*A repost from my writing on Quora
Is pocong (in terms of burial way) exclusive to Indonesia?
Pocong?
Any burial way is exclusive for the dead body, and so does with pocong.
But, when it is addressed to Indonesia, it is not.
Pocong is not a burial way. It is a ghost-like appearance that some people say as ex-moslem wandering spirits. Being put in a white linen cover with only face disclosed when buried, that figure is what most of Indonesian people (which is actually moslem majority) will expect to see and imagine when talking about ghosts. Pocongs are usually attributed as annoying, frightening, threatening, and in most cases those myth-based belief jabberings they just do it as a revenge to the people who have done wrong tho them while alive.
By the way, pocong is one among thousand of ghost figures spread among 250 million of Indonesian population.
As more and more people will likely become more open-minded and tend do think more scientifically, pocong along with another so-called ghosts are enjoyed as art. You may a bunch of it in films in some domestic TV channels.
As for me, if it is about art, the figure of pocong is far from beauty, and I can’ t understand that is an exclusive way to bury people.
So, is pocong exclusive to Indonesia?
Yes, if you refer to some group of people in Indonesia because it is them that have that term.
No, because in many other countries moslems bury dead person in the similar way.
Here I pick you one.
Pagi ini kelihatan cerah sehingga meski jalanan di Jalan Iskandar Muda, Jakarta Selatan terlihat macet, tetapi semangat pagi masih menjadi alasan untuk menyemangati diri dan mengayuh roda dua yang menjadi armada andalanku untuk bepergian kemana-mana.
Belum lagi karena kali ini jok yang biasanya hanya menopang pantatku kini sudah memenuhi fungsinya untuk juga menyediakan boncengan bagi putri Sion yang sudah beberapa bulan terakhir menemani hari-hariku. Satu lagi alasan untuk tersenyum pagi ini.
Tapi pagi yang cerah dan hati yang riang ini ternyata harus berhadapan dengan insiden bensin habis sehingga harus dorong motor (I know its my fault for neglecting the petrolmeter) persis usai mengantar si doi ke tempat kerja. Dorong sebentar lalu minta tolong teman untuk ambil bensin di SPBU, akhirnya aku bisa melanjutkan perjalanan kembali.
Tapi ternyata ini baru awal dari tragedi a laMr. Bean’s Holiday penuh kesialan tanpa henti. Akhir-akhir ini aku baru menyadari bahwa kesialan si komedian kocak ini ternyata tidak jera-jera menimpaku juga. Pity me. Insiden berikutnya datang dari seorang brigadir mobil yang mengendarai mobil sambil memegang mobile phone. Iya. Ini bukan curhat puitis dirangkai dengan rima, tetapi benar terjadi adanya.
Di tengah macetnya jalanan dari daerah Karet menuju Tanah Abang, tiba-tiba … SHIT … aku merasa jari kelingking kaki sebelah kanan seperti ditimpa kaki dinosaurus. Serius? Iya. Rasanya begitu.
Sontak aku menoleh ke arah datangnya malapetaka itu. Ternyata datangnya dari ban kiri depan sebuah mobil dengan plat bertanda anggota brigadir mobil.
Amarahku mendidih dan segera aku layangkan tinju ke kaca depan mobilnya sembari membanting spion kiri. Akhirnya orang dalam mobil membuka kaca depan sebelah kiri mobilnya barangkali untuk memastikan wajahku yang meringis kesakitan. Panik sambil kebingungan, tampak rasa bersalah di wajahnya. Sialnya, namanya juga jalanan macet, mobil bahkan tidak bisa bergerak maju. Si brimob pendek berkumis hitam tersebut pun memundurkan mobilnya. Alhasil: Kaki dinosaurus pun menginjak kakiku untuk kedua kalinya. SHIT … dan SHIT … Maka lengkaplah sudah kesialanku pagi ini. Sakitnya itu berawal dari jari kiri, mengalir melalui seluruh nadi, terasa di sekujur tubuh, dan mendidih di ubun-ubun.
