu hubungi tidak memiliki akses. Misalnya: kamu tertarik menonton sebuah video yang bagus di sebuah halaman Facebook, tetapi sayangnya temanmu di negara lain tidak bisa membukanya karena kebijakan pemilik aplikasi.

#2. Hambatan emosional

Hambatan emosional atau psikologis mungkin merupakan hambatan komunikasi yang paling umum, baik digital maupun komunikasi langsung secara tatap muka.

Sampainya pesanmu bukan hanya soal terkirim atau tidak, tetapi juga soal diterima atau tidak. Orang yang menjadi alamat pesanmu juga harus mau mendengarkan dan percaya, dan membuat keputusan yang baik. Keyakinan, sikap, dan nilai individu yang mereka miliki memiliki pengaruh yang kuat terhadap cara mereka memproses informasi yang kamu bagikan.

Itulah sebabnya orang dapat dengan mudah salah menafsirkan komunikasi digital, yang seringkali tidak mencakup infleksi vokal, nada suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh, atau jenis isyarat visual atau audio lainnya yang diandalkan orang untuk memahami makna emosional. Karena manusia adalah makhluk emosional, kamu tidak dapat menghilangkan emosi dari komunikasi. Emosi dapat membantu penyebaran pesan.

Maka, sebelum kamu menekan tombol kirim, publikasikan, posting atau tweet, jeda untuk mengevaluasi motivasi emosional dari apa yang akan kamu komunikasikan.

Periksa keadaan emosimu saat ini, pertimbangkan apakah perasaanmu secara tidak sengaja mengubah pesanmu, dan tinjau kontenmu untuk menemukan sesuatu yang tidak pada tempatnya.

Selanjutnya, tingkatkan empatimu. Bayangkan orang yang ingin kamu ajak berkomunikasi dan pikirkan tentang respons emosional seperti apa yang ingin kamu: apakah ada bagian dari pesanmu yang dapat disalahartikan.

#3. Hambatan identitas

Hambatan identitas yang ada di masyarakat dapat menjadi bagian atau diperkuat oleh upaya komunikasi digital. Hambatan ini dapat mencakup jenis kelamin, ras, etnis, orientasi seksual, kelas, usia, kecacatan, status veteran, atau identitas pribadi, sosial, atau budaya lainnya. Hambatan identitas dapat menyebabkan miskomunikasi dan kesalahpahaman, serta kesalahpahaman tentang orang dan gagasan mereka. Bahkan jika kamu tidak secara sadar membangun penghalang identitas, mereka dapat menyerang pesanmu dan caramu berkomunikasi.

Siapa yang menulis konten onlinemu, siapa yang menjalankan webinarmu, siapa yang kamu kutip dalam artikel, siapa yang kamu tunjukkan dalam foto dan video, yang ceritanya kamu ceritakan, siapa yang mengumpulkan dan menganalisis datamu, di mana kamu berbagi, siapa yang kamu ikuti serta libatkan secara online; semua ini dapat memperkuat atau mengurangi hambatan identitas ini.

Maka, untuk meminimalkan hambatan identitas, ambil langkah-langkah menuju komunikasi digital yang lebih inklusif. Kumpulkan umpan balik tentang bagaimana saluran komunikasi digital, konten, dan pendekatanmu dapat mendorong hambatan identitas. Tinggalkan asumsimu dan dengarkan orang, subkultur, dan komunitas yang pengalamannya berbeda denganmu. Rekrut dan kenali lebih banyak jenis orang sebagai pembuat digital, pembawa pesan, dan pemberi pengaruh. Berusahalah untuk memahami norma, nada, dan saluran yang digunakan berbagai kelompok orang untuk berkomunikasi, dan sesuaikan pendekatan komunikasi digitalmu untuk bertemu dengan mereka di mana mereka berada.

#4. Hambatan semantik

Hambatan semantik adalah tentang perbedaan interpretasi kata dan simbol yang digunakan untuk berkomunikasi. Bisa jadi orang yang berbicara dalam bahasa atau dialek yang berbeda, memiliki kemampuan bahasa yang terbatas, tidak memiliki banyak pengetahuan tentang suatu masalah, atau menggunakan kata dan simbol dengan cara yang berbeda darimu.

Potensi ambiguitas semantik sangat kuat terutama dalam komunikasi digital di mana tagar yang sedang tren, meme yang terbang cepat, dan emoji masing-masing dapat menyampaikan ide yang kompleks dan berkembang, menumbuhkan solidaritas melalui pemahaman bersama, namun mengecualikan orang yang tidak memahami maknanya.

