Dear Uncle Sam, I Do Not Want To Mess You Up.

Sebagai presiden dari negara yang masih dianggap sebagai polisi dunia ini, tentu saja terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat mendapat perhatian dari seluruh dunia, tak terkecuali saya dan beberapa teman ngopi di bilangan Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Kami ngobrol ngalur ngidul saja, sebab masing-masing tahu dan sadar tidak punya pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk memahami sepenting dan seberharga apa pengaruh presiden baru USA terhadap Indonesia, apalagi terhadap segelintir lelaki jomblo di Tanah Kusir (hehehe …).

Sehabis menonton sekilas acara inaugurasi di tipi (= television;  in case you take it serioulsy as a mispell), rasanya perlu untuk menyimak pesan resmi pertama Bapak Presiden terhadap warganya tersebut. Sebab, empat tahun berikutnya, implementasi dari isi kata-kata itulah yang akan menjadi perbincangan dan titik berangkat dari kebijakan yang akan diambil. Maka, dengan bantuan Google Translate, saya mencoba menterjemahkan isi pidato inaugurasi presiden terpilih US Donald Trump menggunakan teks tranksrip kasar yang dilansir oleh CNBC.

Kurang lebih begini bunyinya dalam bahasa Indonesia:


Hakim Agung Roberts, Presiden Carter, Presiden Clinton, Presiden Bush, Presiden Obama, rekan sebangsa Amerika dan masyarakat dunia, terima kasih.

Kita, rakyat Amerika, kini kita disatukan dalam upaya nasional yang besar untuk membangun kembali negara kita dan mewujudkan kembali janji kepada segenap warga.

Bersama-sama, kita akan menentukan jalannya Amerika dan dunia selama bertahun-tahun yang akan datang. Kita akan menghadapi tantangan. Kita akan menghadapi kesulitan. Tapi kita akan menyelesaikan tugas itu.

Setiap empat tahun kita berkumpul dengan cara yang kita lakukan sekarang untuk melaksanakan transfer kekuasaan yang tertib dan damai.

Dan kami berterima kasih kepada Presiden Obama dan Ibu Negara Michelle Obama untuk bantuan murah hati mereka sepanjang masa transisi ini.

Mereka luar biasa.

Terima kasih.

Upacara hari ini, bagaimanapun, memiliki makna yang sangat istimewa karena hari ini kita tidak hanya mentransfer kekuasaan dari satu pemerintahan ke yang lain atau dari satu pihak kepada pihak lain, tapi kita sedang memindahkan kekuasaan dari Washington, DC, dan mengembalikannya kepada Anda, rakyat Amerika.

Sudah terlalu lama, sebuah kelompok kecil di ibukota negara kita telah menuai manfaat dari pemerintah sementara rakyat yang harus menanggung biayanya. Washington berkembang, tetapi rakyat tidak ikut menikmati manfaatnya. Politisi makmur tapi pekerjaan semakin langka dan pabrik-pabrik tutup.

Sistem yang ada membentengi diri sendiri, tetapi tidak iktu melindungi warga negara kita. Kemenangan mereka bukan kemenangan Anda. Kejayaan mereka bukan kejayaan Anda. Dan sementara mereka bersenang-senang di ibukota negara ini, hampir tidak ada alasan untuk merayakan hal yang sama di tengah keluarga-keluarga yang ditimpa berbagai kesulitan, yakni keluarga-keluarga yang tersebar di seantero negeri.

Semoga semua perubahan akan berawal di sini dan sekarang, karena saat ini adalah kesempatan bagi Anda.

Perubahan ini milik Anda.

Perubahan ini milik semua orang yang berkumpul di sini hari ini dan semua orang menonton di seluruh Amerika.

Hari ini  adalah hari Anda.

Perayaan ini adalah perayaan Anda.

Dan ini, Amerika Serikat, adalah negara Anda.

Yang penting bukanlah soal partai mana yang mengontrol pemerintah kita, tapi apakah pemerintah kita dikendalikan oleh rakyat atau tidak.

