Lirik “Veni Creator Spiritus”

Veni, creator Spiritus
mentes tuorum visita,
imple superna gratia,
quae tu creasti pectora.

Qui diceris Paraclitus,
Donum Dei altissimi,
fons vivus, ignis, caritas
et spiritalis unctio.

Tu septiformis munere,
digitus paternae dexterae
tu rite promissum Patris
sermone ditans guttura.

Accende lumen sensibus,
infunde amorem cordibus,
infirma nostri corporis,
virtute firmans perpeti.

Hostem repellas longius
pacemque dones protinus;
ductore sic te praevio
vitemus omne noxium.

Per te sciamus da Patrem
noscamus atque Filium,
te utriusque Spiritum
credamus omni tempore.

Deo Patri sit gloria,
et Filio qui a mortuis
Surrexit, ac Paraclito,
in saeculorum saecula.

Amen.

 


Datanglah ya Roh pencipta
Hati kami kunjungilah
Penuhilah dengan rahmat-Mu
Jiwa kami ciptaan-Mu

Kau digelari Penghibur,
karunia Allah yang luhur
Kau hidup, Api dan Kasih
Dan pengurapan Illahi

Dikau Sapta Karunia
Dan tangan kanan Illahi
Engkau yang Bapa janjikan
Kau pergandakan bahasa

Sinari hati umatMu
Dan curahkanlah cintaMu
Semoga Dikau kuatkan
yang rapuh dalam tubuhnya

Halaulah musuh umatMu
Berilah kami damaiMu
Agar dengan tuntunanMu
kami hindarkan yang jahat

Buatlah kami mengenal
serta mengimani terus
Bapa dan Putra yang Tunggal
Dan Engkau Roh keduanya


Veni Creator Spiritus adalah sebuah himne dalam bentuk Kidung Gregorian yang dianggap sebagai “himne yang paling terkenal”. Ditulis oleh Rabanus Maurus pada abad ke-9, himne ini dinyanyikan di beberapa kesempatan seperti masuknya para Kardinal ke dalam Kapel Sistina semasa konklaf untuk memilih paus yang baru, konsekrasi para uskup, pentahbisan para imam, pentahbisan gereja, perayaan sinode atau konsili, pemahkotaan para raja/ratu dan upacara-upacara khidmat lainnya.

Kalimat “Datanglah Roh Kudus Sang Pencipta” (Puji Syukur nomor 565) sesuai dengan tema ibadat pada Hari Raya Pentakosta.

Himne ini kemungkinan pertama-tama ditujukan untuk doa malam. Sebuah manuskrip abad ke-11 memasukkannya ke dalam doa pagi (Laudes) dan doa sore (Vesper). Penggunaannya saat Terce (tiga jam setelah matahari terbit atau sekitar jam 9 pagi) konon dimulai di kota Cluny, Prancis, untuk memperingati turunnya Roh Kudus di jam tiga sore setiap harinya.