Belajar Memandirikan Desa bersama Wahyudi Anggoro Hadi

Desa Mandiri

Apa itu desa mandiri?

Menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (dikenal sebagai UU Desa), Desa Mandiri adalah desa yang mempunyai ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar yang mencukupi, infrastruktur yang memadai, aksesibilitas/transportasi yang tidak sulit, pelayanan umum yang bagus, serta penyelenggaraan pemerintahan yang sudah sangat baik.

Ada kata “mencukupi”, “memadai”, “tidak sulit”, “bagus” dan “sangat baik”. Predikat-predikat teoretis yang harus diterjemahkan kembali pada situasi konkret desa tertentu.

Kementerian Desa RI saat ini mengkuantifisir kemandirian itu dengan nilai IPD (Indeks Pembangunan Desa). Disebutkan bahwa Desa Mandiri adalah desa yang memiliki nilai IPD lebih dari 75.

Lantas, bagaimana kita menilai apakah sebuah desa sudah berkategori “mandiri” atau belum?

Ada dua indeks yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi pembangunan desa sesuai amanat UU Desa pasal 74 tentang Kebutuhan Pembangunan Desa dan pasal 78 tentang Tujuan Pembangunan Desa.

  1. Indeks Pembangunan Desa (IPD): ukuran yang disusun untuk menilai tingkat perkembangan atau kemajuan desa pada suatu waktu.
  2. Indeks Desa Membangun (IDM): indeks komposit yang dibentuk berdasarkan tiga indeks, yaitu indeks ketahanan sosial, indeks ketahanan ekonomi, dan indeks ketahanan ekologi/lingkungan

Panggungharjo: Contoh Desa Mandiri

Nama Panggungharjo, sebuah desa di bilangan Bantul, Yogyakarta menjadi santer beberapa tahun terakhir ketika berbicara tentang desa mandiri di Indonesia.

Betapa tidak. Pemerintah Desa (Pemdes) Panggungharjo di bawah komando Kades Wahyudi Anggoro Hadi berhasil membebaskan pemeriksaan kehamilan dan biaya kelahiran serta menerapkan kebijakan satu rumah satu sarjana. Survei terakhir menunjukkan bahwa 73 persen warga bahagia dan ditargetkan bisa mencapai 100 persen pada 2024.

                                                            Sumber: panggungharjo.desa.id

Beragam program desa di Panggungharjo, dibiayai dari kombinasi antara PAD dan donasi warga. Ada sebelas lembaga yang dikelola pemdes, sekaligus dua kolam talenta. Berdasar rencana pembangunan jangka menengah, target Pemdes pada tahun 2024, bisa menyejahterakan warga 100 persen.

Dengan target tersebut, Wahyudi dan perangkat desa menetapkan empat indikator kesejahteraan.

  1. Setiap keluarga memiliki tabungan
  2. Setiap keluarga memiliki jaminan hari tua
  3. Setiap keluarga memiliki jaminan kesehatan
  4. Indeks kebahagiaan yang meningkat.

Sejak 2013, Wahyudi menjalankan program satu rumah satu sarjana. Pemdes membiayai satu anak dari setiap kepala keluarga untuk bisa bersekolah hingga menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Hingga saat ini, sudah ada sekitar 150 anak yang dibiayai pendidikan hingga sarjana.

Selengkapnya mengenal kemajuan Desa Panggungharjo, berikut ini excerpt dari wawancara bersama Wahyudi Anggoro Hadi, Kepala Desa Panggungharjo Kabupaten Bantul Yogyakarta.

BASKOM PENGAMAN SOSIAL

Pemerintah Pusat dan Daerah memang sudah menyediakan program perlindungan sosial, tetapi dengan persoalan berat yang belum teratasi: data dan sistem yang digunakan sangat bermasalah. Ada banyak warga desa yang seharusnya mendapatkan perlindungan dari negara tetapi tidak mendapatkannya. Mereka tereksklusi, tidak masuk dalam data penerima manfaat perlindungan sosial itu.

