Bagaimana Memahami Keesaan Allah Tritunggal?

Doktrin Trinitas sangat mendasar bagi iman Kristiani. Itu sebabnya sangat krusial bagi orang Kristen untuk memahami dengan tepat: Allah itu sebenarnya apa, atau Allah itu seperti apa, bagaimana Dia berelasi denganku, dan bagaimana aku seharusnya berelasi denganNya.

Tentu saja ini memunculkan banyak pertanyaan sulit.

Bagaimana aku bisa berelasi atau menjalani hubungan dengan sesuatu yang tidak kukenal?

Bagaimana mungkin Allah itu sekaligus satu dan tiga?

Bagaimana Mungkin Ada Tiga Pribadi Satu Allah? Apakah Trinitas itu kontradiksi? Jika Yesus adalah Tuhan, mengapa dalam Injil ditulis membaca Yesus berdoa kepada Tuhan (seperti ketika di Taman Getsemani)?

Persoalan ini menjadi semakin rumit dan membutuhkan energi yang lebih besar dan studi yang lebih kuat ketika aku bertanya: Apa perbedaan konsep Trinitarian Kristen dengan kepercayaan-kepercayaan kuno ini?

  • Babilonia: Nimrod, Simeramus, dan Tammuz
  • Mesir Kuno: Osiris, Isis, dan Horus
  • Mekkah Kuno: Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat
  • Yunani Kuno: Zeus, Poseidon, dan Adonis
  • Romawi Kuno: Jupiter, Juno, dan Minerva
  • Hinduisme: Brahma, Vishnu, dan Shiva

Satu fakta yang terpampang di depan mata ketika berbincang dengan beberapa teman Kristen ialah: Banyak Orang Kristen sendiri bingung bagaimana memahami dan menjelaskan Trinitas.

Seperti biasa, jika orang bingung, hanya ada dua kemungkinan:

  1. Tidak puas dengan situasi kebingungan itu. Penasaran. Lalu mencari lebih jauh dan lebih dalam.
  2. Menerima saja situasi kebingungan itu. Ya udahlah ya. Namanya juga seruan iman. Pokoknya, percaya aja udah. Biarlah para ahli yang menjelaskan.

Kamu termasuk golongan yang mana?

Sementara aku tidak akan bisa sepenuhnya memahami segala yang berkaitan dengan Trinitas (sama halnya dengan aku juga tidak bisa memahami hal lain apapun secara penuh), tetapi aku yakin bisa menjawab pertanyaan semacam ini. Sebab jika tidak yakin, aku tidak akan memulai tulisan ini sejak awal. Syukur-syukur aku bisa sampai pada pemahaman yang cukup perihal arti dari Allah Tritunggal.


Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amen.

Sejak dibaptis hingga dikuburkan, orang Kristen beribadah dan mengucapkan atau mendengarkan kalimat ini. Konsep Trinitas begitu lekat dengan orang Kristen. Tetapi sayangnya sangat jarang orang Kristen di zaman sekarang yang bisa mengerti dan menjelaskan Tritunggal. Jika Allah itu Satu, kenapa ada Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus? Jika ketiganya bisa dibedakan, apa  tidak menjadi 3 Tuhan?

Benarkah konsep Trinitas ini begitu sukar untuk dimengerti bagi orang Kristen? Apakah harus sekolah teologi dan sepintar professor dulu baru bisa mengerti Trinitas?

Jika Trinitas tidak bisa dipahami oleh orang yang kurang pendidikan formal teologi, apakah ini berarti orang yang kurang cerdas tidak bisa menjadi orang Kristen yang baik?

Seharusnya tidak.

Jika doktrin Trinitas adalah pondasi paling dasar yang diatasnya dibangun ajaran lain Kekristenan, bukankah seharusnya orang Kristen memahaminya?


Doktrin Trinitas ada untuk menjelaskan tentang Allah yang tidak mungkin bisa dijelaskan. Maka, doktrin Trinitas tidak melampaui akalku. Allah Tritunggal-lah yang melampaui akalku. Sedangkan Trinitas adalah doktrin yang dipakai-Nya untuk menyatakan Diri-Nya secara sistematis.

Problematika Pemahaman Trinitas

Dulu aku berpikir bahwa Allah itu bapak tua berjenggot putih, duduk di tahta, dan ada di sorga sebagaimana digambarkan di kitab Wahyu, dalam lukisan-lukisan dan film yang bercerita tentang Allah.

Ini tidak salah. Tetapi akan menjadi salah jika aku memahaminya sebagai wujud sebenarnya Allah.

Yang tertulis pada kitab Wahyu tentang penglihatan itu adalah wujud teofani/ bagaimana Allah menyatakan diri dalam kesaksian yang bisa digambarkan oleh mata. Theos (Allah) tidak sekedar Theopani (penampakan Allah). Hakikat sebenarnya Allah lebih daripada itu, karena Dia tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Allah yang sesungguhnya bahkan tidak bisa dilihat oleh mata (Kolose 1 : 15).

Ini sah saja ketika aku masih duduk di bangku sekolah minggu, tetapi sebagai orang Kristen dewasa, aku harus memiliki pandangan yang lebih dewasa. Ketika aku berpikir Allah duduk di tahta dan bersemayam di Sorga, maka aku membayangkan secara visual bahwa Sorga lebih besar ukurannya dari Allah, atau tahta Allah lebih besar dari Allah. Ketika ketika Allah di sorga berarti Allah tidak ada di bumi. Ketika Allah duduk di tahta, maka di sebelah kiri dan kanan dari tahta tersebut tidak ada Allah.

Ini tidak benar.

Pola pikir anak sekolah minggu sudah saatnya kutinggalkan sebab aku bukan anak-anak lagi.

Sebagai orang yang pernah belajar filsafat metafisika, mengapa tidak kugunakan saja metafisika untuk berbicara tentang sesuatu yang ada di “seberang” dunia fisik.

Contoh:

Pernyataan pertamaFirman Allah keluar dari Bapa tanpa meninggalkan Bapa.

Jika Anda membayangkan Firman Allah sebagai bakpau, yang keluar dari kulkas, Anda akan gagal memahami pernyataan tersebut, bahwa bakpau tersebut ketika keluar dari kulkas, meninggalkan kulkas sehingga di dalam kulkas tidak ada lagi bakpau.

Statement keduaFirman Allah bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman Allah / Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa.

Jika Anda membayangkan Firman Allah dan Allah Bapa seperti Petrus dengan Paulus, yang ketika Petrus sedang bersama-sama dengan Paulus, dan duduk di sebelah kanan Paulus, maka Petrus bukanlah Paulus.

Dengan analogi tersebut kita akan gagal memahami Trinitas. Akan sangat sulit memahami Allah sehingga pernyataan-pernyataan tersebut terkesan tidak masuk akal, benarkah demikian?

Tidak!

Pernyataan tersebut sangat masuk akal, tetapi gagal dalam analogi. Ketika memahaminya kita harus memahami dengan logika metafisika. Jangan memilih analogi yang bersifat fisik, sehingga kita akan gagal memahaminya (dan bisa menjadi seorang “Bible banger“, opppss).

Pilihlah analogi yang sesuai dengan logika metafisika tersebut, contoh :

Pernyataan pertama: analogikan Firman Allah sebagai ide / pikiran yang ada dalam diri saya. Ketika saya menulis buku, maka pikiran saya keluar dari diri saya dan dinyatakan dalam bentuk buku. Tetapi ketika saya menulis, saya tidak kehilangan sedikitpun pikiran saya, dan pikiran itu tidak meninggalkan saya.

Pernyataan kedua: jangan analogikan dengan hal fisik. Karena Paulus dan Petrus terpisah secara fisik, sedangkan Allah tidak mungkin terpisah secara fisik. Allah penuh dalam segala sesuatu, maka kita tidak bisa bilang di sebelah kiri Allah bukan Allah hanya dengan analogi Petrus — Paulus tadi.

Allah bukan benda, yang terbatas secara fisik, yang bisa kita jumlahkan. Allah tidak terbatas dengan jumlah. Tidak semua yang ada di muka bumi ini bisa ditambah dan dikurang, misal : ketika pikiran saya keluar dari diri saya, pikiran saya tidak berkurang.

Pikiran tidak bisa dijumlahkan

Ketika kita melogikakan Allah dengan fisik yang terbatas, maka kita akan gagal memahaminya. Kita harus memahaminya dengan logika metafisika dalam filsafat. Teologi pada mulanya berkembang bersama dengan filsafat, namun akhirnya arus teologi semakin bergeser kepada modernitas sehingga orang berusaha memahami dengan cara termudah. Akhirnya orang akan kehilangan akan ketika dia harus membayangkan Tuhan dalam logika metafisika, yang bahkan tidak pernah diajarkan dalam pengajaran firman.

Siklus Kebingungan Orang Kristen

Orang Kristen akan berputar-putar memahami Trinitas dengan analogi. Akhirnya mereka tak cenderung paham dan akhirnya menyatakan bahwa Trinitas tidak bisa dipahami, hanya bisa dipercaya saja.

Trinitas sangat bisa untuk dipahami, bahkan oleh orang Kristen dari latar belakang apapun.

Karena dengan menyatakan demikian, maka orang Kristen tidak mau dialog/mengajar perkara Trinitas. Padahal Trinitas adalah salah satu doktrin yang sangat digunjang-ganjing di luar sana.

Banyak orang luar yang menyatakan orang Kristen menyembah tiga Tuhan dan jarang orang berani menjawab. Sedikit orang Kristen berani menjelaskan keesaan Allah dalam Trinitas.

Maka orang Kristen tidak bisa menjadi saksi imannya. Trinitas bukan tidak bisa dipahami/ tidak masuk akal/ membuat kita kehilangan akal dalam memahaminya. Trinitas adalah doktrin gereja dalam menjelaskan mengenai Allah yang Maha Segala-Nya.

Pola pikir yang benar adalah kodrat Allah susah dipahami dan melampaui akal, maka Dia menyatakan diri-Nya dalam Allah Trinitas. Allah-lah yang susah dipahami dan melampaui akal kita, tetapi Trinitas-Nya sangat bisa dipahami, karena itu adalah bentuk penjelasan yang dikaruniakan Allah mengenai Diri-Nya melalui firman-Nya di Alkitab. Jadi mengatakan Trinitas tidak bisa dipahami artinya menolak pengenalan akan Allah yang telah dinyatakan-Nya melalui Alkitab.

Jadi kita harus meninggalkan dua pola pikir ini :

1. Trinitas rumit dan tidak bisa dipahami.

2. Cara mudah pemahamannya adalah analogi.

JANGAN MEMBAYANGKAN TRINITAS SEPERTI ANALOGI BENDA

Ketika Anda membayangkan / menganalogikan Allah seutuhnya, maka Anda akan gagal memahami Allah. Anda boleh menganalogikan penjelasan tentang Allah, yaitu ketika membahas sifat-sifat-Nya, seperti bagaimana Firman Allah keluar tanpa meninggalkan Allah Bapa tadi, tetapi tidak bisa menganalogikan Allah seutuhnya itu sendiri dengan analogi. Allah tidak bisa disamakan dalam hal apapun oleh ciptaan-Nya.

