Sermon on Week XXIII of Ordinary Time 2024

EFFATA

Happy Sunday to all of us,

Dear brothers and sisters,

Today God greets us through the readings we have heard. God invites us to be aware of our actions and faith. God also invites us to open ourselves to realize God’s grace that we have received.

In the Gospel, we are told the story in which Jesus healed a deaf and stuttering man in an unusual way. Firstly, Jesus separate Himself from the crowd then put His fingers in his ears, then spat and touched the man’s tongue. Then, Jesus looked up into heaven and said: “Efata!”, which means: “Be open!” Then, a miracle happened. The person suddenly could hear and his mouth could move and spoke.

Dear brothers and sisters,

Through this story, Jesus did not only heal the man’s stuttering and deafness, but also opened his heart to be open to Jesus. This was evident from his testimony to the crowd. After his full recovery, he never stopped talking about the power and work of Jesus that he has experienced. And that action of him brought people into amazement.

“Efata!” Be open!

This saying also applies to all of us who gather here in this church. Therefore, my brothers and sisters, let us open our hearts and minds to the Word of God and be thankful for all His graces we have everyday received in our daily lives.

“Efata!” Be open!

This means that we should not close ourselves from our very concrete reality and plurality. We are told not to discriminate people, precisely like the message of the second reading. For this, let us not be picky in making friends and well behave to any kinds of surrounding neighbors, just because someone is richer than others, more educated than others, and so on. Instead, we are invited to really treat all people equally because all humans are the images of God. For that to happen, we should understand that openness also means sincere acceptance to ourselves and our fellow human beings.

God bless us. Amen.


Ini adalah teks kotbah/renungan dalam Bahasa Inggris yang disusun, diterjemahkan dan disampaikan oleh seorang calon imam diosesan Keuskupan Agung Medan, Frater Owen Rizky Damanik. Saat ini Owen berada pada formasi awal pembinaan calon imam sebagai seorang frater Pra-TOR (Pra-Tahun Orientasi Rohani).

Sejak awal – Saya sebagai pengajar Bahasa Inggris dan para frater tersebut – menyepakati untuk menantang diri untuk mencoba melakukan hal-hal baru dalam Bahasa Inggris. Kesepakatan ini adalah buah dari keinginan dari Owen dan teman seangkatannya untuk terus mengasah kemampuan berbahasa Inggris mereka melalui praktek dan/atau proyek yang berkaitan dengan tugas-tugas mereka di masa depan ketika mereka ditahbiskan sebagai imam. Berkotbah atau menyampaikan renungan adalah salah satunya.

Harapannya, mereka semakin terdorong dan percaya diri untuk semakin total memberi diri dalam target jangka panjang, yakni “to immerse oneself into English” sebagai konsekuensi konret dari keinginan untuk menguasai Bahasa Inggris (mastering English) sedemikian sehingga nanti di masa depan mereka dapat berkomunikasi secara aktif.

Sebagai calon imam yang baru saja menamatkan pendidikan dari SMA Seminari Menengah, maka patut diduga mereka belum dibekali dengan cukup terkait pengetahuan filsafat dan teologi yang perlu untuk itu. Maka, guna memastikan ortodoksi dengan ajaran Gereja, maka sebelum kami – frater pembawa renungan dan Saya – menterjemahkan dan melatih cara penyampaiannya, maka terlebih dahulu setiap teks diperiksa dan dikoreksi oleh Pastor pendamping (chaplain), entah oleh Pastor Rektor Pra-TOR RD Johannes Sihombing atau oleh Magister Spiritualis RD Anton Nguyen van Viet.

Oh iya. Sesuai dengan maksud dari tulisan ini, maka artikel ini dapat pembaca gunakan menjadi sarana untuk memberikan masukan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang kami lakukan sehingga terjadi penyempurnaan berkelanjutan.

Saran terkait apa saja? Kita boleh menyasar aspek manapun dari sebuah kotbah: aspek penyampaian (delivery), isi, struktur atau bahkan aspek teknikal seperti gestur, pengucapan dan pelafalan dan sejenisnya. Saran dan diskusi membangun selalu penting dan berguna, sebagaimana yang kita semua harapkan terjadi pada semua institusi pendidikan, terutama pembinaan calon imam kita. Bagaimanapun, pembinaan calon imam sekarang akan ikut menentukan keberlangsungan Gereja di masa depan.

Video penyampaian kotbah ini dapat kita saksikan di kanal Youtube SPP Kabanjahe.

Facebook Comments

Published by

Donald

A great Big Bang and then it all starts, we have no idea where will it end to ...

Komentar