Setelah jalanan yang macet gila berkurang sedikit kegilaannya, aku beri dia isyarat untuk meminggirkan mobilnya.Ia pun mengekor. Kali ini ia membuka kaca depan sebelah kirinya dan berkata: “Iya, pak. Maaf Saya tidak sengaja. Ini mau diobati atau bagaimana?”.
Demi melihat ekspresi bersalahnya, aku menarik napas sejenak. “Bapak ini Brimob, khan?”, tanyaku dengan amarah yang kini menyusut menjadi kesal. Dia mengangguk. “Maaf sekali lagi, pak. Karena ini lagi macet, kita mutar dulu aja pak di depan sana supaya bisa diobati”, ujarnya sembari menunjuk putaran paling dekat.
Macet, panas plus kena injak kaki dinosaurus alias ban mobil ini benar-benar menguji kesabaranku.Tapi demi melihat macet dan aku harus buru-buru ke kantor, setelah memastikan bahwa jariku hanya lebam sedikit, aku memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah. “Lain kali hati-hati donk Pak kalau menyetir,” ujarku melaju kembali setelah amarah tadi sedikit terlampiaskan dengan memukul kaca depan mobilnya dan membanting spionnya.
Mudah-mudahan ke depannya setiap pengendara mobil (baik brigadir mobil ataupun brigadir jenderal), militer atau sipil, tidak melulu asyik dengan mobile phone-nya ketika menyetir mobil. Supaya ke depan tidak ada lagi korban berikutnya seperti saya. Trust me, jari dilindas ban mobil itu sakit, tidak asik dan tidak perlu dicoba.
Kisah ini kutulis setelah agak tenang sembari menyeruput kopi sesampainya di kantor. Terima kasih, kopi hitam.
Dewasa ini perusahaan-perusahaan IT tanpa ragu menyatakan janji dan komitmen bahwa mereka akan memberikan peace of mind kepada para customer dan partner mereka. Janji dan komitmen itu di-deliver dengan berbagai cara dan media. Disampaikan dengan berbagai cara dan tone. Tak jarang pula menimbulkan pengertian yang berbeda bagi audience.
Karena itu, sebelum menjadi judgemental tenang benar tidaknya hal tersebut terjadi di lapangan, ada baiknya kita terlebih dahulu menyamakan perspektif tentang makna kata Peace of Mind in IT.
Peace of mind adalah keadaan tenteram secara mental dan emosional. Tidak ada kekhawatiran, ketakutan ataupun tekanan batin (no worries, fears nor stress). Maka, Peace of Mind dalam dunia Teknologi Informasi (IT) berarti ketenteraman bagi para stakeholder, yakni siapapun yang menggunakan IT atau mengalami dampak dari penggunaannya.
Mengingat perkembangan teknologi informasi yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap aktifitas dunia usaha, cakupan dari terminogi ini menjadi sangat luas. Bahkan menyentuh hampir setiap sendi kehidupan manusia.
Momen peace of mind menjadi semakin jarang ditemui ketika orang tidak lagi punya waktu untuk diri sendiri dan orang-orang serta hal-hal yang dia cintai karena harus melakukan pekerjaan lain.
Menonton acara TV yang menghibur menjadi mahal karena harus mengecek e-mail dari para karyawan.
Menemani sang isteri minum teh berdua semakin jarang karena harus memeriksa persediaan stok barang di inventory.
Novel terbaru yang baru dibeli tidak sempat dibaca karena mesti menemani staf HRD menghitung gaji karyawan.
Bahkan berbaring santai di pantai sambil menikmati liburan pun harus terganggu jika Anda adalah satu-satunya engineer yang menguasai kinerja mesin di perusahaan.
Belum lagi jika waktu tidur pun harus terganggu karena manajer hotel menelfon Anda setelah seorang tamu hotel kecewa karena check-in yang lama sekali.