Yesaya 40:25, Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.

 Belajar pada Bapa-Bapa Gereja

Salah satu yang harus kita lakukan dalam memahami Trinitas secara utuh adalah dari tulisan bapa-bapa gereja pada gereja mula-mula. Trinitas pada zaman para rasul sebenarnya sudah dipahami, tetapi belum dirumuskan. Perumusan tersebut dilakukan seiring bermunculnya bidat-bidat yang menentang Trinitas. Kita perlu belajar dari mereka yang merumuskan Trinitas. Jangan disalahpahami, bukan berarti Trinitas baru ada setelah dirumuskan Trinitas, tetapi Trinitas itu sudah ada sejak semula tapi belum dikenal dalam bentuk rumus.

Sama seperti gaya gravitasi, dirumuskan oleh Sir Isaac Newton pada abad 17, tetapi gravitasi itu sendiri sebenarnya sudah ada dan dikenal sifatnya oleh semua orang, hanya belum terumuskan. Rumus mempermudah kita memahami dan menjelaskan. Kita akan kebingungan dalam menjelaskan apabila tidak ada rumusan, sedangkan dengan pengetahuan teologi kita yang dangkal kita berusaha merumuskan sendiri. Akhirnya banyak rumusan teologi yang ngawur oleh para orang yang berusaha menjelaskan Trinitas tanpa sumber bacaan / data.

Maka kita memang harus memakai Alkitab dalam menjelaskannya, tetapi tidak bisa mengabaikan rumusan bapa gereja yang sudah lebih dahulu dari kita.

Memahami Hakikat/Substansi Allah

Kesalahan terutama pemahaman orang Kristen terhadap Trinitas adalah minimnya pemahaman hakikat Allah. Allah selalu dibayangkan dalam wujud tertentu. Hal ini akan membawa kita dalam memahami Allah dalam wujud fisik, bukan metafisika. Akibatnya pemahaman akan Allah hanya terbatas dalam ruang dan waktu. Dia adalah Pencipta ruang dan waktu, sehingga Dia tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Kita akan mulai membahas hakikat Allah dengan pertanyaan : “Siapakah yang menciptakan Allah?

Dari mana Allah?
Ketika ada yang bertanya, “siapa yang menciptakan Allah?”

Kita harus menjawab: “Tidak ada yang menciptakan Allah.”

Mereka berpikir: “Tidak mungkin, seharusnya sesuatu ada akibat dari sesuatu yang terjadi sebelumnya. Kita menjadi ada karena pernah diciptakan. Allah juga harus ada karena pernah ada sesuatu yang membuat Dia ada.”

Mereka menggunakan hukum rasio/sebab-akibat untuk bertanya tentang apakah/ siapakah yang membuat Allah ada.

Kita harus kembali bertanya: “Kalau begitu, siapa/ apa yang menciptakan hukum rasio/sebab-akibat? Sejak kapan hukum sebab akibat itu ada? Dan bagaimana bisa ada?”

Mereka menjawab: “Hmm.. mungkin itu ada dengan sendirinya tanpa diciptakan.”

Kita harus menjelaskan: “Berarti sangat mudah untuk memahami bahwa Allah sudah ada sejak semula tanpa diciptakan.”

Bagi saya argumen yang salah jika menyatakan rasio tidak diciptakan. Sebab-akibat ada karena ada ruang dan waktu. Rasio menyatakan “Ada sesuatu (berdasarkan ruang) yang terjadi (berdasarkan waktu).” Sedangkan ruang dan waktu itu pernah tidak ada, dan menjadi ada setelah diciptakan oleh Allah.”
Grafik Dimensi dari Sebab-Akibat

Kita percaya Allah adalah Pencipta segalanya. Allah selalu ada, tidak pernah ada waktu dimana Allah tidak ada. Ada dua hal yang harus kita pahami di dalam hidup ini, yaitu tentang Pencipta dengan Ciptaan.

Memahami Hakikat/ Substansi

Substansi/ esensi/ hakikat/ natur adalah sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri ada karena dirinya sendiri, dan tidak memerlukan hal lain untuk ada. Sebagai contoh unsur oksigen ada dengan sendirinya tidak memerlukan sesuatu lain di luar dirinya. Sedangkan air terdiri dari hidrogen dan oksigen, maka disebut gabungan/ campuran dari dua natur. Begitu juga mengenai Allah, Allah adalah substansi sekaligus Pribadi. Bahasa asli dari esensi ini dalam mendefinisikan Allah adalah Ousia dalam bahasa Yunani atau dalam bahasa Arab yang digunakan orang Islam adalah Dzat.

Memahami Pencipta dan Ciptaan

Pencipta adalah sesuatu yang menciptakan dan tidak diciptakan. Karena Pencipta tidak pernah diciptakan, maka tidak ada momen di mana Pencipta tidak ada. Pencipta selalu ada. Pencipta menciptakan sesuatu dari ketidakadaan menjadi ada. Bayangkan di mana segala sesuatu belum diciptakan, Allah sudah ada di dimensi tak terbatas, yang tidak bisa dilampaui oleh pikiran manusia.

Allah ada di Dimensi Allah

Penciptaan adalah menciptakan sesuatu yang pernah tidak ada menjadi ada dengan ketidakadaan.

Kejadian 1 : 1
Pada mulanya Allah menciptakan ( ברא‬ — bara, menciptakan sesuatu dari ketiadaan) langit dan bumi.

Ayub 26 : 7
Allah membentangkan utara di atas kekosongan ( תֹּהוּ — to hu), dan menggantungkan bumi pada kehampaan ( בְּלִי־מָה — beli mah, ketiadaan).

Maka pada momen penciptaan, Allah menciptakan ciptaan dari ketidakadaan (creatio ex nihilo):

Allah menciptakan dengan Firman-Nya. Dalam hal ini bukan berarti Firman Allah berubah menjadi ciptaan, tetapi ciptaan itu ada dari ketidakadaan dari Firman. Dalam penciptaan tidak dibutuhkan bahan baku yang berubah wujud, tetapi segala sesuatu menjadi ada dari ketidakadaan. Ciptaan tidak berasal dari unsur Allah yang berubah menjadi sesuatu tetapi berasal dari ketidakadaan. Karena jika Firman berubah wujud menjadi ciptaan, maka ciptaan adalah Allah karena memiliki “hakikat Allah”, itu sama sekali salah!

Firman membuat ciptaan menjadi ada dari ketiadaan

Ciptaan adalah sesuatu yang diciptakan. Ciptaan pernah tidak ada dan menjadi ada karena diciptakan dari ketidakadaan. Ciptaan tidak pernah bisa menciptakan. karena ciptaan tidak sanggup mengadakan sesuatu dari ketidakadaan.

Bingung?

Pakai perumpamaan singkat saja:

Hanya Allah yang sanggup menciptakan cabai dari ketidakadaan. Sedangkan ciptaan (manusia, binatang, alam, dan lain-lain) tidak sanggup menciptakan cabai dari ketidakadaan. Tetapi ciptaan mampu merubah/ mengonversi/ menjadikan sesuatu yang ada menjadi sesuatu yang lain.

Misal:

Cabai diolah oleh alam dari biji menjadi pohon cabai, pohon cabai bisa besar karena menyerap energi alam. Alam tidak bisa mengeluarkan cabai dari ketidakadaan, harus minimal ada biji cabai baru bisa muncul pohon cabai.

Manusia juga tidak bisa menciptakan cabai, tetapi manusia bisa mengolah cabai menjadi sambal. Manusia tidak bisa mengadakan cabai dari ketidakadaan, harus minimal ada biji cabai yang semula diciptakan oleh Allah.

Maka Santo Dionysius the Areopagite berkata mengenai Allah dan ciptaan.

Allah adalah sebab dan muasal dari segala sesuatu, esensi dari semua esensi, pemberi kehidupan bagi setiap yang hidup, alasan dari semua sebab-akibat, pemberi kecerdasan dari semua makhluk cerdas.

Perbandingan Kodrat Pencipta dengan Ciptaan

Pada titik ini, kita bisa membandingkan bahwa jauh sekali antara Allah dengan ciptaan.

Jika ada sesuatu yang pernah tidak ada menjadi ada, pastinya itu Ciptaan

Jika ada sesuatu yang punya kuasa tidak terbatas, pastinya itu adalah Allah.

Jika sesuatu itu adalah Allah, maka Dia tidak bisa dibagi-bagi atau dipisahkan, dikalkulasikan.

Pencipta juga tidak dapat membelah diri atau kehilangan apapun dari diri-Nya.

Trinitas bukanlah pembagian Allah, atau Allah kurang lengkap sehingga sepertinya Allah adalah gabungan antara Bapa, Putera, dan Roh Kudus yang tidak sempurna menjadi sempurna. Seperti yang dikatakan dan direnungkan oleh Santo John Damascus dalam bukunya The Fount of Knowledge: The Exact Exposition of Orthodox Faith Book 1 Chapter XI,

For when I think of one of the subsistences, I recognise it to he perfect God and perfect essence: but when I combine and reckon the three together, I know one perfect God. For the Godhead is not compound but in three perfect subsistences, one perfect indivisible and uncompound.

Konsep Infinity (Ketakterbatasan)

Mari memakai perumpamaan filsafat mengenai infinity. Infinity bukan angka, bukan bilangan. Infinity sebenarnya adalah konsep filsafat untuk memahami sesuatu yang bersifat tak terbatas/tidak dapat dihitung atau dijangkau dengan pikiran manusia. Infinity tidak memiliki ujung angka negatif (permulaan) dan tidak memiliki ujung angka positif (akhir). Kita tidak perlu menemukan awal dan akhir dari infinity, tetapi kita hanya perlu paham bahwa hakikat infinity adalah tidak berawal dan tidak berakhir.

Infinity tidak bisa dikalkulasikan.

Sebagai contoh: berapakah hasil Infinity + 4?

Jika Anda menjawab infinity maka jawaban tersebut kurang tepat tetapi tidak juga salah. Bagi sebagian matematikawan berkata bahwa infinity tidak bisa dikalkulasikan, hanya sebuah konsep filosofis saja. Andaikata ada suatu angka yang bernilai limit mendekati infinity, maka jawaban perhitungan ini adalah infinity. Tetapi kita bisa menganggap bahwa infinity tidak perlu ditambahkan apapun, karena dia sudah lengkap dan tidak memerlukan tambahan, berapakah hasil infinity / 4?

Jika Anda menjawab hasilnya adalaha 1/4 infinity maka Anda salah besar. Karena definisi infinity adalah tidak bisa dikalkulasikan. Infinity tidak bisa berkurang maupun dibagi-bagi.

Demikian juga mengenai Allah. Dalam konsep filsafat ini kita bisa mengenal bahwa Allah adalah tanpa batas, sehingga tidak mungkin mengalkulasikan Allah. Trinitas bukan berarti Allah terbagi menjadi tiga, atau tiga Allah yang bergabung menjadi satu Allah yang infinity.

Trinitas bukanlah infinity + infinity +infinity karena Allah tidak memerlukan penjumlahan seakan-akan Dia berkekurangan.

