Mengapa Joel Masih Merindukan Dea?

 

Sebenarnya tulisan ini lebih tepat diberi judul "Mengapa Kita Merindukan Seseorang". Ini ubahsuai bahasa yang paling dekat dengan judul asli dari sumbernya. Hanya saja, kuperhatikan keseringan menggunakan kata "kita", orang bosan karena merasa digurui, dikotbahi, atau istilah gaulnya "patronized". Jadi, kupilih judul parafrase menggunakan kata ganti orang ketiga dengan nama samaran, yakni 'Joel'.

Seperti kalian semua pembaca pada umumnya, Joel juga pernah berada pada posisi dimana dia harus berpisah dengan seseorang yang dekat dengannya.

Perpisahan ini bisa terjadi karena memang sudah menjadi konsekuensi dari lingkaran kehidupan dan kematian. Tetapi bisa juga karena putusnya hubungan dengan pacar, suami/isteri (breakup atau cerai). Atau terpisah dari seorang teman dekat alias bestie karena orangnya harus berangkat ke luar negeri melanjutkan kuliah atau demi karir yang lebih baik.

Yang menjadi masalah adalah: selama ini Joel terlalu melekat dengan Dea. Sehingga ketika perpisahan terjadi, Joel merasa sangat terluka. Sering juga dibumbui dengan perasaan nostalgia dan kesedihan.

Malam ini, Joel kembali membolak-balik buku filsafat. Ia teringat kembali ternyata ada beberapa sudut pandang filsafat yang bisa membantunya menghadapi pengalaman yang kurang menyenangkan ini.

Renungkanlah ketidakpermanenan hidup.

Dipikir-pikir karo ngopi item lan ngudud, ternyata cukup banyak orang (atau malah semua) yang melakukan hal konyol, yakni: Merindukan sesuatu yang tetap di semesta yang secara kodrati memang tidak permanen ini.

Ini tampak sangat jelas dalam hal kemelekatan dengan orang lain.

Ketika sesuatu terasa menyenangkan, Joel ingin tetap berada pada situasi itu selama mungkin. Maka ketika Joel melekat dengan Dea, atau Joice mantannya yang kedua, tentu saja dia tidak ingin ikatan ini berakhir begitu saja secepat ini.

Nyatanya, semuanya datang dan pergi silih berganti, begitu juga dengan manusia dan orang di sekitar Joel.

Justru ketidaktetapan alias impermanensi inilah yang membuat kehidupan jadi masuk akal, menjadi mungkin. Lho kok?

Bayangkan kalau kehadiran mereka permanen; itu berarti mereka akan selalu ada disini dan tidak akan pernah berhenti ada disini. Mereka lahir dan tak pernah mati.  Apa akibatnya? Mereka akan menjadi makhluk yang statis, tidak berubah dan sepenuhnya bisa ditebak. Lantas, apa menariknya mereka jadinya?

Perlahan, Joel menyadari, sebagai manusia, Joel sering tidak tertarik pada apapun yang tidak berubah. Yang menariknya justru adalah ketidakpastian, dan dalam konteks relationship dengan seorang yang lain, mereka menjalin ikatan dalam semesta yang sepenuhnya di luar kendali ini, termasuk Joel dan si mantan. Maka, kodrat perubahan berarti manusia berubah; minat mereka berubah, pilihan-pilihan hidup mereka berubah, berpindah tempat tinggal, menua, sakit lalu mati.

Inilah pengorbanan yang kupikir tak hanya Joel dan si mantan, tapi semua orang harus persembahkan di gelanggang entropi kehidupan ini. Inilah alasan untuk sepenuhnya menikmati waktu bersama dengan orang yang Joel cintai selama mereka hidup dan berada di sekitarnya, tetapi dengan kesadaran dan penerimaan bahwa, suatu hari nanti, perubahan yang tidak terelakkan ini akan mencabut mereka dari hidupnya.