Daftar “kekecewaan-kekecewaan” ini masih bisa ditambah lagi. Yang pasti, hal-hal ini menghalangi terciptanya Peace of Mind. Adakah perusahaan IT yang mampu mengatasi kekecewaan tersebut? Jika ada, pemahaman apa yang mesti dimiliki untuk bisa melakukannya?
Semesta aktifitas dunia IT adalah pertukaran informasi. Fokusnya ada pada informasi, yakni informasi apa yang disampaikan serta bagaimana informasi itu dipertukarkan. Berangkat dari pemahaman ini, sebuah perusahaan IT yang sudah berpengalaman selama 32 tahun di Indonesia menyatakan bahwa memberikan peace of mind in ICT berarti menyampaikan informasi yang tepat, kepada orang yang tepat pada saat yang tepat.
Informasi yang tepat berarti akurat (acurate) dan mudah dimengerti (easy to understand).
Disampaikan kepada orang yang tepat berarti disampaikan dengan sistem yang utuh menyatu (integrated) dan aman (secured) sehingga informasi ini tidak diterima oleh orang yang salah.
Pada saat yang tepat berarti informasi yang disampaikan itu relevan (relevant) dan menuntun pada tindakan (actionable).
Banyak orang akan menterjemahkan hal ini dengan mengatakan “Ya sudah, tinggal adopsi saja the the latest technology, masalah selesai”. Sayangnya, solusi yang benar-benar memberikan peace of mind tidak selalu the latest technology, tetapi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks di lapangan.
Misalnya, banyak pelaku industri merasa bahwa sebuah software haruslah dibangun secara web-based dengan alasan mobilitas dan kemudahan lainnya dibandingkan dengan menggunakan sebuah terminal server. Tapi untuk wilayah dengan jaringan internet yang lambat, alih-alih membantu ini malah bisa memperlambat kinerja perusahaan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap perusahaan IT untuk selalu menggali kebutuhan dari customer atau prospeknya: “Apa yang anda cari?”
Dalam situasi seperti ini, batin tenang dan hati nyaman menghantar seseorang pada pengalaman bahagia dan bebas. Untuk mengalami momen seperti ini, seorang pemilik usaha akan membayar perusahaan IT manapun at any cost.
The Government of Indonesia through the Ministry of Trade has targeted the export growth at 300% over the next five years as a concrete step to carry out the mandate of Nawa Cita, the policy principles of the cabinet headed by President Jokowi (see Press Release of the Ministry of Trade on February 16, 2015).
As main export commodities, the products of the manufacturing industry still put Indonesia as a major player in the global manufacturing business. To achieve this target, of course, a synergy between many parties is heavily required. Legal certainty, government support, and readiness of manufacturing business players.
The export optimism illustrates how broad the business opportunities in manufacturing can be. Of course, any business player who is ready to compete to develop the industry will come up as recognized partaker. In terms of industry constellation, using this opportunity implies concrete implementations of reliable systems and technology to increase production capacity.
As one of the major components that determine the labor-intensive manufacturing growth rate, human resources should be the focus of every manufacturing company. The employee is an asset. And all assets need to be managed properly to bring sustainable profits to the company. Given the complexity of human character, it takes the approach of local culture to target the highest level of achievable productivity. Thus, to establish a manufacturing company in Indonesia is to entrust the business supply chain to Indonesian people in accordance with Indonesian regulations.
When it comes to business management, manufacturers should put this question as top priority to answer: “I see my employees work for 8 hours per day, 5-6 days a week and I want to make sure that they give their best contribution to my company. Have I got the best system support to make it come true?”. Furthermore, “How can I find a valid parameter to measure their productivity, and the progress of the business, respectively?”
Answer to those questions prerequisites huge data, covering the attendance, payroll, loan funds, medical reimbursement, training, and treatment.
The need for system
“I have run my business in a good system of management” may be a spontaneous response from the business owners like you when addressed by questions on how significant your system fostering your employees’ productivity. However, good is never enough when you open your window wide and see that outside other competitors that successfully reach better performance.