For the Godhead is not compound but in three perfect subsistences, one perfect indivisible and uncompound God. — St. John Damascus

Penjelasan mengenai Pribadi Allah dalam Trinitas ini akan saya jabarkan di part berikutnya.

Memahami Dimensi Allah dengan Dimensi Kita

Kita tak akan bisa memahami dimensi Allah, karena Allah ada di dimensi yang tak terbatas/infinity. Sebagai perumpamaan, kita harus mempelajari logika metafisika ini.

Bagaimana, sudahkah dimengerti?

Logika Semut

Umpama bagi semut yang tinggal hanya dua dimensi, ketiga ada makhluk tiga dimensi yang meletakkan permen dari sumbu Z, maka tiba-tiba akan muncul permen entah dari mana dari sudut pandang semut. Semut tidak bisa menoleh ke atas atau bawah, sehingga tidak bisa melihat tangan yang meletakkan permen dari sumbu Z (atas/bawah).

Demikian juga kita dalam memahami Allah. Adanya dimensi yang jauh lebih tinggi dari kita membuat kita tidak bisa memahami secara utuh pekerjaan Allah dan dimensinya. Kita hanya perlu percaya dengan apa yang Allah nyatakan di hidup kita, karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang imanen, yaitu Allah yang menyatakan diri-Nya bagi ciptaan yang serba terbatas.

Setelah kita belajar mengenai hakikat Allah, maka kita akan belajar mengenai Allah yang Esa.

Memahami Keesaan Allah

Tuhan-nya orang Kristen Tiga ??

Salah satu kesalahpahaman terbesar pada iman Kristen adalah menyangka bahwa orang Kristen punya 3 Allah / Tuhan. Di tengah kebingungan ini justru orang Kristen sendiri tidak bisa menjelaskan bagaimana keesaan Allah-nya, dan kenapa ada Trinitas ? Orang Kristen gugup, gagap, dan linglung ketika harus menjelaskan mengenai keesaan Allah dalam Trinitas.

Pada beberapa dekade terakhir, muncul suatu gerakan baru yang menekankan keesaan Allah tetapi membantah Trinitas. Gerakan Oneness Pentacostal yang mulai bangkit dari teologi ini sering kali membangunkan kembali bidat Praxeas dan Sabellius yang dinyatakan sesat di abad ke-2/3, yang sudah dirumuskan pada Pengakuan Iman Nicea tahun 325 M. Gerakan ini justru berusaha menjelaskan keesaan Allah dan menolak Trinitas.

Pemahaman keesaan Allah yang salah

Pertama saya ingin mengajak Anda memahami ajaran yang sesat, yang mungkin sedang Anda pahami sekarang. Karena MAYORITAS orang Kristen sekarang memahami Trinitas semacam ini. Kita akan mulai pelajaran kita dengan memahami apa yang salah.

Karena ada pepatah :

“Ketahui apa yang benar dengan ketahui apa yang salah.”

Tinjauan kesesatan Oneness Pentacostal
Sumber :
1. https://en.wikipedia.org/wiki/Oneness_Pentecostalism,
2. Bernard, David K., A HISTORY Christian Doctrine The Post–Apostolic Age to the Middle Ages A .D. 100–1500.
3. dan berbagai video-video doktrin Oneness Pentacostal yang ada di Youtube/internet.

Pernahkah Anda memahami Trinitas seperti ini:

Trinitas seperti Allah dalam 3 peran. Perannya sebagai Pencipta adalah Allah Bapa, Allah sebagai Penyelamat Manusia adalah Allah Anak / Yesus, dan Allah sebagai Penolong setiap orang percaya adalah Allah Roh Kudus. Ketiganya satu.

Sama seperti seorang Bapak yang bernama Edi adalah seorang dosen teologi:
1. di rumah dia dipanggil “bapak”,
2. di kampus dia dipanggil “Pak dosen”,
3. di gereja dia dipanggil “Pak pendeta”.

Tetapi hanya ada satu Edi, yang melakukan tiga peran yang berbeda.

Jika Anda memahami seperti itu, maka itu adalah pemahaman yang salah bahkan bidat mengenai Trinitas, karena penjelasan tersebut tidak mengakui 3 Pribadi Allah, tetapi hanya SATU Pribadi dalam 3 tugas.

Teologi Oneness Pentacostal: Allah hanya Satu Pribadi yang terwujud dalam 3 manifestasi. Yaitu sebagai Allah Bapa yang menciptakan segala sesuatu, dan menjadi manusia yaitu Yesus, dan ketika naik ke sorga Dia tetap menyertai kita sebagai Allah Roh Kudus.

Dalam sistematika ini dinyatakan :

1. Allah berubah-ubah wujud/mode, ada waktu di mana Allah Bapa tidak menjadi Putera, dan menjadi Putera, dan ada waktu Dia menjadi Roh Kudus. Maka ini disebut teologi modalist. Alirannya disebut modalisme.

2. Allah Bapa turun ke dunia menjadi manusia (Yesus).

3. Yesus menyertai kita ketika Dia menjadi Roh Kudus, artinya Yesus sudah datang kedua kalinya ketika Dia adalah Roh Kudus.

Ini adalah teologi modalist dari Kekristenan mula-mula yang sudah ditentang. Sangat bodoh bagi saya apabila Gereja mengulangi kesalahan yang sama, dengan mengulang kembali ajaran sesat yang pernah terjadi di gereja mula-mula. Tetapi ajaran sesat ini tidak akan banyak kita bahas di disini, karena akan lebih spesifik. Kita akan membahas tentang keesaan Allah. Dan akan dilanjutkan mengenai tiga Pribadi/Hypostasis Allah.

Kekristenan mewariskan iman bahwa Allah itu ESA

Agama Samawi (Yahudi, Kristen, Islam) memahami Allah itu Esa, hanya satu, bukan terdiri dari banyak dewa-dewa atau Tuhan yang menjadi satu. Trinitas tidak mengajarkan ada Tiga Allah / Tiga Tuhan yang menjadi satu kesatuan. Kita hanya percaya ada SATU ALLAH.

Keesaan Allah yang dinyatakan Yesus dan orang Yahudi

Apakah hukum yang terutama bagi kita ?
Sebagian orang Kristen akan teringat apa yang dikatakan Yesus.

Markus 12 : 29-31
29. Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
30. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. 31. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”

Apa yang dikatakan Yesus bukanlah ajaran yang baru didengar oleh orang-orang saat itu. Yesus TIDAK MERANGKUMKAN HUKUM TAURAT seperti apa yang biasa dikhotbahkan oleh pendeta yang tidak baca Perjanjian Lama / mengerti kultur Yahudi. Setiap orang Yahudi tahu akan hal itu, dan menggemakannya setiap hari!

Apa yang Yesus ucapkan seperti yang kita baca di Markus 12:29 tersebut sudah ada di Perjanjian Lama, dan diletakkan sebagai dasar Taurat yang dikatakan oleh Nabi Musa.

Ulangan 6 : 4–5
4. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
5. Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

Yesus sama sekali tidak membawa pengajaran yang menyimpang di antara orang Yahudi, terutama mengenai keesaan Allah. Yesus menyatakan keesaan Allah adalah yang terutama. Ajaran Yesus mengenai keesaan Allah itu pun diamini oleh Ahli Taurat.

Markus 12 : 32
32. Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.

Maka ajaran Kekristenan sebagai ajaran Yesus yang diwariskan kepada para rasul harus memulai dari iman dasar dan pengetahuan bahwa Allah itu ESA! Selama kita gagal memahami Trinitas, bisa jadi kita memahami bahwa Allah orang Kristen itu ada tiga, yang dimana itu adalah agama pagan (penyembah berhala), atau sebaliknya menjadi kaum modalist/oneness seperti yang saya jelaskan di poin pertama.

Keesaan Allah yang menjadi Dasar Iman para Rasul

Para rasul tidak meninggalkan prinsip keesaan Allah/tauhid. Kekristenan bukanlah agama buatan Paulus seperti yang dituduhkan oleh polemikus. Bahkan dalam keesaan Allah ini, rasul Paulus adalah rasul yang paling sering menyatakannya!

Santo Paulus

1 Korintus 8: 4, 6

4. …..“tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.”
6. …..namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Efesus 4: 6

satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

Roma 3: 30

Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.

Galatia 3: 20

Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu orang saja, sedangkan Allah adalah satu.

1 Timotius 2: 5

Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus

1 Timotius 1: 17
Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.

Santo Yohanes

1 Yohanes 2: 20

Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus (Holy One), dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya.

1 Yohanes 5: 7

Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.

Santo Yakobus

Yakobus 2: 19

Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.

Keesaan Allah yang harus jadi Dasar Iman Orang Kristen Zaman Sekarang

Bagi saya, orang Kristen yang tidak memahami keesaan Allah adalah kekristenan yang yang tidak berakar. Maka bisa jadi orang Kristen yang tidak memahaminya dilakukan menyembah Allah dengan konsep tritheis/modalis/oneness seperti tadi. Sebagian dari kita percaya Trinitas, tetapi tidak mau belajar lebih dalam sehingga kita takut mengomunikasikan iman kita kepada mereka. Selain itu kita akan terus dianggap pagan/menyekutukan Allah, maka tidak ada orang Yahudi/Islam yang mau mendengarkan iman kita, karena mereka menganggap kekristenan itu sebagai agama pagan.

Hanya ada Pencipta dan Ciptaan

Kita belajar bahwa hanya ada Pencipta, yang tidak diciptakan dan sudah ada sejak semula, yang tidak pernah berubah, yang Mahakuasa. Dan ciptaan adalah sesuatu yang pernah tidak ada, yang dijadikan, yang terbatas. Kita harus paham bahwa Pencipta itu tak terbatas, Pencipta tidak bisa dikurangi dan dijumlahkan, karena Dia tidak bisa berubah.

Hanya satu Pencipta, yang tidak punya saingan

Dengan definisi itu, sangat masuk akal bahwa hanya ada Satu Pencipta, Satu Allah. Jika Allah adalah yang Mahakuasa, maka tidak ada yang setara dengan-Nya. Jika tidak ada yang setara dengannya, maka tidak ada Allah lain. Sedangkan sangat tidak masuk akal bila ada Tiga Allah, karena ada 3 yang Maha Kuasa, maka Allah bersaing dan Dia tidak lagi Maha Kuasa, karena ada yang setara kuasa-Nya dengan Dia.

Satu Kuasa, Satu Kehendak yang dinyatakan dalam 3 Pribadi

Maka dalam Allah, hanya ada satu kuasa dan dan satu kehendak saja. Dalam Pribadi Trinitas, tiap Pribadi Trinitas tidak memiliki kuasa yang berbeda dan tidak memiliki kehendak yang berbeda. Jika kuasa dan kehendak-Nya berbeda, maka tidak bisa dikatakan satu Allah, tetapi tiga Allah. Tidak mungkin kehendak dari Allah berbeda, kalau begitu akan terjadi kekacauan

Hanya Satu yang Infinity/Tak Terbatas,

Keesaan Allah bukan bisa diartikan sebagai satu buah apel, yang bisa dibatasi oleh ruang dan waktu. Satunya Allah adalah satu yang Infinity, tidak ada batas bagi Allah. Sehingga kita bisa nyatakan, hanya satu yang punya natur ilahi / satu yang punya natur Pencipta, yaitu Allah.

