Plot Andalan Menulis Naskah yang Storytell-able

Tahukah kamu apa itu “the seven basic plots” (7 plot dasar)?

Bukan hal baru lagi bahwa disana-sini, kamu mendengar dan mengalami sendiri bahwa kemampuan storytelling (bertutur) menjadi skill andalan yang dibutuhkan dimana-mana.

Seorang ustad atau pendeta yang menyisipkan inti kotbahnya dengan gaya storytelling cenderung akan disukai lebih baik jemaat. Seorang manajer yang mampu mempresentasikan program marketing dengan gaya storytelling cenderung disukai oleh jajaran direksi. Bahkan para diplomat menggunakannya dalam pertemuan internasional membicarakan isu global nan mahapenting. Pidato-pidato heroik bahkan klip video motivasi Reels Instagram yang kamu dengar dan membuatmu merinding, kebanyakan juga menggunakan gaya storytelling. Sebagai siswa, kamu juga pasti lebih senang jika teman yang presentasi tugas kelompok di depan kelas mampu menyajikan materi bahasan mereka dengan gaya bercerita.

Pokoknya, banyak deh gunanya.

Inilah yang kita sebut sebagai the power of storytelling. 

Akan tetapi, apakah kamu benar-benar memahami storytelling?

 

Tangkapan layar screenplay oleh Tri Ebigael Sinaga

Semua plot (alur cerita) berfokus pada hero (karakter utama). Maka tetapkan dulu karakter utama kamu siapa/apa. Bisa jadi hero-mu adalah sosok nabi yang kamu kagumi, seekor anjing kampung yang menyelamatkan petani dari ancaman ular berbisa, sebatang pohon ingul yang kayunya digunakan membuat solu, kamu sendiri, atau bahkan sesuatu yang tidak material seperti gagasan (kemiskinan, ketabahan, daya juang, dan seterusnya).

Secara ringkas, sang hero mengalami fase Antisipasi terlebih dahulu, dilanjutkan dengan fase Mimpi, fase Frustrasi, fase Mimpi Buruk dan berakhir dengan fase Resolusi. Atau dengan redaksi yang lain, misalnya metode 8 sekuens yang merupakan pengembangan dari metode tradisi teater Yunani kuno 3 acts structure alias drama tiga babak (permulaan, konflik/perjalanan, akhir cerita).

Mari kita bahas pelan-pelan.

 

Plot 1: Overcoming the monster

Si hero menempatkan dirinya berhadapan dengan kekuatan antagonis.

Pada tahap ini, sang nabi berhadapan dengan nabi-nabi lain yang menjadi hamba ilah palsu. Anjing kampung menyadari bahwa tuannya sang petani, sedang dalam bahaya sebab ia mendengar desis ular yang mendekat. Tanaman ingul yang masih kecil, susah payah mencari sinar matahari sebab masih berada di pot, diletakkan di gudang yang gelap. Atau kamu yang merasa bahwa seisi kelas tidak ada yang mencakapimu, seakan kamu melakukan aib yang membuat mereka memandangmu dengan rasa jijik padahal kamu tidak melakukan apa-apa.

Umumnya, daya antagonis itu mengancam sang karakter utama atau tempat tinggalnya. Plot seperti ini berakhir ketika sang pahlawan akhirnya menaklukkan kekuatan antagonis yang jahat itu.

Plot 2. Rags to riches

Pada plot ini, sang hero itu miskin, lemah atau tak berdaya. Tetapi alur cerita menuntun pada peristiwa dimana dia akhirnya memperoleh karunia luar biasa entah itu berupa kekuatan hebat, mendapat harta karun rahasia, menemukan sahabat yang setia atau pasangan jiwa yang sudah lama ditunggu. Sang hero kehilangan karunia luar biasa itu tetapi ia akhirnya mendapatkannya kembali. Dia berkembang secara personal seiring dengan pengalaman atau petualangan yang dialaminya.

Plot 3. The quest

Pada plot ini, sang hero tidak sendirian. Dia sudah punya kawanan, yakni teman-teman yang setia bersamanya dalam waktu yang cukup lama dan pertemanan yang sudah teruji.

Si pahlawan dan kawanannya kemudian bersepakat untuk mencari sebuah benda atau mencapai sebuah tempat. Selama perjalanan itu, mereka menemukan banyak tantangan dan godaan (terutama godaan untuk menyimpang dari tujuan awal mereka).

Plot 4. Voyage and return

Sang pahlawan pergi ke negeri antah berantah, dimana dia dan gerombolannya harus menaklukkan sejumlah tantangan dan mempelajari pelajaran hidup yang sulit. Ia kembali setelah jiwanya berkembang, diperkaya melalui pengalaman-pengalaman itu.

Plot 5. Comedy

Komedi yang dimaksud disini tak sekedar humor. Di dalamnya ada konflik dan kebingungan (yang sering semakin meningkat dengan cepat seiring dengan jalannya cerita), tetapi semuanya berubah tone, menjadi serius kembali di akhir cerita.

Plot 6. Tragedy

Disini sang pahlawan ditunjukkan dengan kesalahan atau cacat yang serius atau khilaf yang membuatnya malah harus menjalani nasib sial dan tidak menguntungkan. Akhir cerita seperti ini berujung pada momen yang membuat pendengar atau pembaca merasa kasihan.

Plot 7. Rebirth

Sebuah kejadian dramatis memaksa sang hero untuk mengubah jalan hidupnya sendiri dan menjadi orang yang lebih baik.


Selesai.

Lho, mana resep andalannya, Pak?

Silakan kamu racik sendiri. Menggunakan ketujuh plot itu semuanya, atau beberapa saja. Aku sendiri sedang berlatih untuk membuat hidangan menggunakan ramuan plot 1 Overcoming the Monster, plot 2 Rags to Riches dan plot 7 Rebirth untuk naskah storytelling di berbagai kesempatan. Untuk mudahnya, ingat saja Formula 127.

Kamu boleh meniruku atau mengembangkan sendiri sesuai seleramu.


7 Seven Basic Plots ditulis oleh Christopher Booker.