Semiotika dalam Penulisan Naskah Lakon

Jessy sudah mulai asyik mengerjakan naskahnya. Tetapi ini baru terjadi hari ini. Sebelumnya, ia harus melalui perjuangan yang cukup melelahkan.

Pak Heru, Guru Seni Budaya yang sudah beberapa kali menjelaskan premis, stake, goals, obstacle, wants, needs dan istilah rumit lainnya beberapa kali harus mengulang materi yang sama. Sebenarnya, masuk akal sih. Jessy, si anak IPA yang ambis ini memang sudah terbiasa dengan materi pelajaran yang pasti dan eksak. Ya, mereka kan guru. Mestinya dikasih tau donk, langkahnya apa saja. Kalau perlu, huruf apa yang harus ditulis pertama kali, dan sekalian dengan jenis font yang bagus. Sialnya, selama materi kepenulisan naskah, hal itu tidak pernah terjadi. Malah, tanpa disadari, seluruh sekuens dari kerangka dramatik alias metode penulisan 8 sequence sudah selesai dibahas di kelas.

“Ini hanya panduan. Disuruh merumuskan premis. Terus, apa dialog pertama yang harus kutulis? Mana acci kek gitu?”, begitu kalimat yang muncul di benak Jessy.

Sampai kemudian dia bermimpi pada suatu malam. Dia tidak persis ingat cerita mimpinya. Yang tersisa hanya ingatan samar bahwa di mimpinya, Ben, cowok di kelasnya mengajaknya menanam pohon di samping rumah. Itu saja. Benih. Rumah.

Awalnya ia merasa semua ini absurd. Mimpi yang absurd, tetapi menyimpan banyak tanda. Kemudian tumbuh rasa penasaran apakah semua ini hanya tanda, atau ternyata pertanda yang sarat makna.

Ia ingat kembali: benih dan rumah. Kedua benda dalam mimpi ini semakin lama semakin sering muncul di benak Jessy, menghantuinya.

Oh iya. Baru dia ingat. Pak Heru sepertinya pernah menjelaskan ini di kelas. “semiotik”, itu istilahnya. Maka dia berselancar sebentar di internet. Halaman itu berbunyi:

“Semiotik memiliki dua tokoh utama, yaitu Charles Sander Pierce di Amerika Serikat (1834-1914) dan Ferdinand de Sausure di Swiss (1857-1913). Pierce menyebut ilmu semiotik dengan nama semiotik, sedangkan Sausure menyebut semiotik dengan semiologi. Dari kedua tokoh ini muncul semiotik aliran Pierce yang dikenal dengan semiologi komunikasi, semiologi konotatif oleh Roland Bartnes, dan semiotik ekspansif yang dipelopori oleh Julia Kristeva.
Munculnya berbagai aliran semiotik dipengaruhi oleh fakta historis, geografis, metodologis, dan kepribadian. Dalam semiotik, hal tersebut akan mempengaruhi dalam pemberian arti sebuah penanda menjadi petanda. Selain itu, fenomena sosial juga dapat dibahami berdasarkan model bahasa yang dapat disebut tanda.”

Apakah benih dan rumah dalam mimpinya punya makna?

Benih. Rumah.

Kepada siapa dia bertanya untuk mengkaji arti benih dan rumah?

Oh iya.

Tentu saja.

Jessy mulai tersenyum. Sepertinya dia sudah mulai memahami arti dari mimpi ini. Bahkan, dia jadinya senang setelah mengetahui bahwa benih dan bunga adalah tanda dari keinginan bawah sadarnya. Asa yang selama ini dia pendam dalam-dalam. Tak pernah diberitahukannya kepada siapapun, bahkan tidak dengan diarinya.

Bukankah selama ini dia mengagumi Ben dalam diam?


Sejak saat itu, Jessy mulai bersemangat menulis naskahnya. Seperti mengalir begitu saja. Sebab ia tahu: ia sedang menulis kisahnya sendiri.

Facebook Comments

Published by

Donald

A great Big Bang and then it all starts, we have no idea where will it end to ...

Komentar