Hanya Allah yang mampu menciptakan kita dari ketiadaan, dan Allah tidak memerlukan bantuan siapapun dalam menciptakan. Menurut Saksi Yehovah, Yesus adalah ciptaan yang membantu Allah dalam menciptakan. Ini tidak benar, karena jika Yesus pun mampu mencipta, maka Yesus adalah Allah. Penjabaran mengenai hypostasis ini akan saya jabarkan di bab selanjutnya.

Maka pada intinya, kita diciptakan oleh Satu Allah, dalam Satu Kuasa, dan Satu Kehendak Ilahi. Tidak ada tiga Pencipta, tetapi satu Pencipta. Tidak ada yang tidak terbatas selain hanya DIA, yaitu Satu Allah yang kita sembah.

Hanya ada Satu yang kekal, yaitu Allah. Allah Tritunggal eksis sebelum segala sesuatu dan semua bersifat tak terbatas. Kita sendiri terbatas dan tidak kekal. Kita memang akan hidup selamanya, tetapi definisi kekekalan bukanlah hidup selamanya, tetapi ada selamanya. Ada waktu di mana kita tidak ada. Maka kita tidak kekal, tetapi diciptakan dan mewarisi kuasa hidup Allah melalui Roh Kudus, sehingga kita tidak bisa dimusnahkan / lenyap secara roh. Tetapi kita harus sadari, ada waktu dimana kita tidak ada, maka kita bukanlah infinity.

Elohim: Satu Kemajemukan dalam Diri Allah

Kejadian 1: 1 (MT)

בְּרֵאשִׁ֖ית בָּרָ֣א אֱלֹהִ֑ים אֵ֥ת הַשָּׁמַ֖יִם וְאֵ֥ת הָאָֽרֶץ:
Bereshit bara Elohim, et hashamayim ve et haarets

Kata Allah ditulis dalam bahasa aslinya yaitu Elohim (bentuk jamak dari kata Eloah). Uniknya bahwa penggambaran kata Allah dalam bahasa Ibrani ini sendiri digunakan kata jamak. Ini bukan berarti ada banyak Allah, tetapi menyatakan bahwa Allah ada dalam kebesaran-Nya/ketidakterbatasan-Nya.

Ulangan 6: 4 (MT)

שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה | אֶחָֽד
Shema Israel, Adonay Eloheinu, Adonay Echad.

Echad ( אֶחָֽד) pada kata tersebut diartikan menjadi esa. Kata echad sendiri menyatakan kata tunggal kesatuan (oneness in unity, not a number), bukan tunggal gundul (yachid, tunggal nomor satu, yang pertama). Di sini ditunjukan bahwa keesaan Allah ditunjukan dalam kesatuan, bukan angka. Menunjukan bahwa keesaan Allah sebenarnya bisa dinyatakan dalam konsep infinity yaitu suatu yang tak terbatas, dan hanya ada satu yang tak terbatas, tetapi bukan berjumlah 1 (terbatas). Echad menunjukan satu yang Maha Tak Terbatas, bukan satu angka yang terbatas.

Ada situs yang bagus untuk mempelajari kata echad dan yachid ini dalam studi Tritunggal:

http://www.bible.ca/trinity/trinity-oneness-unity-yachid-vs-echad.htm

Satu Nama dalam 3 Pribadi

Matius 28 : 19

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama (Bhs Yunani: onoma → nama yang tunggal) Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

Dalam konteks orang Yahudi dan orang zaman dahulu, kata nama menunjukan tentang kesaksian di balik nama tersebut.

Maka dalam Allah, hanya ada satu kuasa dan dan satu kehendak saja. Dalam Pribadi Trinitas, tiap Pribadi Trinitas tidak memiliki kuasa yang berbeda, kehendak yang berbeda. Ketika seseorang menerima Yesus sebagai Allah / bersifat ilahi, dan Roh Kudus sebagai Allah / bersifat ilahi, maka Dia adalah penyembah satu Allah. Karena dalam tiga Pribadi tersebut hanya ada satu nama, yaitu satu Allah. Namun Pribadi itu sendiri tidak bisa disamakan, karena mereka berbeda, namun mengandung satu kehendak ilahi, sehingga ketika kita menyembah Allah, maka kita menyembah ketiga-Nya yang Esa.

Satu Allah dalam Tiga Pribadi yang tak terpisahkan

Pribadi Allah tidak bisa terpisahkan, karena apabila berpisah, maka bisa dikatakan 3 Allah bukan satu Allah. Allah Maha Hadir, maka Allah Bapa, Putera (Firman Allah), dan Roh Kudus (Roh Allah) Maha Hadir dan selalu ada secara bersama-sama. Firman Allah (Yesus Kristus) yang menjadi manusia keluar dari diri Allah tanpa meninggalkan Allah.

Yoh 1: 14

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Yoh 1: 18

Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Bagaimana bisa?

Bisa, jika kita menulis buku, pikiran kita menjelma menjadi buku. Kita tidak kehilangan pikiran kita ketika pikiran kita tertuang dalam satu buku. Tetapi pikiran kita keluar dan disaksikan orang banyak melalui buku tersebut.

Demikian juga dengan Roh Kudus, yang ada dan keluar dari Sang Bapa tanpa meninggalkan Bapa. Karena jika Roh Kudus meninggalkan Bapa, maka Bapa kehilangan Roh-Nya. Tidak mungkin Allah kehilangan sesuatu dari diri-Nya, karena Allah tidak dapat terbagi-bagi.

Yoh 15: 26

Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.

Maka di sini diartikan bahwa Allah tidak terbagi-bagi dalam 3 Allah / 3 Tuhan yang menjadi satu. Tetapi Allah sejak semula ada bersama-sama tanpa pernah berpisah antar Pribadinya. Jika sepertinya berpisah, seperti ketika Pembaptisan Yesus, itu hanyalah keterpisahan secara kesaksian / teofani, tetapi tidak ada keterpisahan secara natur dan hakekat, di mana tidak ada waktu bagi mereka tidak saling hadir. Karena Allah adalah satu tidak bisa dibagi-bagi, dan Allah bukan organisasi bagi 3 Pribadi-Nya. Allah eksis sebagai Allah.

Bandingkan dengan diri kita: Eksistensi kita tidak akan terpisah dari pikiran kita, tidak akan terpisah dari roh kita. Kita hidup, maka kita pastinya punya pikiran dan kita eksis sebagai seorang manusia.

Mungkinkah Tiga Pribadi Allah memiliki Kesamaan Kehendak?

Sangat mungkin dan masuk akal, bahkan yang tidak mungkin adalah jika Tiga Pribadi Allah ini memiliki perbedaan kehendak. Kenapa? Karena Allah itu sempurna, Dia Maha Tahu, Maha Adil, dan Maha Baik. Jangan samakan Pribadi Allah dengan pribadi manusia.

Kata “pribadi” di sini bukan berarti orang, bahasa asli dari pribadi Allah adalah hypostasis. Hypostasis tidak berarti “orang” tetapi memiliki arti yaitu spesifikasi dari suatu natur.

Allah adalah yang tercerdas, yang paling tahu yang mana yang benar, Dia tahu tanpa berpikir seperti kita manusia. Sehingga Tiga Pribadi Allah tidak memunculkan keterbatasan-keterbatasan, seperti bisa beda pendapat, tidak saling tahu, dan lainnya. Maka karena sama bijaknya, sama tahunya, dan sama benarnya, yaitu hanya satu yang bijak, baik, dan benar, yaitu Allah saja. Sehingga dalam Tiga Pribadi itu justru hanya memiliki satu kehendak ilahi, yang sempurna, yang dikerjakan secara serempak oleh ketiga-Nya.

Mengapa perlu Tiga Pribadi? Bukan Satu?

Jawabannya adalah kita perlu belajar mengenai apa itu Pribadi dari bahasa asli hypostasis. Jangan coba memahami kata pribadi dengan sudut pandang kita, karena kita lupa bahwa pribadi yang kita maksudkan bernatur Allah, yaitu yang tanpa terbatas. Sedangkan pribadi manusia terbatas, sehingga kita berbeda satu sama lain dan tidak pernah bisa disamakan / diesakan.

Memahami Pribadi Allah
Kalau Allah itu satu kenapa ada Tiga Pribadi?

Ini adalah pertanyaan kunci dan misteri bagi orang Kristen. Tetapi Allah tidak perlu menyatakan Diri dalam Tiga Pribadi jika memang Allah tidaklah demikian atau tidak sanggup menjelaskan umat-Nya mengenai hal ini. Adanya doktrin Trinitas sebenarnya menunjukan bahwa doktrin ini bisa dijelaskan. Allah yang begitu misteri dan transenden mau menyatakan diri kepada kita sehingga bisa dipahami, terutama mengenai 3 Pribadi dalam diri Allah. Suatu sikap ignorance yang begitu parah bagi saya apabila orang Kristen tidak mau mempelajari hal ini, karena tutup kuping dan tutup pikiran untuk mengenali Allahnya berarti tidak pernah mau menjumpai Allah-nya.

Mari kita memulai dengan pembahasan mengenai apa itu arti kata “Pribadi” yang sebenarnya.

Apakah 3 Pribadi Allah sama dengan 3 Orang?

Kata Pribadi sendiri sebenarnya tidak berarti orang yang berbeda dan terpisah. Kata “pribadi” dalam diri Allah berarti Allah Bapa dan Allah Putera itu berbeda dan terpisah secara Pribadi, yang artinya ada dua Allah, sama seperti Petrus dan Paulus yang adalah dua manusia. Ini adalah pengertian kita yang umum mengenai kata “pribadi”. Mari kita pelajari bahasa asli dan pengertiannya tentang asal usul kata “pribadi” ini dalam doktrin rumusan bapa-bapa gereja.

Dalam pengakuan iman dan perumusan Tritunggal pertama tidak menggunakan kata “pribadi” dengan konteks yang kita mengerti sekarang (yaitu orang yang terpisah secara kesadaran dan kehendak). Kata yang digunakan oleh bapa gereja untuk menyatakan kata “pribadi” dalam doktrin Trinitas ini adalah hypostasis.

Hypostasis ini memiliki arti yaitu:

The term hypostasis has two meanings. Sometimes it means simple existence. In this sense, substance and hypostasis are the same thing, which is why certain of the holy Fathers have said: ‘the natures, that is to say, hypostases. At other times, it means the existence of an individual substance in itself.
— John Damascus, The Fount of Knowledge, Chapter XLII, paragraph 1.

Atau secara mudahnya dapat didefinisikan menjadi: suatu karakteristik dan spesifik dari suatu hakikat yang bisa dibedakan, entitas atau realitas individu dari suatu hakikat.

“I shall state that essence has the same relation to hypostasis as the common has to the particular” — St. Gregory of Nyssa.

Atau dalam arti teologinya hypostasis dari Allah adalah suatu bentuk unik dalam diri Allah/natur Allah atau pembedaan/spesifikasi sifat dari diri Allah yang esa. Jadi dalam hypostasis ada karakter / sifat yang unik yang bisa dibedakan dalam hipostasis lainnya. Jadi dalam diri Allah setiap hipostasisnya memiliki sifat yang unik yang tidak dibagikan kepada hipostasis lainnya.