Hal yang sama berlaku untuk jargon, slang, akronim, dan bahasa yang terlalu kompleks, yang penggunaannya cenderung menciptakan penghalang antara mereka yang mengerti dan yang tidak. Komunikasi digital yang efektif tidak dapat terjadi jika pengirim dan penerima tidak memiliki pemahaman yang sama tentang pesan yang dimaksud. Sekalipun orang berbicara dalam bahasa yang sama, konteks, budaya, atau faktor lain seseorang juga dapat mengubah arti kata dan simbol serta menciptakan perbedaan pemahaman.

#5. Hambatan aksesibilitas

Hambatan aksesibilitas sering kali diabaikan dalam upaya menuju komunikasi digital. Komunikasi digital hanya efektif jika orang dengan semua kemampuan dapat mengakses dan memahami informasi.

Organisasi yang melayani masyarakat memiliki kewajiban untuk berkomunikasi secara efektif dengan penyandang disabilitas komunikasi. Foto, grafik, emoji, streaming langsung, webinar, podcast, PDF, video, dan format audio dan visual lainnya sekarang menjadi bagian penting dari cara orang dan organisasi berkomunikasi secara online. Namun, setiap format konten ini dapat mencegah sebagian orang mengakses informasi.

Mengatasi hambatan aksesibilitas komunikasi digital membutuhkan lebih dari sekadar memberi teks video dan menambahkan deskripsi ke gambar, meskipun keduanya penting untuk dilakukan. Informasi harus dapat diakses oleh orang-orang dengan gangguan penglihatan, pendengaran, motorik atau kognitif, atau gangguan lain yang dapat mempengaruhi komunikasi dan pemahaman.

#6. Hambatan perhatian

Hambatan perhatian adalah ketika orang melewatkan apa yang kamu katakan karena mereka teralihkan dari fokus penuh pada pesanmu. Saat kamu mencoba berkomunikasi dengan orang-orang saat mereka menggunakan komputer, tablet, ponsel cerdas, atau perangkat lain, kamu sebenarnya sedang bersaing untuk mendapatkan perhatian mereka dengan gangguan online dan dunia nyata.

Orang mudah lelah dengan informasi yang berlebihan, dengan sedikit perhatian tersisa. Mereka juga akan bingung jika kamu memberi mereka terlalu banyak detail atau opsi, atau jika mereka tidak dapat dengan mudah menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan unik mereka. Mereka mungkin ingin memperhatikan pesanmu, tetapi bos mereka berteriak, anak mereka menangis , ayam berkokok di pekarangan rumah atau telepon mereka berdering.

Sulit untuk menembus kebisingan dan mengatasi hambatan perhatian untuk komunikasi online. Saat berkomunikasi secara digital, kamu mungkin tidak tahu apakah audiensmu memperhatikan. Inilah mengapa mengukur dampak komunikasimu sangat penting — dan sangat menantang.

#7. Hambatan kredibilitas

Hambatan kredibilitas mengganggu komunikasi digital saat orang tidak dapat mempercayai pesan, pembawa pesan, atau keduanya. Pada saluran digital, mudah untuk menemukan pesan di luar konteks, menganggap pembawa pesan bias, atau memaksakan arti yang berbeda dari yang dimaksudkan dalam tweet 280 karakter atau email yang ditulis terburu-buru.

Orang dapat memanipulasi kehadiran digital mereka agar tampak seolah-olah mereka adalah otoritas atau pemberi pengaruh, meskipun mereka tidak memiliki kredensial atau pengikut untuk mendukung klaim tersebut. Orang-orang juga masih tertipu oleh gambar-gambar yang diedit dan ditipu oleh orang iseng, sementara audio dan video yang dimanipulasi (alias deepfakes) menjadi masalah serius.

Orang-orang mengandalkan perusahaan teknologi untuk memverifikasi akun, memblokir pengirim spam, memblokir peretas, melindungi privasi, dan mencegah orang lain berpura-pura menjadi orang lain – tetapi belakangan ini perusahaan-perusahaan ini menunjukkan bahwa mereka tidak sanggup melakukan tugas itu.

Orang-orang semakin mempertanyakan apakah informasi yang mereka dapatkan melalui saluran digital dapat dipercaya dan khawatir tentang seberapa aman berpartisipasi dalam percakapan online. Saat orang-orang kehilangan kepercayaan pada kemampuan perusahaan teknologi untuk mengawasi platform mereka dan melindungi penggunanya, kita yang mengandalkan saluran ini untuk berkomunikasi perlu mengembangkan kepercayaan dari audiens kita.

Selamat berkomunikasi!


Disempurnakan dari DotEdu
Facebook Comments

Published by

Donald

A great Big Bang and then it all starts, we have no idea where will it end to ...

2 thoughts on “Hambatan Komunikasi di Media Sosial”

  1. Yanh paling berpengaruh itu fisik sih pak,soalnya kalo fisik kita kurang otomatisasi rasa percaya diri akan berkurang, bahkan rasa percaya diri inilah yang bisa membuat kita berani mengucapkan atau mengemukakan opini” kita

Komentar