Tidak selalu mudah dalam pelaksanaanya, tetapi kutipan terkenal dari seorang pertapa Buddhis Thich Nhat Hanh meninggalkan renungan yang mendalam di hati Joel:

Jika aku tidak kosong, maka aku akan menjadi sebuah bongkahan materi padat saja. Aku tidak bisa bernapas. Aku tidak bisa berpikir bahkan. Menjadi kosong berarti menjadi hidup, menarik napas ke dalam dan menghembuskan napas keluar. Aku tidak bisa hidup kalau aku tidak kosong dan mengosongkan diri. Maka aku seharusnya tidak mengeluh soal impermanensi, sebab tanpa impermanensi, tidak ada apapun yang bisa menjadi apapun.

Lepaskanlah Kemelekatan

Joel sudah terlanjur hidup. Terlempar dalam “nasib” yang tak ingin dan tak bisa ditentangnya. Satu hal disadarinya: kehidupan tidak menjanjikan apapun supaya Joel menjalaninya.

Semesta ini telah memberikan pada Joel, itu yang dia punya sekarang ini. Joel tidak terikat kepada apapun selain dari apa yang datang padanya.

Kedua keniscayaan ini mungkin kedengaran kejam, tapi memang demikian faktanya. Tak ada janji dan jaminan bahwa Joel akan menjalani perkawinan yang stabil atau berada pada lingkaran sosial yang luas. Memang benar, kerap masyarakat membuatnya percaya bahwa Joel pantas memiliki banyak hal indah dan besar dalam hidupnya yang singkat ini, termasuk bahwa Joel berhak dicintai secara loyal dan konsisten oleh beberapa orang tertentu, tetapi realitas berkata: TIDAK.

Maka, ketika Joel merindukan Dea, yang sebenarnya terjadi ialah: Joel tidak puas dengan kenyataan Dea tidak lagi hadir dalam hidupnya.

Setelah putus pacaran, Joel terkadang merasa bahwa dia punya hak untuk tetap bersama dengan Dea, dan bahwa benar tidak adanya Dea sungguh mengganggu Joel.

Tetapi dalam rancangan besar semesta ini: sebenarnya Joel tidak memiliki siapapun – kebetulan saja untuk sementara waktu Joel punya giliran untuk bersama dengan Dea. Atau dengan Joice, sebelumnya.

Ada yang bertahan dan setia mendampinginya sampai hari ini, tetapi kebanyakan hanya numpang lewat.

Menyitir kata Epictetus, sang filsuf Stoa yang terkenal itu, seharusnya Joel menganggap hidup itu seperti pesta jamuan makan saja. Menikmati apa yang tersedia, sekaligus menerima kenyataan bahwa ada juga yang sambil lalu. Seperti Joel, kamu juga boleh bertanya:

Ada nggak yang ditawarkan padamu? Ulurkan tangan, ambil bagianmu sekadarnya. Kamu dilewatkan, tidak diladeni? Biarin aja, nggosah dihentikan.

Tidak perlu meluapkan keinginan untuk menikmatinya, tapi tunggu sampai datang sendiri padamu.

Lakukanlah hal ini, terapkan prinsip ini ketika kamu bersikap dan berlaku pada anak-anak, kepada seorang istri, atas postingan orang-orang, terhadap orang-orang kaya, maka seperti Joel, kamu akan menjadi tamu yang pantas dan layak ikut dalam perjamuan para dewa.

Cintailah tanpa harus berada dekat secara fisik

Mencintai seseorang berarti membuat mereka bebas; dan benar-benar bebas tak hanya merasa bebas.

Ketika Dea meninggalkan Joel atau karena alasan apapun terpisah darinya, alih-alih mengiba supaya Dea kembali, Joel bisa mencintainya tanpa menjadi egois.

