Homily on the Indonesian Independence Day 2024: “Don’t Forget Your Obligations”

Don’t Forget Your Obligations

Homilist: Frater Noza Nazarius Ginting Suka

MERDEKA!!!

My beloved brothers and sisters,

We should be grateful for the increasing age of our nation today. This independence is the result of the hard work of the heroes who were willing to  sacrifice everything for this nation. It is only right that we continue their struggle  by filling this Independence. However, in reality many people  today blame this Independence. Especially people who have positions in government who sometimes forget their obligations and often act based on lust.

This independence is God’s gift to the Indonesian nation. With independence, we envision a country that is united, sovereign, just and prosperous. Therefore, it is appropriate for people who hold positions in government to strive to promote general welfare, make the life of the nation intelligent, and provide a sense of security for the citizens of their nation. In accordance with the advice from the book of Sirach which is the first reading today.

Jesus answer to those who wanted to test Him in today’s Gospel reading should make us aware that we tend to forget our obligations; we only remember our rights. We forget our obligations both as God’s people and as Indonesian citizens.

A concrete example that can be seen in everyday life is where we only ask God to grant our requests and ask the government to listen to the voice of the people; but we forget to do our duty to dedicate our lives to God and help government programs. We already have a perfect model to imitate, namely Christ who did not forget His obligations.

Let us dedicate our lives to God and honor our heroes by filling this Independence. The steps we can take are: fighting for justice and love; fostering unity and harmony, both within the family and within this nation. Don’t ask what God has given us because in fact He has given us a lot, including our breath of life; but ask what we have done for God. Also don’t ask what this country has given you but ask what you have given to your country. So that at the age of 79 years of our nation’s founding we can focus on preparing ourselves for a “Golden Indonesian” later.

Happy Independence Day.

Lord Jesus bless us all.

Amen.


Post Scriptum:

This is a late post. This homily was delivered almost a year ago. Somehow, due to several limitations on my behalf, I have been only able to publish its update this content to all of you my dear readers. Mistakes are on my side.

Ini adalah teks kotbah/renungan dalam Bahasa Inggris yang disusun, diterjemahkan dan disampaikan oleh seorang calon imam diosesan Keuskupan Agung Medan, Noza Nazarius Ginting Suka. Saat ini Noza berada pada formasi awal pembinaan calon imam sebagai seorang frater Pra-TOR (Pra-Tahun Orientasi Rohani).

Sejak awal – Saya sebagai pengajar Bahasa Inggris dan para frater tersebut – menyepakati untuk menantang diri untuk mencoba melakukan hal-hal baru dalam Bahasa Inggris. Kesepakatan ini adalah buah dari keinginan dari Noza dan teman seangkatannya untuk terus mengasah kemampuan berbahasa Inggris mereka melalui praktek dan/atau proyek yang berkaitan dengan tugas-tugas mereka di masa depan ketika mereka ditahbiskan sebagai imam. Berkotbah atau menyampaikan renungan adalah salah satunya.

(Masih ada beberapa proyek lain. Ingatkan Saya untuk tetap memberi update tentang proyek-proyek mereka. Jangan ragu: Semua orang beriman memiliki hak dan kewajiban untuk memberi perhatian pada pembinaan calon imam mereka).

Harapannya, mereka semakin terdorong dan percaya diri untuk semakin total memberi diri dalam target jangka panjang, yakni “to immerse oneself into English” sebagai konsekuensi konret dari keinginan untuk menguasai Bahasa Inggris (mastering English) sedemikian sehingga nanti di masa depan mereka dapat berkomunikasi secara aktif.

Sebagai calon imam yang baru saja menamatkan pendidikan dari SMA Seminari Menengah, maka patut diduga mereka belum dibekali dengan cukup terkait pengetahuan filsafat dan teologi yang perlu untuk itu. Maka, guna memastikan ortodoksi dengan ajaran Gereja, maka sebelum kami – frater pembawa renungan dan Saya – menterjemahkan dan melatih cara penyampaiannya, maka terlebih dahulu setiap teks diperiksa dan dikoreksi oleh Pastor pendamping (chaplain), entah oleh Pastor Rektor Pra-TOR RD Johannes Sihombing atau oleh Magister Spiritualis RD Anton Nguyen van Viet.

Oh iya. Ada yang unik dengan sosok frater yang satu ini. Saat perkenalan pada pertemuan pertama di kelas, sebenarnya Noza mengaku bahwa ada banyak hal yang dialaminya di masa lalu yang membuat dia tidak begitu tertarik untuk belajar Bahasa Inggris. Namun, setelah mendengar bahwa sebagai calon imam diosesan yang oleh Uskup diminta untuk serius belajar terutama sebagai persiapan atas banyak hal untuk tugas-tugasnya sebagai imam di masa depan kelak, Noza menawarkan diri untuk tampil pertama kali di antara para frater Pra-TOR angkatan 2024/2025. Seperti biasa: another credit for any student who show initiative. Good job.

Sesuai dengan maksud dari tulisan ini, maka artikel ini dapat pembaca gunakan menjadi sarana untuk memberikan masukan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang kami lakukan sehingga terjadi penyempurnaan berkelanjutan.

Saran terkait apa saja? Kita boleh menyasar aspek manapun dari sebuah homili: aspek penyampaian (delivery), isi, struktur atau bahkan aspek teknikal seperti gestur, pengucapan dan pelafalan dan sejenisnya. Saran dan diskusi membangun selalu penting dan berguna, sebagaimana yang kita semua harapkan terjadi pada semua institusi pendidikan, terutama pembinaan calon imam kita. Bagaimanapun, pembinaan calon imam sekarang akan ikut menentukan keberlangsungan Gereja di masa depan.


Video penyampaian kotbah ini dapat kita saksikan di kanal Youtube SPP Kabanjahe.

Facebook Comments

Published by

Donald

A great Big Bang and then it all starts, we have no idea where will it end to ...

Komentar