Contoh dari pengertian hypostasis ini misalnya :

Api terdiri dari kobaran api, terang, dan panas. Hypostasis kobaran api, terang, dan panas adalah hal yang berbeda secara sifat/karakteristik tetapi dari unsur yang sama yaitu api.

Matahari terdiri dari inti matahari, terang, dan panas. Inti matahari tidak bisa dilihat, sedangkan yang menyatakan matahari tersebut adalah terangnya yang keluar dari matahari, dan keberadaan matahari bisa dirasakan lewat panasnya.
Pohon terdiri dari inti pohon, bentuk pohon dan hidup pohon. Hypostasis inti pohon, bentuk pohon, dan hidup pohon bisa dibedakan secara logis tetapi tidak bisa dipisahkan, dan menceritakan satu pohon.

Manusia terdiri dari eksistensi orang tersebut, pikiran, dan roh. Eksistensi menceritakan orang tersebut yang kita kenal lewat pikirannya dan adanya roh menunjukan bahwa dia hidup.

Jadi Trinitas tidak berbicara mengenal 3 Pribadi Allah yang menjadi satu, tetapi satu Allah yang dikenal dalam 3 Pribadi. Maka kita perlu mengenal Pribadi Allah dari apa yang dinyatakan dalam Alkitab itu sendiri. Dalam setiap Pribadi ini ada sifat-sifat unik yang tidak dibagikan/terdapat pada Pribadi lainnya.

Allah Bapa

Hypostasis Allah Bapa adalah Allah yang menjadi Bapa dari segala sesuatu, yang sudah ada sejak semula, yang ada dalam terang yang tak terhampiri, yang tidak kelihatan.

Keluaran 33: 20

Lagi firman-Nya: “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.”

1 Korintus 8: 6a

namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup

Kolose 1: 15

…. Allah yang tidak kelihatan, …

Yohanes 1: 18a

Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah;

1 Timotius 6: 16

Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.

Maleakhi 2: 10

Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Bukankah satu Allah menciptakan kita?

Dalam ayat-ayat tersebut kita mengetahui bahwa Allah Bapa adalah Pribadi yang menjadi mula dari segala sesuatu, yang ada sejak semula, yang tidak muncul dari siapapun, dan Dia adalah Allah yang tidak kelihatan, yang tidak bisa dijumpai, dan menyatakan diri-Nya lewat Firman-Nya dan Roh-Nya.

Sifat unik:

Transenden, tidak keluar dari apapun, yang tidak kelihatan, tersebut tidak di-share kepada Firman-Nya dan Roh-Nya.

Jadi bisa dikatakan Allah Bapa adalah Unbegotten God, yang sejak semula ada dan ada dengan sendirinya, yang tidak dilahirkan / keluar dari mana pun, yang melahirkan (bukan menciptakan) Firman Allah, dan memiliki Roh-Nya yaitu Roh Kudus.

Allah Putera

Hypostasis Allah Putera adalah Firman (Logos) Allah / Pikiran Allah, yaitu pernyataan diri Allah kepada segala sesuatu, menjadi gambar dari Allah yang tidak kelihatan, yang keluar dari Sang Bapa sebelum segala sesuatu.

Filipi 2: 5 -7

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Kolose 1: 15–17

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.

Ibrani 1: 1-3

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi.

Yohanes 1: 18

Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Yohanes 8: 42

Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.

Yohanes 14: 9 -10

Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya

Maka Firman Allah adalah hypostasis pernyataan diri Allah atau gambar Allah yang mengenalkan diri Allah Bapa kepada segala sesuatu.

Sama seperti ketika saya bersembunyi di balik bilik dan ada orang di luar bilik. Saya tidak bisa dilihat oleh orang tersebut. Dan bagaimana saya menyatakan diri saya, saya harus berbicara dan orang tersebut mengenal diri saya yang berada di balik tembok tersebut, yang tidak dia lihat.

Atau perumpamaan seperti pohon. Kita mengenal jenis pohon tersebut dari bentuk / rupa pohon yang ada. Dengan begitu kita bisa mengenal inti / eksistensi dari pohon tersebut yang tidak kelihatan.

Dalam hal ini, Firman Allah-lah yang menjadi manusia, bukan Allah Bapa yang menjadi manusia, seperti kesesatan teologi oneness/modalist.

Sifat unik

Begotten from God, keluar dari Sang Bapa tanpa meninggalkan Bapa, alasan segala sesuatu ada/dengan-Nya Allah menciptakan, sebagai wujud / gambar dari Bapa yang menyatakan diri Bapa, menjadi manusia untuk keselamatan manusia.

Allah Roh Kudus

Hypostasis Allah Roh Kudus adalah Hidup Allah, yang keluar dari Sang Bapa sebelum segala sesuatu dan aktif menyatakan diri Allah dalam memberi kehidupan.

Kejadian 1: 2

Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Kejadian 2: 7

ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

Yesaya 17: 13

Ya Pengharapan Israel, TUHAN, semua orang yang meninggalkan Engkau akan menjadi malu; orang-orang yang menyimpang dari pada-Mu akan dilenyapkan di negeri, sebab mereka telah meninggalkan sumber air yang hidup, yakni TUHAN.

Yohanes 4: 24

Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.

Yohanes 6: 63

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

 

Because the Holy Spirit is the bond between Father and Son, it thereby shares the qualities of the other two Persons. This unique character takes the best of both, as it were, and offers it to us “that he might renew the path to human salvation which had been corrupted — St Gregory of Nyssa

Maka Roh Kudus adalah Roh Allah/Hidup Allah. Allah adalah Sang Pemberi Hidup, pastinya memiliki Roh / Hidup. Roh manusia ada karena diciptakan/diberikan oleh-Nya, tetapi bukan berarti Roh Allah dihembuskan menjadi roh manusia, tetapi kuasa kehidupan diberikan Allah menjadi roh manusia. Roh manusia tersebut beserta dengan Roh Allah sehingga ada kuasa kehidupan dibaliknya.

Sifat unik

Proceeding from God, sifat dinamis / aktif bekerja yang menunjukan hidup Allah, Sang Pemberi Hidup.

Roh manusia mati ketika manusia jatuh dalam dosa, sehingga manusia dikatakan binasa (Kejadian 3 : 3, Roma 6 : 23). Manusia terpisah dari Allah (Yesaya 59 : 2) dan Roh Allah tidak ada lagi pada manusia (Kejadian 6 : 3). Maka manusia binasa, ketika raganya mati, rohnya akan mengalami keterpisahan kekal dengan Allah / sumber hidup, sehingga rohnya binasa di neraka. Maka ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita diberikan hidup kembali (Roma 6 : 23), sehingga roh kita yang mati dihidupkan kembali (Yohanes 4 : 14, Yohanes 7 : 37–38).

Yohanes 4: 14

tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.

Yohanes 7: 37–39

Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup. Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”

Bagi orang yang menerima Yesus, pastinya akan memperoleh hidup kembali, karena kesaksian Injil Kristus dihidupi oleh Roh Kudus. Bagi yang percaya kepada-Nya, akan mengalirkan air hidup dalam dirinya, itu adalah Roh Kudus (Yoh 7 : 37–39). Maka sangat salah bagi orang Kristen yang menganggap adanya Baptisan Roh Kudus supaya orang penuh dengan Roh Kudus, setelah dia telah lama menjadi orang percaya (atau biasa disebut Second Blessing). Tidak ada pembaptisan kedua kalinya oleh Roh Kudus, karena sekali dia percaya dan dibaptis, dia dipenuhi oleh Roh Kudus dan itulah yang disebut dengan lahir baru. Dan dia penuh oleh hidup, karena rohnya yang mati telah dihidupkan, sehingga membuahkan buah-buah Roh (Galatia 5 : 22–23).

Yohanes 3: 5–6

Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Maka dalam iman Kekristenan, hanya ada satu Allah, yaitu Bapa, yang ada bersama Firman dan Roh-Nya, yang dipuja dalam satu nama (Matius 28: 19). Di dalamnya hanya ada satu kuasa, satu kehendak, tidak terbagi, dan tidak dipisahkan.

Trinitas dari Gereja Ortodoks Timur

Allah itu kasih, maka kasih selalu mengalir dalam diri Allah. Di dalam kasih harus ada yang mengasihi dan dikasihi. Maka ada siklus kasih dalam diri Allah, yaitu Bapa mengasihi Firman dan Roh dan sebaliknya sesuai dengan firman yang berkata:

Yohanes 17: 24

…. sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

Jadi Allah tidak menciptakan karena membutuhkan sesuatu untuk dikasihi, tetapi sebelum segala sesuatu Allah sudah kasih, dan kasih itu mengalir dalam diri-Nya, yaitu 3 Pribadi-Nya.

Apakah 3 Pribadi menunjukan adanya pembagian dalam diri Allah?

Tidak, Allah tidak terbagi-bagi. Dia sempurna, maka dari itu Dia memiliki Eksistensi, Firman, dan Roh. Maka Eksistensi (Bapa), Firman (Putera), dan Roh (Roh Kudus) tidak merupakan pembagian dalam diri Allah yang satu, tetapi merupakan kesaksian dari kita yang melihat Allah yang satu. Sama seperti kita merasakan panasnya api, panas tersebut tidak terpisah dari eksistensi api dan nyala api.

Allah tidak terbagi, sehingga Allah Bapa tidak sempurna tanpa Roh-Nya, atau tidak sempurna tanpa Firman-Nya. Allah itu sempurna, maka Dia memiliki Firman dan Roh.

Kenapa terkesan ada tiga? Karena pikiran kita mencetaknya menjadi 3 di dalam pikiran kita, tetapi sebenarnya adalah satu. Jika kita berpikir mengenai Allah Bapa, kita tidak sedang memisahkan Allah Bapa dengan Putera dan Roh Kudus di pikiran kita, tetapi hakikatnya mereka adalah satu. Tetap sempurna yaitu eksistensi Allah yang punya Firman dan Roh, dan tiga-tiganya ada. Antar Pribadinya tidak bisa berpisah, karena hanya ada Satu Allah.

Prinsip yang harus diketahui tentang Hubungan antar Pribadi Allah
Kesalahan pemahaman dalam Trinitas umumnya adalah gagal memahami hubungan antar Pribadi-Nya. Dalam hal ini sering muncul bidat-bidat ajaran agama Kristen karena tidak memahami Trinitas dengan memahami sifatnya. Misalnya dalam teologi Oneness Pentecostal yang saya bahas di bagian sebelumnya, teologi ini tidak membedakan antara hypostasis Allah, sehingga dalam pemahamannya Allah Bapa menjadi manusia, dan menjadi Roh Kudus karena ketiganya tidak dibedakan. Atau beberapa teologi yang memisahkan Allah dalam Trinitas, sehingga menjadi tritheisme (penyembahan 3 Allah).

Sifat dalam Diri Allah antar Pribadi-Nya:
1. Satu kesatuan, tidak bisa dipisahkan
2. Bisa dibedakan
3. Tidak bisa dibagi
4. Sama dalam kehormatan, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah.