20 Januari 2017 akan dikenang sebagai hari dimana rakyat kembali menjadi penguasa di negeri ini.

Rakyat yang selama ini disisihkan tidak akan tersisih lagi. Semua orang mendengarkan Anda sekarang. Bersama puluhan juta rekan lainnya, Anda datang untuk menjadi bagian dari gerakan bersejarah, sesuatu yang tidak pernah disaksikan sebelumnya oleh dunia.

Inti dari gerakan ini adalah munculnya kembali suatu keyakinan penting bahwa negara hadir untuk melayani rakyat. Rakyat Amerika menginginkan sekolah besar untuk anak-anak mereka, lingkungan yang aman bagi keluarga mereka dan pekerjaan yang baik bagi diri mereka sendiri.

Ini merupakan tuntutan yang jujur dan wajar dari rakyat. Sayangnya, realitas yang ada menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi bagi kebanyakan rakyat selama ini.

Ibu dan anak terperangkap dalam kemiskinan di tengah-tengah kota-kota kita. Pabrik-pabrik yang berkarat tersebar seperti batu nisan di segenap penjuru negeri.

 

Sistem pendidikan kita penuh dengan siraman uang tunai, tetapi justru hanya menghasilkan siswa-i kita yang muda dan cantik ini malah kehilangan pengetahuan.

Belum lagi kejahatan dan geng dan obat-obatan yang telah mencuri terlalu banyak kehidupan dan merusak generasi muda, kekayaan negara, tanpa kita sadari.

Kita adalah satu bangsa, rasa sakit yang mereka rasakan adalah mereka adalah rasa sakit kita juga.

Mimpi mereka adalah mimpi kita, dan kesuksesan mereka akan menjadi kesuksesan kita juga. Kami berbagi satu hati, satu rumah dan satu takdir yang mulia.

Sumpah jabatan saya ambil hari ini adalah sumpah setia untuk semua orang Amerika.

Selama beberapa dekade kita telah memperkaya industri asing dengan mengorbankan industri Amerika, memberi subsidi kepada tentara negara lain sementara tentara kita sendiri mendapat penghasilan yang begitu menyedihkan.

 

Source: ChristianPost.com
Donald Trump speaks

 


What a great speech!

Hampir tidak ada impressum yang tepat untuk menggambarkan gemuruh dari jiwa rakyat Amerika yang hadir dan mendengar pidato ini. Rakyat yang begitu yakin bahwa Trump dan segenap jajaran di birokrasinya akan bahu-membahu mewujudkan janji-janji yang hari ini diucapkannya. Tentu saja, ada juga sebagian besar warga dari negara yang sama, yang berunjuk rasa menentang pelantikan Donald Trump, menolaknya menjadi pemimpin mereka.

Berhubung saya bukan warga AS, bukan juga simpatisan Donald Trump (kendatipun kami punya kesamaan nama depan), bukan pula pengamat politik di AS, maka tidak ada catatan khusus yang saya akan tambahkan untuk dimaksudkan sebagai endorsement terhadap cucu dari Frederic Trump ini. Sebagai rakyat kecil dengan lokasi domisili terpaut ratusan kilometer dari Gedung Putih dan pusat-pusat properti Donald Trump, sepengetahuan dan sependengaran saya, kebanyakan teman-teman di Indonesia dan saya hanya berharap supaya hubungan AS dengan Indonesia baik-baik saja. Semacam rasa was-was karena kekurangan akses ke data intelijen. Bukan pula berarti kalau punya data itu lantas tahu berbuat dan bereaksi seperti apa. Selain itu, dengan kesadaran bahwa sebagai satu-satunya “paman” di dunia ini, kita berharap bahwa Donald Trump dan kebijakan-kebijakan selanjutnya, entah itu terkait pembahasan Trans Pacific Partnership ataupun bordership policy, kami berharap bahwa ke depan kami di Nusantara dan Anda-anda di negeri Paman Sam akan baik-baik saja.

 

Dear Uncle Sam, 

 

Please be kind.

My friends and I do not want to mess you up.

You want to make America great again, just do it.

But, please, be great without making us small.

 

Cheers,

 

My Friends and Me.