Dengan demikian, desa sebagai entitas negara terakhir akhirnya memiliki tugas untuk menyediakan jaring pengaman sosial terakhir ini. Bahkan bukan hanya jaring, tetapi baskom. Karena “jaring” masih bisa bocor, tetapi baskom tidak boleh.

Pemdes Panggungharjo kemudian mendirikan sebuah lembaga desa sebagai wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat, yakni BPJPS (Badan Pelaksana Jaringan Pengaman Sosial). BPJPS kemudian mengakomodasi dan mengkonsolidasi peran swasta dan masyarakat lain yang berkememampuan ekonomi menengah keatas.

Layanan kesehatan gratis yang dimaksud misalnya layanan kesehatan untuk ibu hamil yang berbiaya 1 paket (7 kali pemeriksaan kehamilan, 1 kali persalinan normal, 2 kali pemeriksaan nifas dan 5 kali imunisasi untuk anak) sebesar Rp 3 juta-an: hanya dibayarkan 50% dari desa; sementara 50% sisanya dari penyedia layanan kesehatan yakni Rumah Sakit sebagai program CSR mereka.

Datakrasi

Data reigns.

Demokrasi minggir dulu.

Pemerintahan desa benar menggunakan data, memilah data yang valid, tidak hanya tinggal di atas kertas; memverifikasinya dan menjadikannya bahan pengambilan kebijakan. Sebab, hakikatnya data yang valid dan terverifikasi menggambarkan situasi konkret.

Ini misalnya terlihat dalam program “Satu Rumah Satu Sarjana”, dimana BPJPS membayarkan premis asuransi pendidikan anak, sebagian dengan bantuan tunai. Anak penerima manfaat ini:

  • berasal dari keluarga dengan aset kecil
  • rata-rata pendidikan anggotanya hanya sampai sekolah menengah
  • pekerjaan orangtuanya hanya dari sektor informal, dan
  • diperkirakan status ekonominya dalam sepuluh tahun ke depan tidak akan berubah kecuali dapat lotre.

Pemdes berkolaborasi (networking, channeling) alias “memohon kerjasama” dengan beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta, sehingga sejumlah anak bisa mendapatkan beasiswa untuk berkuliah disana.

Mekanisme MonEv (Monitoring dan Evaluasi) dilakukan dalam pertemuan bulanan yang menghadirkan para orangtua anak penerima manfaat bantuan pendidikan itu. Reciprocity (timbal-balik) yang muncul secara alamiah berupa keterlibatan dari penerima manfaat dalam program-progam desa menjadi keniscayaan.

Ini sekaligus menjawab kekhawatiran publik terhadap kegamangan yang sering terjadi usai suksesi politik dalam konteks pemilihan pemimpin lokal seperti kepala desa: Bagaimana nanti nasib program-program hebat ini kalau Kepala Desa berganti- sebab biasanya di Indonesia ini, ganti pemimpin, ganti kebijakan?

Sangat benar. Sebagus apapun kepemimpinan akan gagal jika tidak menyiapkan 2 (dua) hal, yakni sistem pengunci dan kaderisasi pemimpin.

Untuk itulah, kesebelas (11) lembaga desa yang dibentuk di Panggungharjo ini sekaligus menjadi talent pool (kolam talenta) untuk menciptakan kader-kader baru serta menjalankan sistem pengunci sehingga transformasi sosial tidak berhenti karena suksesi kepemimpinan.

Menurut laman panggungharjo.desa.id, BUMDes Panggung Lestari setidaknya memiliki 8 (delapan) lini usaha berupa:

(1) Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS) sejak 2013;

(2) Pengolahan jelantah (minyak goreng bekas) sejak 2016;

(3) Pengolahan minyak nyamplung (tamanu oil) sejak 2017;

(4) Unit usaha agro (penjualan pupuk dan sayuran organik);

(5) Swadesa (kios penjualan kerajinan dari PKK);

(6) Kampoeng Mataraman (kuliner khas Jawa dan wisata desa) sejak 2017;

(7) Inovasi desa (Lembaga inovasi dan konsultasi desa) sejak 2020;

(8) pasardesa.id (pasar online desa yang menghubungkan semua pedagang kelontong desa penjual makanan jadi dari warga) sejak 2020.