Konsep ini bisa dipahami sebagai berikut.

1. Tanpa unity, maka akan jatuh dalam pemahaman polytheis atau penyembahan 3 Allah.

2. Tanpa diversity, maka akan jatuh dalam pemahaman modalistic atau hanya ada satu Pribadi Allah.

3. Tanpa equality, maka akan jatuh dalam pemahaman subordinasi, yaitu Allah terdiri dari komponen-komponen yang lebih rendah kehormatannya satu dibanding lainnya.

Pengakuan Iman Nikea (325 M) — Konstantinopel (381 M)

Dalam kehidupan gereja mula-mula, banyak terpaan bidat-bidat atau pengajar-pengajar palsu yang mencoba mengaburkan iman kekristenan. Maka dalam 4 abad perjalanan gereja, melalui konsili-konsili bapa gereja, dibuatlah pengakuan iman sebagai pernyataan bahwa orang-orang Kristen pada zaman itu mewarisi iman para rasul yang adalah saksi mata langsung dari Yesus. Pengakuan ini diucapkan dan diakui oleh seluruh orang percaya, di mana orang di luar orang percaya yaitu bidat-bidat tidak mengakuinya dan memisahkan diri dari gereja (misal bidat Arius dan pengikutnya yang tdak mengakui Yesus adalah Allah, atau Macedonius yang tidak mengakui Roh Kudus sebagai Allah).

Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan;

dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus, Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan. Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir.

Aku percaya akan Roh Kudus, Tuhan yang memberi hidup; Ia berasal dari Bapa, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan Akan penghapusan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di dunia yang akan datang. Amin.

Apakah Tritunggal adalah produk kekeliruan Bapa Gereja?

Pandangan Allah Tritunggal bukanlah sesuatu yang asing bagi orang Yahudi, meskipun istilah Tritunggal tersebut tidak pernah dikenal oleh orang Yahudi. Tetapi intisari keesaan Allah dalam rumusan Tritunggal bukanlah suatu yang asing bagi orang Yahudi.

Doktrin Tritunggal memang baru ada dalam agama Kristen. Pertanyaan yang sering dilontarkan bagi orang Kristen: sejak kapan doktrin Tritunggal ada?
Dan kenapa tidak ada kata Tritunggal pada Perjanjian Baru sedangkan orang Kristen memercayainya?

Tritunggal adalah Rumusan Doktrin

Tritunggal secara istilah memang belum dikenal pada masa kekristenan purba. Dengan begitu jelas juga bahwa istilah Tritunggal tidak terdapat pada Alkitab atau ditulis langsung oleh para rasul. Tetapi berdasarkan fakta ini

  • bukan berarti Allah bukan Tritunggal atau dengan kata lain rumusan Tritunggal itu salah/bisa diragukan
  • bukan berarti orang Kristen di zaman gereja purba tidak memercayai dan tidak mengenal doktrin Tritunggal.

Orang Kristen di zaman purba memahami Allah Tritunggal, sesuai pesan ajaran para nabi dan para rasul. Tritunggal adalah rumus dari ajaran para rasul dan iman yang dipegang oleh orang Kristen pada masa itu, yang secara huruf dan istilah memang belum ada, tetapi definisinya sudah ada.

1. Tritunggal dalam Ajaran Para Rasul

Para rasul konsisten dengan ajaran Yesus. Para rasul mengajarkan bahwa Allah itu esa. Itu terdapat pada surat-surat para rasul dan Injil :

Markus 12:29, Yohanes 5:44, 17:3, Roma 3:30, 10:12, 16:27, 1 Korintus 8:4,6, 12:6, Galatia 3:20, Efesus 4:6, Yakobus 2:19, 1 Timotius 1:17, 2:5, Yudas 1:25

Tetapi keesaan Allah itu harus dipahami, apakah tunggal mutlak/gundul seperti yang dipahami oleh Islam/Unitarian/Saksi Yehovah? Ternyata tidak, pada ajaran para rasul tersebut dijelaskan bahwa Keesaan Allah itu terdapat 3 realitas yang unik, yang kekal, dan yang esa.

Maka resume ajaran para rasul ini adalah sebagai berikut:

1., Allah yang satu itu adalah Bapa, sumber dari segala sesuatu (1 Korintus 8:6), yan tidak kelihatan (1 Timotius 1:17).

2. Allah memiliki Firman (Mazmur 119:89) dan Roh (Kejadian 1:2, Ayub 33:4)

3. Yesus adalah Firman Allah (Yohanes 1:1), Gambar Allah (Kolose 1:15, Ibrani 1:3), dan Firman adalah Allah (Yohanes 1:1).

4. Roh Kudus adalah Roh Allah, yang menyertai para rasul (Yohanes 20:22), Kisah 1:8), Gereja (Yohanes 14:26) dan setiap orang percaya, dan Roh Kudus adalah Allah (1 Tesalonika 4:8).

5. Gereja membaptis orang dalam nama Allah yang esa, dalam nama (“onoma” = satu nama) Bapa, Putera, dan Roh Kudus. (Matius 28 :19).

Mereka paham bahwa Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, Mereka juga tahu, bahwa Bapa bukan Yesus, Yesus bukan Roh Kudus, Roh Kudus bukan Bapa, tetapi tidak ada 3 Allah, tetapi hanya satu Allah. [1]

2. Tritunggal dalam Ajaran Bapa-Bapa Gereja

2.1 Bapa-Bapa Rasuli

Ketika para rasul wafat, mereka telah menahbiskan penerus-penerus mereka, hal tersebut dinamakan paradosis rasuliah. Hal ini memang dilakukan oleh para rasul, supaya ada penerus yang mewarisi iman yang sama (Matius 28:19, Kisah 1:21–22, 20:28, Yudas 1:3, 2 Tesalonika 2:15), Generasi pertama yang menjadi murid para rasul ini, yang tulisannya masih bisa kita baca hingga sekarang, kita sebut sebagai Bapa Rasuli [2]. Misalnya:

Rasul Petrus memiliki murid bernama Klemens dari Roma, dan Ignatius dari Antiokhia, Markus yang disebut Yohanes, yang akhirnya mewarisi pelayanan para rasul sebagai uskup / penilik jemaat di daerah tersebut.

Rasul Yohanes memiliki murid bernama Ignatius dari Antiokhia, Polycarpus dari Smirna, Papias dari Hierapolis, dsb yang akhirnya mewarisi pelayanan para rasul sebagai uskup / penilik jemaat di daerah tersebut.

Para bapa rasuli tersebut masih memiliki tulisan yang eksis pada zaman sekarang. Sehingga tulisan itu bisa kita baca dan pelajari, apa yang dipahami oleh para bapa rasuli tersebut.

Maka tuduhan bahwa ajaran para rasul hilang dan Gereja menjadi rusak ini tidak terbukti dengan menunjukan tulisan bapa-bapa rasuli.

Tulisan ini sekarang bisa kita akses melalui buku-buku bapa gereja, maupun bisa diakses online di situs http://earlychristianwritings.com/

Berikut ini adalah pandangan para bapa gereja mengenai Allah:

1. Klemens dari Roma

St. Klemens, uskup Roma (sekitar 96), sering disebut sebagai Bapa Apostolik yang pertama, juga berulang kali merujuk pada Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam tulisannya. Misalnya, ia menulis dalam tulisannya kepada jemaat Korintus.

1 Clement 46:6
“Apakah kita tidak memiliki satu Allah dan satu Kristus dan satu Roh anugerah yang dicurahkan ke atas kita? Dan apakah tidak ada seorang pun yang memanggil Kristus? “

Klemens juga mengakui bahwa adalah Dia yang berbicara melalui Roh dalam Mazmur Daud, dan kepada siapa yang menerima ‘tongkat keagungan’, yaitu instrumen yang melaluinya Tuhan menjalankan kedaulatan-Nya. Dia juga “jalan keselamatan”, “imam besar persembahan kami “; melalui Dia kita memandang ke ketinggian surga’. Klemens juga menganggap Roh Kudus mengilhami nabi Allah di segala zaman. Namun Klemens tidak menjelaskan hubungan antara Bapa, Putera, dan Roh Kudus.

2. Ignatius dari Antiokhia

Ignatius, uskup dari Antiokhia adalah murid dari Rasul Yohanes. Ignatius sering menyebut bahwa Yesus adalah Allah dan berkata bahwa Putra co-existent dengan Sang Bapa sebelum segala zaman. Dalam suratnya kepada gereja di Magnesia dan Efesus

Epistle to the Magnesians 6:1
“Yesus Kristus. Dia, diperanakkan oleh Bapa sebelum awal waktu, adalah Allah Firman, sang Anak tunggal, dan tetap sama untuk selamanya; karena “dari kerajaan-Nya tidak akan ada akhirnya,” kata nabi Daniel.

 

Epistle to the Ephesians 7:2
Ada satu Tabib yang memiliki tubuh dan jiwa; keduanya dibuat dan tidak dibuat; Allah yang ada dalam daging; hidup sejati dalam kematian; baik Maria dan Tuhan; pertama mungkin dan kemudian tidak mungkin, bahkan Yesus Kristus, Tuhan kita.

3. Polycarpus dari Smirna

Polycarp adalah uskup Smirna dan juga seorang murid Rasul Yohanes. Dia mati syahid di arena Romawi, tetapi sebelum kematiannya dia memberi pemujaan pada Allah Trinitas.

The Martyrdom of Polycarp 14:1–2;
Ya Tuhan Allah Yang Mahakuasa, Bapa dari Putramu yang terkasih, Yesus Kristus . . . Saya memuji Engkau karena Engkau telah menganggap saya layak untuk ini hari dan jam, agar saya dapat menerima tempat di antara bilangan para martir. . . untuk kebangkitan menuju kehidupan kekal. . . dalam Roh Kudus yang tanpa cela. “

4. Surat Rasul Barnabas

Dalam tulisan surat yang dipercaya ditulis oleh Barnabas pada abad pertama (berbeda dengan Injil Palsu Barnabas), surat ini juga mendukung keilahian Yesus dan adanya doktrin seputar Trinitas di dalamnya.

Surat Barnabas 5: 5-7
Dan lebih lanjut, saudara-saudaraku: jika Tuhan bertahan menderita untuk jiwa kita, Dia menjadi Tuhan atas seluruh dunia, kepada siapa Allah berfirman pada dasar dunia, “Mari kita menjadikan manusia menurut gambar kita, dan menurut rupa kita,” pahami bagaimana Dia menanggung penderitaan di tangan manusia. Para nabi, setelah memperoleh kasih karunia dari-Nya, bernubuat tentang Dia. Dan Dia (karena itu menghendaki Dia muncul dalam daging), agar Dia dapat menghapuskan kematian, dan mengungkapkan kebangkitan dari kematian, bertahan [apa dan seperti yang Dia lakukan], agar Dia dapat memenuhi janji yang dibuat kepada para ayah, dan dengan mempersiapkan orang-orang baru untuk diri-Nya, dapat menunjukkan, sementara Dia tinggal di bumi, bahwa Dia, ketika Dia telah membangkitkan umat manusia, juga akan menghakimi mereka.