As a player, you will not be satisfied knowing this. You should take your step further and see what happens, instead of assuming that there can not be other way by which you carry out your company. The competitors have identified weaknesses in the lack of efficiency and the long duration of data processing. They have found the solution in an integrated technology-based solution, built in a complete package of software, hardware, maintenance and support. If they can have helpful solution, then the solutions must have been available somewhere, waiting for you at the end your search.
Many companies now use a software with modules that provide great help to your HR manager. Its is likely that the number will grow, may be faster than you can predict. Of course, some others will insist using the same manual-based system.
As a player, you will come outstanding when you stand with the first. Who are they that stand among the first?
As an advanced manufacturing industry country, Japan deserve to be a reference. Japan has created widespread known HR management systems that boost human productivity. In synergy with superior management, as well as applied to plants in Indonesia. Call it the Toyota Way, Just in Time Manufacturing, and the Kanban System. Synergies to be complete and the company helped found the best performance when the human resources and management meet with a qualified ICT systems. Then, which ICT system can meet these expectations?
Japanese factories such as Seiwa, Kao, Yamaha, and Sumi Rubber turns choosing SIAP+P, e-HRIS system created by Realta. Maintenance and support are best made SIAP+P leading choice for manufacturers who have proven that consistent progress in Indonesia’s manufacturing industry.
Users of SIAP+P have now started to spread to almost all areas of manufacturing. You can find the reason why the companies below also choose to use the SIAP+P, not the other system. Survive and continue to evolve, these companies had the same characteristics: They pay great attention to the productivity of its employees, and feel the need to seek appropriate ICT systems for them.
Just go google or duckduckgo these items and discover what business are these companies involved with.
Chakra Adi Utama Mulia
Afikogyo Indonesia
Argapura
Amerta Indah Otsuka
Aisin Indonesia
Astari Niagara
Bandung Sakura textille Mill
CITAS Otis Elevator
DIC Astra Chemical
Energizer Indonesia
Fabindo Sejahtera
Famatex
Fuji Technica Indonesia
Chemicals Inter Aneka Lestari
Indomitra Sedaya
International Paint Indonesia
International Power Mitsui
Indonesia Synthetic textille Mill
Indonesia Toray Synthetic
Intertek Utama Services
Indonesia Wacoal
KAO Indonesia
Kawasaki Motor Indonesia
Plastic KMK Indonesia
Mitsubishi Electric Indonesia
Nippres Indonesia
NSK Bearings Indonesia
Pacific Presstress Indonesia
Sanden Indonesia
SBP Indonesia
SC Johnson & Son
Seiwa Indonesia
Sanken Indonesia
Smart Tbk
Surya Semesta Internusa
Sentralindo Teguh Gemilang
Thamrin Brothers
Toshiba Consumer Products
Cemani Toka
Yamaha Motor Parts Mfg Indonesia
SIAP+P
SIAP+P is a software application HRIS (Human Resources Information System) that helps professionals in the field of HR to give direction to employees, as well as determine the processes and strategies appropriate work. At the moment SIAP+P has been successfully implemented a in more than 150 companies and organizations for various kind of industry.
As a result, companies that have used the SIAP+P was observed to continue to demonstrate significant performance improvements along with the reduced risk. This is possible because the employees could have more time, no longer have to queue for administrative matters such as is commonly done on manual methods. Governance of efficient manpower in turn will facilitate better decision making, and ultimately lead to customer satisfaction.
SIAP+P provides the following application services that help companies or organizations to actualize the full potential of their businesses. Aspects being targeted can vary, both to reduce costs, increase advanced training for employees, improving payroll system, and provide better services for employees. The end result was predictable. Increased productivity, strengthen competitiveness and increase customer satisfaction.
It is interesting to note that the terminology of “siap” itself in Bahasa simply means “ready, well prepared”.