Seluruhnya berangkat dari semangat datakrasi ini.

Satu fakta yang patut dicatat supaya desa lain tidak melulu berpatokan pada situasi Panggungharjo ini adalah demografi yang cukup melimpah. Pasalnya, ada sejumlah 28.000 ribu warga yang tinggal di desa ini. Maka, untuk desa lain dengan jumlah warga yang jauh lebih sedikit tentu tidak pas jika meniru sepenuhnya metode yang terjadi di Panggungharjo.

Mengurus dan Mengatur

Wahyudi menyebut bahwa apa yang dilakukannya sebenarnya tidak pertama-tama berangkat dari kebaikan hati atau kesolehan, melainkan keniscayaan dan keharusan yang sebenarnya wajib dilakukan oleh negara. Beberapa program desa Panggungharjo yang sudah mulai mendapat pengakuan luas mengingatkan kita kembali akan dua fungsi sebenarnya dari negara, yakni mengurus, dan (lalu) mengatur.

Yang sering terjadi ialah negara hanya mengatur, tetapi lupa mengurus. Dilarang membuang sampah, tetapi tidak menyediakan tempat sampah dan tidak menyediakan sistem pengelolaan sampah.

Komitmen dan integritasnya akan cita-cita mulia memandirikan desa ini terbukti ketika ia 2 (dua) kali menolak ketika ditawari menjadi wakil bupati karena ia menjunjung tinggi sumpah yang diucapkannya ketika menjadi kepala desa: Sumpah itu diucapkan atas nama Tuhan, maka harus diselesaikan.


Sumber: Radio Idola Semarang 16 Nopember 2021

Sosialisme versus Kapitalisme [Richard Wolff vs Gene Epstein]

Kapitalisme itu tidak stabil, tidak setara, sangat tidak demokratis. Pada zaman perbudakan, ketidakadilan itu terjadi antara majikan dan budak; pada zaman feodal antara tuan tanah dan pekerja, pada zaman kapitalis ini antara pengusaha dan buruh. [Richard Wolff]

v – e – r – s – u – s

Saya ingin supaya orang menentukan pilihan mereka tentang bagaimana mereka hidup, profesi yang mereka ingin jalani, dimana mereka ingin bekerja. Kapitalisme menawarkan itu semua. Kepemilikan pribadi, meski tidak cukup, tapi sangat penting bagi terciptanya masyarakat yang bebas dan terbuka. [Gene Epstein]


Diskursus tentang dasar ekonomi mana yang paling baik, apakah sosialisme atau kapitalisme, terus berlanjut.

Dalam praxis hidup sehari-hari, orang memiliki pengalaman ekstensialis bagaimana rasanya tidak punya hak suara menentukan keputusan berapa upah yang layak diterimanya. Di tempat lain, orang merasa terkejut ketika lahan yang selama ini dikelolanya tiba-tiba diambil-alih paksa oleh negara sebab semua tanah, air dan kekayaan alam adalah milik negara sesuai konstitusi.

Pembahasan akademis tidak kalah seru dan panasnya. Ada banyak sekali. Di Indonesia, banyak artikel di IndoProgress dan beberapa website lain yang bisa membantu kita mengikuti sudah sejauhmana diskursus ini berjalan, kendati tidak bisa vulgar dan terang-terangan sebab selalu ada resiko dan trauma disalahpahami terkait TAP MPR yang melarang penyebaran marxisme.