Sehingga kesimpulannya, menurut bapa gereja yang sezaman dengan para rasul, mereka memercayai adanya unsur Trinitas dalam mengenal Allah. Meskipun pada saat ini harus diakui bahwa belum terumuskan dengan baik apa itu Trinitas, tetapi saat itu orang Kristen bahwa Allah itu satu, yaitu Bapa, yang memiliki Firman sebagai Anak (yang co-existense atau pra-ada, bukan Anak dalam arti dilahirkan secara fisik) dan Roh Allah yang adalah sumber hidup dan berbicara melalui para nabi.

3. Teolog abad kedua, Murid dari Bapa Rasuli

Pada masa setelah para rasul dan bapa rasuli, sudut pandang ini tidak berubah. Dari tulisan murid-murid yang ditahbiskan para rasul dan bapa rasuli menjelaskan bahwa pandangan tersebut terjaga dalam gereja. Para penerus ini semakin merumuskan keesaan Allah dan kejamakan Pribadi ini dalam rumusan yang lebih jelas dan tegas. Hal itu terjadi karena pada masa tersebut semakin banyak bidat yang tumbuh dan pengajar-pengajar palsu yang menceritakan Yesus yang berbeda, Allah yang berbeda. Tulisan bapa-bapa gereja ini adalah:

1. Yustinus Martir (110–165 M)

Salah satu apologet yang paling menonjol selama periode ini adalah Yustinus Martir, seorang penyembah berhala yang berubah menjadi filsuf. Yustinus menggunakan keterampilannya sebagai penulis untuk menyangkal bidat dan memajukan kerajaan Kristus. Dua bidat yang ia tolak dalam tulisannya adalah dualisme Gnostik dan Marcionisme.[4]

Menanggapi Marcion, dan sehubungan dengan masalah-masalah Tritunggal, Yustinus mulai memperjelas hubungan antara Bapa dan Putra, mempromosikan keilahian Kristus dan juga menjelaskan bahwa Kristus memiliki fungsi yang berbeda dalam hubungannya dengan Bapa. Misalnya, dalam buku Second Apology (150M), Yustinus mengungkapkan gagasannya tentang hubungan Kristus dengan Allah Bapa ketika dia mengatakan bahwa Anak itu “bersama Allah dan diperanakkan sebelum semua ciptaan.”

Second Apology 6.
“The Father of all has no name given him, since he is unbegotten. For a being who has a name imposed on him has an elder to give him that name. ‘Father,’ ‘God,’ ‘Creator,’ ‘Lord,’ and ‘Master’ are not names, but appellations derived from his benefits and works. His Son (who alone is properly called Son, the Word [Logos] who is with God and is begotten before all creation, when in the beginning God created and ordered all things through him) is called Christ because he was anointed.”

2. Ireneus dari Lyon

Ireneus adalah murid dari Polycarpus, atau cucu dari rasul Yohanes. Untuk mempertahankan keesaan Tuhan melawan Gnostisisme dan Marcionisme, Ireneus meletakkan dasar bagi doktrin Tritunggal. Kalau tidak, tanpa
penekanan pada satu sifat Tuhan, kepercayaan pada tiga pribadi bisa
dipandang sebagai tipe pengajaran politeisme.[5] Dalam bukunya Against Heresies, Ireneus merangkum argumennya melawan kaum Gnostik, beliau menulis:

Adversus Haereses II Preface:
“Saya membuktikan juga itu hanya ada satu Allah, Pencipta, dan bahwa Ia bukan buah dari cacat apa pun, juga tidak ada sesuatu di atas Dia, atau setelah Dia. ”

Alih-alih teologi dualistik dari kaum Gnostik, Irenaeus dalam buku jilid keempatnya mengajarkan bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu Allah, namun Allah yang satu ini dimanifestasikan dalam Tiga Pribadi.

Against Heresies IV : Bab 33.7.
“Dalam satu Allah yang Mahakuasa, daripada-Nya segala sesuatu berasal adalah, … dan di dalam Anak Allah, Yesus Kristus, Tuhan kita, yang melaluinya adalah segala sesuatu, dan dalam dispensasi yang menyelamatkan di mana Anak Allah menjadi manusia; dan dalam Roh Allah, yang dalam setiap generasi secara terbuka mengungkapkan di antara umat manusia dispensasi penyelamatan dari Bapa dan Putra, sebagaimana yang Bapa kehendaki. “

Dalam beberapa hal, Irenaeus tampaknya lebih maju dari zamannya. Dia menolak sebelumnya bidat Arian ketika dia menyatakan bahwa Anak “tidak mulai menjadi; dia selalu ada bersama Bapa. ”

Against Heresies 3.18.1;

Seperti telah ditunjukkan dengan jelas bahwa Firman, yang ada pada mulanya bersama Allah, yang dengannya segala sesuatu diciptakan, yang juga selalu hadir bersama umat manusia, ada di hari terakhir ini, sesuai dengan waktu yang ditunjuk oleh Bapa, dipersatukan untuk tugas-Nya sendiri, sejauh Ia menjadi manusia yang harus menderita, [selanjutnya] bahwa setiap keberatan dikesampingkan dari mereka yang berkata, “Jika Tuhan kita lahir pada waktu itu, maka Kristus sebelumnya pernah tidak ada.” Karena saya telah menunjukkan bahwa Anak Allah pada waktu itu sudah ada, bersama Bapa sejak awal; tapi ketika Dia menjelma, dan menjadi manusia, Dia memulai lagi sebagai manusia,

Dia menekankan kesatuan Tuhan, namun menjelaskan bagaimana Bapa, Anak dan Roh Kudus bekerja dalam “Persatuan dan harmoni dalam penciptaan, pemeliharaan, dan keselamatan, karena mereka ada di dalamnya satu sama lain sebelum penciptaan. “

2. Teofilus dari Antiokhia

Sekitar 181 M, Theophilus dari Antiokhia, seorang bapa gereja Timur, yang adalah seorang apologet, merupakan tokoh yang pertama menggunakan istilah “Trinity” (atau Τριάδος). Hal itu terdapat pada tulisan beliau untuk membantah Autolycus, seorang penyembah berhala/Discourse to Autolycus II Bab 15.

Sama dengan bapa gereja sebelumnya, Teofilus dari Antiokhia juga menjelaskan bahwa Roh Kudus berbicara melalui para nabi, dan melalui Sang Firman/Sang Anak, Allah menciptakan segala sesuatu. Teofilus dari Antiokhia juga salah satu yang pertama yang menyatakan bahwa Roh Kudus berbeda dari Logos/Sang Firman.

3. Athenagoras dari Athena

Pada 160 M, Athenagoras, yang menulis menentang modalis (orang yang mengatakan Allah adalah 3 Mode, bukan Pribadi) yaitu Noetus. Athenagoras mengatakan bahwa “meskipun Firman itu adalah lahir dari Allah, ia bukanlah Allah kedua. Sebaliknya, setelah bersama Tuhan dan di dalam Tuhan selamanya ia dikeluarkan pada suatu titik waktu.” Rujukan kepada Kristus, Firman Tuhan ini, sebagai tidak memiliki permulaan adalah langkah penting dalam menyangkal para modalis, yang tidak menerima perbedaan Pribadi di dalam Allah. Demikian juga Athenagoras, sang apologet, menulis sesuatu mengenai sifat Allah dalam Trinitas, kesatuan dan perbedaan dari Bapa, Putera, dan Roh Kudus dalam tulisannya ketika orang Kristen dianggap atheis.

A Plea for the Christians Bab 12 — Consequent Absurdity of the Charge of Atheism

bahwa mereka mengenal Tuhan dan Logos — Nya, apa itu
kesatuan Anak dengan Bapa, apa persekutuan Bapa dengan Anak, apa itu
Roh, apakah kesatuan dari ketiganya, Roh, Anak, Bapa, dan perbedaan mereka dalam kesatuan;

4. Hippolytus dari Roma

Juga, sekitar tahun 190 M, Hippolytus, murid dari Ireneus (cicit rohani Rasul Yohanes) juga menulis menentang Noetus, setelah mengutip bagian dari Yohanes 1: 1, dengan tegas menyatakan kasusnya untuk tiga Pribadi dalam Allah, di mana “Bapa di atas semua Anak adalah melalui semua dan Roh Kudus . . . ada di semua. ”

The Refutation of All Heresies : Against the Heresy of One Noetus. 14

Bapalah yang memerintahkan, dan Anak yang taat, dan Roh Kudus yang memberi pengertian: Bapa yang di atas segalanya, dan Anak yang melalui semua, dan Roh Kudus yang ada di dalam semua. Dan kita tidak bisa tidak berpikir tentang satu Tuhan, tetapi dengan percaya pada kebenaran di dalam Bapa dan Anak dan Roh Kudus …… Dan dengan ini Dia menunjukkan, bahwa siapa pun yang menghilangkan salah satu dari ini, gagal memuliakan Allah dengan sempurna. Karena melalui Tritunggal inilah Bapa dimuliakan. Karena Bapa berkehendak, demikian Anak, Roh dinyatakan. Jadi, seluruh Alkitab menyatakan kebenaran ini.

Jadi, pada akhir abad kedua, sudah ada pemahaman yang kuat akan Allah sebagai Trinitas dari tiga pribadi yang memiliki peran berbeda dan entah bagaimana, hanya menunjukan satu Allah.

5. Tertulianus dari Kartago

Tertullianus adalah seorang awam dan seorang apologet yang dikatakan memiliki “salah satu pemikiran teologis terbaik untuk muncul di Barat Latin.” Dia dikenal sebagai penulis istilah pertama yaitu “trinitas”, “una substansia thres personae”, yaitu satu substansi, tiga Pribadi.

Against Praxeas Bab 2

dalam itu Semua adalah Satu, oleh kesatuan (yaitu) dari substansi; sementara misteri dispensasi masih dijaga, yang mendistribusikan Persatuan ke dalam suatu Tritunggal, menempatkan dalam urutannya tiga Pribadi — Bapa, Putra, dan Roh Kudus: tiga, bagaimanapun, tidak dalam kondisi, tetapi dalam derajat; tidak secara substansi, tetapi dalam bentuk; bukan dalam kekuasaan, tetapi dalam aspek; namun dari satu substansi, dan satu kondisi, dan satu kekuatan, karena Dia adalah satu Allah, dari siapa derajat dan bentuk dan aspek ini diperhitungkan, dengan nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.

Formula dan pembelaannya yang gigih akan kesatuan dan keunikan Tuhan melawan kaum politeis Gnostik seperti Marcion serta para modalis seperti Praxea. Sebagai seorang apologet, Tertullianus, seperti orang lain yang mengikutinya, dipaksa untuk menghadapi peningkatan penganiayaan dan bidat dengan mengklarifikasi ajaran Alkitab mengenai Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan mengembangkan bahasa yang lebih tepat untuk mengungkapkan kebenaran inti Alkitabiah.