Now SIAP+P is also equipped with ESS (Employee Self Service) mobile applications. Users simply download it at the mobile phone so that it can monitor its employees more easily.
Summary
The manufacturing industry will continue to grow, and Indonesia is a market that is estimated will replace China as the world’s largest manufacturing producer. Playing solid competitor in this sector, management systems and productive workforce will support the company continuously only if equipped with ICT systems that ensure efficient use of manpower.
SIAP+P comes as a comprehensive solution for ICT systems you need. The manufacturing company will always dealing with employee data management, control over employee productivity, payroll system and other benefits. Integrated solution for the management of this will increasingly feel the benefits, especially much less number of employees your company more and more.
You can choose: do it yourself and experience more hassles and losses in the past, or SIAP+P that does it for you.
Teringat perbincangan dengan seorang teman di Facebook.
Beliau membagikan link Pope said Jesus failed? ini dan langsung mentah-mentah ditangkap bulat-bulat.
Tak tanggung-tanggung, teman saya ini bilang bahwa:
“Intinya pope menyatakan bahwa Yesus gagal dalam karya penyelamatannya di kayu salib dan Yesus adalah putra Lucifer”
Lalu dia tambahkan lagi bahwa si Pope tidak pantas jadi pemimpin umat. ”Pope emang ateis kok. Ga layak buat jadi pemimpin umat”
Banyak emoticon “smile” yang dia gunakan ketika mengomentari postingannya sendiri sehingga saya merasa bahwa ia hanya sekedar mencari sensasi saja.
Saya bertanya apakah maksudnya memang benar demikian?
Saya coba mengkritisi karena jika ini viral, bukan tidak mungkin bahwa yang bersangkutan bisa berhadapan dengan kritik yang mungkin tidak sanggup dia terima lagi. Bukan karena apa. Seandainya memang kritik atau postingannya ditulis sebagai tanggapan, tentunya yang bersangkutan sebaiknya membaca terlebih dahulu teks yang dia ingin komentari (dalam hal ini: menonton seluruh video yang dia share dan tidak memberi caption secara serampangan)
Tapi sebelumnya saya pastikan dulu apakah dia memang benar-benar bermaksud mengatakan hal itu atau sengaja melempar isu dan memancing komentar-komentar yang beragam mutu dan motifnya dari para pengguna Facebook. Saya agak wanti-wanti saja, belum yakin betul dia benar-benar serius membagikan hasil pemikirannya seperti itu atau sekedar bercanda.
Memberi komentar atas seorang figur publik memang sah-sah saja. Sekalipun figur publik itu sebesar Paus, yang notabene memang pemimpin institusi Gereja Katolik.
Terlepas dari figur yang dikritiknya, hanya membaca paragraf ini saja pun kiranya yang bersangkutan tidak perlu sudah mengerti apa sebenarnya maksud dari sang Paus.
“God sees to the fruits of our labors, and if at times our efforts and works seem to fail and not produce fruit, we need to remember that we are followers of Jesus Christ and his life, humanly speaking, ended in failure, the failure of the cross,” Pope Francis said.
Ternyata benar: Teman saya ini hanya bercanda.
Atau mungkin karena kesal saja, dan mencoba melampiaskan kekesalannya dengan mencantumkan postingan di media sosial dan mencari hiburan dengan membaca komentar-komentar yang muncul sebagai notifikasi di gadget yang dia gunakan.
Hanya saja, sebelum saya dan beberapa teman-teman yang lain, komentar menghujat seperti yang dia targetkan sudah muncul duluan, mengatakan bahwa Paus itu seorang ateis dan tidak pantas menjadi pemimpin umat. Persis seperti yang sudah terjadi di negara lain.
Entahlah. Apakah beliau benar-benar tidak membaca semuanya, tapi saya lantas screen-shot saja isi teks kotbah sang Paus dalam kutipan yang lebih lengkap dan menunjukkan kepadanya. Tugas saya selesai. Selanjutnya, terserah dia.