Kalau Joel mencintai Dea karena sesuatu yang Dea bisa dan biasa lakukan untuknya, meskipun sekedar tindakan kecil seperti hadir menemaninya dan ngobrol bersama, kemungkinan Joel merindukannya sebagian karena fungsi dan kegunaan Dea untuk hidup Joel. Dulu Dea memang membuat Joel merasa senang, memasakkan makanan, mendengarkan keluhan dan curhat, membuatnya terhibur. Dan sekarang, setelah semua itu tidak ada, Joel kecewa.

Pada momen ini, patutlah Joel bertanya: apa yang terbaik untuk Dea? Bagaimana kalau ternyata dengan kepergian Dea, justru itu yang terbaik untuknya? Mungkin saja, misalnya, dia pergi ke pulau lain, ke negara lain, justru untuk mengejar mimpi dan mewujudkan ambisinya?

Maka, fokus Joel adalah apa yang baik untuk Dea daripada apa yang baik untuk Joel. Lebih sering terjadi, kemungkinan Dea lebih baik sekarang setelah mereka  berpisah, dan tentu saja ini alasan yang tepat untuk turut merasa bahagia.

Bagaimana kalau sebaliknya, Dea sekarang juga tidak bahagia? Tidak apa-apa. Joel masih bisa mengharap dan berdoa yang terbaik untuk Dea, sekalipun tetap mereka tidak bersama dan tidak mendapatkan apapun darinya.

Dengan cara ini, sepertinya Joel bakal bisa mengubah hasrat yang menyakitkan untuk tetap bersama Dea, menjadi apa yang Buddha sebut sebagai kebaikan penuh cinta (loving kindness): sebuah harapan tanpa syarat agar semua makhluk berbahagia. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata.

Fokus pada Saat Ini

Cara terbaik dan paling praktis ketika mengalami galau akibat merindukan seseorang adalah mengalihkan perhatian ke masa sekarang.

Kalau saja Joel berfokus pada tugas rumah atau pekerjaan kantor, atau benar-benar terlibat dalam percakapan dengan orang lain, perhatiannya tidak akan lagi tertuju pada Dea yang selalu dirindukannya itu.

Seperti kata oppung-nya Stoik, Marcus Aurelius ini:

Ingatlah, masa lalu dan masa depan tidak punya kuasa atasmu.

Hanya masa kini-dan bahkan inipun bisa diminimalisir. Tandai batasannya.

Jika pikiran Joel tergoda dan terus mencoba untuk mengklaim bahwa tak bisa tenang selain mengingat masa lalu dan berangan-angan akan masa depan, maka Joel sepatutnya merasa malu.


Ketika Joel menghabiskan banyak waktu dan energi dengan merindukan Dea, maka Joel sebenarnya sedang memberikan kendali kuasa atas perasaannya saat ini pada ingatan masa lalu, secara sukarela.

Tidak ada yang salah dengan kenangan, tetapi keinginan untuk memiliki lagi apa yang sudah pergi seharusnya tidak mendikte apa yang Joel lakukan hari ini.

Bila Joel tidak bisa melepas dan terus mengharap atas sesuatu yang sudah tidak ada, maka momen sekarang yang Joel rasakan akan kelabu, tak hidup, dan kerap penuh keputusasaan. Mengapa begitu? Sederhana saja. Ketika Joel membuka pintu supaya masa lalu kembali, yang tentu saja tidak akan pernah terjadi, maka Joel sedang menutup pintu bagi masa sekarang.

Ini tentu saja membuat banyak kesempatan hilang. Kesempatan yang jelas-jelas ada sekarang.

Padahal, jika Joel merindukan Dea, dan sungguh mencintai Dea, dan cinta itu timbal-balik; bukankah Dea juga menginginkan yang terbaik untuk Joel, yaitu hidup dengan bahagia di masa sekarang?

Facebook Comments

Published by

Donald

A great Big Bang and then it all starts, we have no idea where will it end to ...

2 thoughts on “Mengapa Joel Masih Merindukan Dea?”

Komentar