Dalam debatnya melawan pandangan modalistik Praxeas, Tertullianus berpendapat:

Against Praxea Chapter XXV
Dengan demikian hubungan Bapa dalam Putra, dan Putra dalam Sang Penolong (Roh Kudus -red), menghasilkan tiga Pribadi yang koheren, yang belum membedakan Satu dari yang Lain. Ketiganya adalah satu esensi, bukan satu Pribadi, sebagaimana dikatakan, “Aku dan Bapaku adalah Satu,” dalam hal kesatuan substansi, bukan singularitas angka.

Dalam pembelaannya melawan modalisme Praxeas, maka, Tertullian mengembangkan penjelasan yang lebih jelas tentang bagaimana persatuan Tuhan dapat didamaikan dengan Pribadi yang jamak.[7] Namun Pribadi yang dimaksudkan Tertulianus bukanlah Pribadi yaitu orang yang berbeda dan terpisah, sama seperti Andi berbeda dan terpisah dengan Budi. Tertulianus menegaskan:

Sang Penolong, atau Roh Kudus. Dia Berbeda dari Bapa dan Putra sama seperti Keberadaan Pribadi mereka. Tetapi Satu dan Tak Terpisahkan dari Mereka untuk Sifat Ilahi Mereka. — Against Praxeas Chapter 25

Sehingga ungkapan “Trinitas, satu substansi tiga Pribadi, yang bisa dibedakan tetapi tidak terpisahkan” dari Tertulianus ini adalah langkah yang sangat penting dalam pengembangan bahasa yang dapat digunakan untuk menggambarkan seluk-beluk Trinitas.

4. Bidat, menyelewengkan Ajaran Benar tentang Allah dan Yesus

Dari berikut-berikut ini adalah nama-nama pengajar palsu yang dicatat dalam sejarah, yang mengajarkan berbagai macam pandangan yang berbeda dari yang para rasul ajarkan. Berbeda dengan nama bapa-bapa gereja yang saya tulis sebelumnya, nama-nama ini adalah pengajar palsu yang mengajarkan Allah dan Yesus secara berbeda, sehingga disebut bidat atau tidak ortodoks. Seluruh gereja universal memercayai ajaran yang ortodoks, berbeda dengan bidat-bidat ini hanyalah sekte dalam kekristenan saat itu, yang akhirnya terpisah atau dikeluarkan dari gereja universal.

  • Gnostisisme, Dualisme, Doketisme: memercayai bahwa Yesus bukanlah manusia, tetapi Allah. Kaum Gnostik menggabungkan ilmu filsafat Yunani seperti Plato dan Neo-Platonis dalam mendefinisikan iman Kristen. Salah seorang pengikutnya yaitu Marcion bahkan memercayai dua Allah, yaitu Allah di Perjanjian Lama dan Allah di Perjanjian Baru. Seorang bidat bernama Basilides mengatakan bahwa Yesus tidak benar-benar disalib tetapi diserupakan dengan Simon dari Kirene. Teori sesat dalam kacamata sejarah dan kesaksian nyata di lokasi peristiwa ini entah kenapa bisa masuk dalam pemahaman orang Islam mengenai Yesus/Isa Al-Masih yang menurut mereka tidak benar disalib, tetapi diserupakan
  • Adoptionism, yang diajarkan oleh Paulus dari Samosata, seorang bidat yang percaya bahwa Yesus baru menjadi ilahi ketika menerima baptisan dari Yohanes.
  • Noetus, Praxeas, Sabellius, Cerrulius, dan beberapa muridnya dan pengikutnya mengajarkan ajaran modalisme, monarkianisme, patrepasianisme yaitu ajaran yang intinya percaya bahwa Allah adalah satu Pribadi dalam tiga mode. Mereka percaya bahwa Allah Bapa menjadi manusia bernama Yesus, dan Roh Kudus hanyalah manifestasi Allah, bukan Pribadi yang berbeda dengan Allah.
  • Arianisme, yang diajarkan oleh Arius, adalah ajaran yang mengatakan bahwa Yesus adalah ciptaan Allah yang pertama, sehingga Yesus / Firman Allah bukanlah Allah.

Begitu banyak ajaran yang tidak konsisten, berbeda dengan yang diajarkan gereja universal. Akhirnya mereka adalah bidat/penyeleweng dari ajaran rasul yang tengah dijaga oleh keturunan rohani atau suksesi para rasul. Mereka muncul secara bergiliran di abad demi abad, sebagai ajaran sesat yang dilawan oleh gereja saat itu, bahkan hingga saat ini.

5. Konsili sebagai Penegasan Iman Kristen yang dipercaya secara universal

Dalam menghadapi kebidatan dan banyaknya ajaran-ajaran asing muncul dari gereja, maka gereja melakukan sidang konsili untuk menunjukan ajaran mana yang diajarkan oleh Yesus dan para rasul. Hal itu sesuai dengan pesan Kitab Suci:

Matius 18:17 — 20
Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

 

Kisah Para Rasul 15:6, 28
6. Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu.
28. Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini:

Setelah adanya Edict Milan, di mana kekristenan diakui sebagai salah satu agama yang sah dalam negara, saat itu orang Kristen berhenti dipersekusi di era Kaisar Konstantinus. Maka pada saat itu, seluruh pemimpin umat (uskup /penilik jemaat) yang tersebar di daerah-daerah dapat menghadiri konsili dengan lebih mudah tanpa aniaya.

Pada tahun 320–336, ada seorang presbiter bernama Arius dari Aleksandria, yang mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Allah, tetapi ciptaan pertama dari Allah. Hal ini meresahkan uskup Aleksandria, yaitu Alexander. Namun Arius adalah orang yang pandai bersilat lidah, yang saat itu berhasil mendapatkan banyak pengikut dan sulit untuk dilacak kesesatan ajarannya. Dalam perseteruannya selama bertahun-tahun dengan uskup Aleksandria, akhirnya Kaisar Konstantin menyelenggarakan konsili oikumensi perdana di Nikea pada tahun 325. Seluruh uskup dari berbagai daerah kekristenan di undang pada acara tersebut.

Ketika Arius menyampaikan pendapatnya: “Ada suatu waktu di mana Firman Allah pernah tidak ada”, uskup Nikolas dari Myra langsung menampar Arius, dan mengatakan bahwa Arius melakukan penghujatan.

St. Nicholas dari Myra menampar Arius karena menghujat Yesus, Sang Anak Allah, yang diakuinya tidak satu hakikat / dzat dengan Allah. Arius mengatakan Yesus diciptakan.

Di konsili itu, Athanasius, seorang diakon muda, murid dari Uskup Aleksander dari Aleksandria menyampaikan bantahannya. Hingga akhir dari konsili tersebut, maka dinyatakan demikian:

But those who say: ‘There was a time when he was not;’ and ‘He was not before he was made;’ and ‘He was made out of nothing,’ or ‘He is of another substance’ or ‘essence,’ or ‘The Son of God is created,’ or ‘changeable,’ or ‘alterable’ — they are condemned by the holy catholic and apostolic Church. 

Pengakuan Iman Nikea

Dari 318 uskup yang hadir di Konsili Nikea, hampir seluruh uskup menandatangani bahwa ajaran Arius adalah ajaran sesat. Pada konsili tersebut dinyatakan bahwa Gereja memercayai bahwa Yesus adalah Allah sejati, yang keluar dari Allah Bapa, bukan merupakan ciptaan. Hanya Arius dan dua uskup lainnya yang tidak mau menandatanganinya. Hal ini membuktikan bahwa gereja saat itu memercayai bahwa Yesus adalah Allah, bukan ciptaan Allah, dan itu adalah kepercayaan universal yang tidak perlu diperdebatkan atau dipertanyakan lagi, mengenai apa yang dipercaya oleh gereja saat itu

Mengenai kisah lengkap dari Konsili Nikea 325 M dan apa saja yang terjadi, bisa kita baca lebih lengkapnya di tulisan Dr. Bambang Noorsena, SH, MA yang menjelaskannya lebih rinci: http://www.sarapanpagi.org/konsili-nikea-325-apa-yg-sesungguhnya-terjadi-vt6396.html

Dan ajaran gereja Trinitas ini akhirnya semakin rampung ketika muncul kembali golongan Semi-Arianisme, Macedonianisme yang berkata bahwa Roh Kudus ada di bawah Allah. Maka di titik ini, gereja mempertegas kepercayaannya akan Roh Kudus, bahwa Roh Kudus adalah Allah, dan saat itu merampungkan Pengakuan Iman Gereja Universal, di mana Trinitas adalah pokok kepercayaan yang ditekankan. Hal itu menyatakan bahwa inilah yang gereja percaya sejak semula, yang diajarkan oleh Yesus, yang iman tersebut diwariskan kepada para rasul, yang dijagai Roh Kudus sepanjang gereja berdiri, sehingga ajaran sesat seperti yang sebutkan di atas tidak berkuasa atas gereja.

Matius 16 : 18
Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku (Gereja-Ku — red) dan alam maut tidak akan menguasainya.


PREKONKLUSI

Dengan berbagai data dan pendapat dari tokoh-tokoh pra-konsili Nikea, bisa digambarkan bahwa seluruh bapa gereja ortodoks memercayai bahwa Allah itu Esa, yaitu Bapa (1 Kor 8:6), dan dalam Sang Bapa terdapat Sang Anak yaitu Firman-Nya (Mazmur 119:89, Yoh 1:1), dan memiliki Roh yaitu Roh Kudus (Ayub 33:4, Yoh 14:26). Allah terdiri dari Tiga Pribadi, yang bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Tiga Pribadi mengisahkan sesuatu yang unik dan menceritakan Allah. Trinitas bukanlah suatu yang asing dari pengajaran para rasul, juga murid-murid para rasul.

Pengajaran para rasul juga bukanlah hal yang membingungkan saat itu, karena sejak zaman para rasul ketritunggalan tersebut sudah jelas, hanya memang belum terumuskan. Seluruh para rasul sepakat, karena menyaksikan sendiri ajaran Yesus, juga menerima Roh Kudus yang sama. Tidak ada salah satu dari para murid yang memiliki kesaksian berbeda, misalnya berkata bahwa Yesus bukan Allah, atau berkata bahwa Yesus bukan manusia. Dan ajaran tersebut sangat terbukti, konsisten, dan teruji dalam sejarah. Tidak ada kekuatan militer atau politik yang memaksakan doktrin, karena saat itu orang Kristen pun masih ditindas.

Sebaliknya tokoh-tokoh yang disebut sebagai bidat/pengajar palsu itu muncul sebagai sempalan, yang memang menyimpang dari ajaran yang asli. Mereka mengajarkan berbagai macam tentang Allah dan Yesus, tidak ada kesepakatan, justru sangat heterodoks, saling bertentangan satu sama lain, tidak ada kekonsistenan. Mirisnya, dibandingkan dari komentar seluruh bapa gereja di zaman itu, yang tidak berbeda satu sama lain, semuanya mengisahkan hal yang sama dan mendukung ketritunggalan dalam diri Allah.


Sumber:

  1. Katekismus Gereja Katolik
  2. Alkitab Deuterokanonika
  3. CRU.ORG
  4. Church Life Journal
  5. Eric Ongkowijoyo di Medium

 

 

Facebook Comments

Published by

Donald

A great Big Bang and then it all starts, we have no idea where will it end to ...

Komentar