Fenomen seperti ini barangkali menjadi tren di media sosial. Bahkan orang-orang yang menurut para followers-nya adalah tokoh yang punya intelejensi dan wawasan yang mumpuni, tak jarang juga jatuh dalam godaan untuk men-share link, halaman atau kutipan dari seorang figur publik dan memposting begitu saja hanya dengan melakukan copy paste dari headline-nya.
Hal ini tidak sepenuhnya salah. Bisa saja itu metode mereka untuk menguji seberapa kritis para follower-nya (jika mereka cukup arif). Tapi yang sering terlihat ialah bahwa mereka sendiri tidak benar membaca terlebih dahulu mana isu yang ingin mereka sampaikan ke para pengikutnya. Ibarat guru, postingan di media sosial dari seorang yang dianggap ahli dan berwawasan luas di suatu bidang ibarat vitamin bagi para pengikutnya (yang tanpa sadar menjadi murid dari orang yang memposting). Sebagaimana layaknya pengikut, kebanyakan langsung menelan bulat-bulat saja gagasan yang dilontarkan dari sang gurunya.
Sudah saatnya kita arif membagikan berita, dan membacanya.
Yang menjadi masalah ialah, jika seperti kasus teman saya di atas, orang yang dianggap arif malah dengan sadar membagikan begitu saja isu mentah dengan mencaplok headline tanpa memahami konteksnya: bayangkan betapa cepatnya kebodohan menjadi viral.
Rasanya, viralitas yang berbasiskan sensasionalitas bukan hal yang dicari para pengguna media sosial atau pembaca berita.
Aku penasaran dengan tubuhku. Tentu saja, aku tidak mengeluh. Tidak ada yang kurang dengan tangan, lengan, perut atau pun wajahku.
Oh iya. Saat ini aku duduk di bangku SD, dan pertanyaan ini begitu mengganggu karena terus-menerus mengusik benakku. Untung guru kelas mengajar IPA juga. Sampai di rumah, aku bolak-bolak sebentar halaman buku pelajaran ini.
Lalu terkejut. Ternyata ayah dan ibu tidak sekedar pegangan tangan lalu tahu-tahu besok paginya aku sudah ada.
Oh iya. Kata orang, ayah dan ibu dulu menikah. Apakah sebelum menikah mereka sempat berpacaran terlebih dahulu, aku tidak tahu. Tapi, kenapa ibuku tidak menikah dengan Bill Gates saja?
Kalau begitu, ayahku khan bisa menikah dengan Aishwarya Rai.
Tapi, ya sudahlah. Untunglah skenarionya berbeda. Aku hanya ingat bahwa mereka bertemu di sebuah warung. Waktu itu Ibu menjadi penjaga warung yang kasihan dengan seorang pemuda yang membalut kakinya. Ada luka yang yang harus dibebat supaya tidak membusuk. Begitulah, mungkin, mereka akhirnya saling jatuh cinta. Setelah abang dan kakak, akupun terlahir sebagai anak ketiga.
Sebenarnya, adakah kekuatan lain yang menghendaki Aku ada di dunia ini? Apakah benar ada selain chemistry, romantisme dan nafsu di antara kedua orang tuaku?”
Sebagai orang yang ketinggalan informasi, browsing internet untuk pertama kalinya serasa berada di perpustakaan maha luas, membaca berjam-jam disana tanpa takut diusir oleh penjaga perpustakaan atau serba kikuk ketika mencari novel di seksi yang hanya bisa dibaca jika sudah mendapat izin dari guru.
Begitulah. Aku mulai betah berlama-lama di depan komputer karena tiba-tiba menemukan bahwa banyak tulisan, informasi, gambar dan video yang memenuhi selera paling nakal dan liar yang selama ini membuntuti hasrat tidurku.
Lalu, semuanya terang. Ternyata semuanya ada disana.
Mulai dari ujung jari hingga ujung rambut.
Apa yang terjadi ketika mengingat nama seseorang? Mengapa kita cenderung ingat dengan wajah seseorang dan cenderung butuh waktu cukup lama untuk bisa mengingat namanya? Tentu saja orang yang membuat kita terkesan umumnya lebih mudah kita ingat. Sialnya, begitu kesan itu memudar kita pun kembali mendadak lupa.
Hari pertama masuk TK, ketika kita bahkan sulit membedakan kolam renang dan kolam ikan, sangat mustahil untuk lupa dengan teman yang mengulurkan tangannya dan menarik kita keluar dari genangan air sambil basah-basahan.
Untuk anak sekolah, bisa jadi teman yang hari ini memberikan es krimnya padamu mengisi benakmu berjam-jam.
Jika kamu gadis belia penggila artis populer Korea, sosok yang tiba-tiba melintas di depanmu setahu bagaimana bisa mengingatkanmu pada Lee Min Ho atau Kim Hyung Minh . Tidak masalah apakah orang itu tidak mengenalmu atau bahkan tidak menolehmu sedikit pun.
Seorang teman pernah bilang bahwa untuk mengingat, kita butuh lebih dari sekedar hubungan emosional. Visualisasi dan imajinasi ternyata kerap begitu rakus menempati setiap sudut pikiran kita.
Tidak mengherankan, begitu banyak buku yang sudah kita baca tetapi mendadak kita lupa siapa pengarang buku itu ketika teman menanyakannya kepada kita beberapa tahun kemudian.
Kerap kali kita juga merasa sedih. Sedih karena begitu lama menghabiskan waktu dan menumpuk informasi di area kognitif kita sejak TK hingga SMA atau bahkan perguruan tinggi, lalu ketika memasuki dunia kerja tiba-tiba kita tersadar bahwa hampir tidak ada satupun topik yang benar-benar kita ingat.
Jika pernah mengalami hal semacam itu, ada baiknya kita berhenti berusaha mengingat namanya. Mencoba berdamai dengan kenyataan bahwa memang memori otak kita sudah lama kita pindahkan ke mobile phone atau malah kita simpan di Drop Box, One Drive atau Google Drive , kita serahkan dengan suka rela ke Google, seolah-olah Larry Page ingin tahu semuanya tentang kita, seperti siapa ciuman pertama kita.
Untuk teman-teman sekelas hal ini tidak begitu sulit karena sejak dari SD hingga Perguruan Tinggi terbiasa memberi nama julukan satu-sama lain. Dan ini sangat membantu. Kendatipun tetap ada resikonya: Kami malah lebih ingat dengan nama julukan teman daripada nama aslinya.
Oke. Saya sadar. Teknologi ini memanjakan ingatanku. Tapi, tolonglah. Saya tidak ingin malu di depan teman lama ketika kami berjumpa kemudian untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Bagaimana donk? Padahal, saya ingat pernah sama-sama bolos pada pelajaran Matematika lalu dihukum bersama-sama keesokan harinya di depan kelas. Oh, tolonglah. Kenapa saya bisa selupa ini?”
Aku tidak ingin mengalami hal memalukan semacam ini. Tampaknya kelemahanku mengingat nama dan mencocokkannya dengan wajah orang sudah mulai akut. Bagaimana kalau aku sampai lupa nama orang-orang terdekatku? Keluarga, pacar, teman sekantor, teman se-hobby atau ibu penjual nasi di kantin langgananku?
Kalau begitu, aku harus memberi mereka nama julukan. Ya, nama julukan yang membantu menghadirkan wajah yang bersangkutan. Aku punya teman yang bernama Rudianto dengan nama julukan Dominus.
Tentu saja, dia bukan sang Dominus (Tuhan), tetapi ini mengingatkanku ketika kami belajar bersama men-tasrif kosakata bahasa Latin beberapa puluh tahun sebelumnya. Jadi, kini aku punya dua rujukan bagi temanku ini. Nama formalnya dan pengalaman menghafal kata-kata Latin sambil menggerakkan kepala naik turun bagai anak ayam minum air.