Adalah SOHO Forum Debate, yang disponsori Reason (sebuah lembaga kajian dengan perspektif libertarian) yang pada tahun 2019 mempertemukan dua jagoan: pemikir sosialis Richard Wolff dan pemikir kapitalis Gene Epstein. Saya tidak yakin bisa mengalihbahasakan semua dengan tepat. Maka yang akan kamu baca ini adalah cuplikan intisari seadanya dariku dengan parafrase seperlunya.


SOSIALISME

Sosialisme selalu menarik.

Kamu ingin mendengarnya karena ingin tahu lebih banyak atau karena tidak sabar ingin menentangnya habis-habisan.

Secara khusus, para pemuda di Amerika Serikat menanggung beban berat, bagaikan seekor beruang yang baru keluar dari hibernasi selama 70 tahun sejak 1945. Tahun itu adalah tahun dimana para penganut Marxis-sosioalis-komunis menguasai hampir semua posisi umum dalam masyarakat seperti guru, pekerja, birokrat dan anggota partai buruh. Periode dimana para sosialis sangat mendukung banyak program di negara ini. Saat itu kita mengenal perangko bergambar Paman Sam dengan topi diapit lengannya dan Paman Joe, yang sebenarnya adalah Joseph Stalin.

Setelah itu ada reaksi yang cukup mengerikan bagi kelompok tertentu. Komunitas bisnis dan kelompok sayap kanan di Amerika dikejutkan dengan kenyataan bahwa pada 1930-an pemerintah menaikkan pajak dari para pengusaha dan orang kaya dengan tujuan untuk pertama kalinya dalam sejarah Amerika menerbitkan progam jaminan sosial, kompensasi atas pemutusan kerja dan pensiunan, upah minimum dan penyediaan lapangan kerja yang berhasil menyerap lima belas juta pekerja.

Orang kaya harus membayar dan rakyat Amerika mendapatkan manfaatnya. Ini mengejutkan para pendiri Koch Brothers.

Kemudian koalisi dengan Uni Soviet berakhir. Dengan demikian pada 1945, situasi ini berubah. Saatnya untuk New Deal.

Ini tidak mudah. Para sosialis, komunis dan anggota kelompok buruh yang mewakili jutaan rakyat Amerika, mereka inilah yang membuat prestasi hebat tadi menjadi kenyataan. Merekalah yang membuat Presiden Roosevelt mengundangkannya.

Tetapi lalu mereka harus kalah. Dikalahkan. Mereka yang sudah militan sejak 1930-an untuk penyatuan Amerika Serikat, sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya dan tidak lagi sesudahnya sebab para komunis dan sosialis harus berubah haluan. Mereka harus menerima nasib dikeluarkan dari serikat buruh dengan mengendari Taft 47. Tidak hanya itu, mereka juga dihilangkan dari kesadaran rakyat Amerika yang diteror untuk tidak tertarik dengan apapun yang berbau Marxisme, komunisme dan sosialisme.

Sebagai profesor ekonomi, Richard Wolff mengalami sendiri bagaimana paham Marxisme sama sekali tak pernah disentuh. Karena tidak ada lagi yang memahaminya, atau karena terlalu takut untuk mengajarkannya.

Padahal, Richard kuliah di Harvard, Stanford dan Yale. Bagaimana pula dengan kampus di tempat lain, sebut saja di belahan Eastern Kentucky misalnya.

Apakah karena Marxisme memang tidak ada isinya, sia-sia dipelajari? Tentu saja tidak. Hanya karena ketakutan. Ketakutan selama 75 tahun. Maka, di ranah intelektual saja, sangat sulit untuk membicarakan sosialisme.

Baiklah. Kita mulai.

Meski penganut sosialis tidak setuju dalam banyak hal, sejak awal begitu, faktanya sosialisme adalah produk dari kapitalisme. Tidak ada sosialisme sebelum kapitalisme. Kapitalime dalam sejarah revolusi Perancis dan Amerika menawarkan janji manis bahwa ketika rakyat meninggalkan feodalisme, maka mereka akan menikmati kebebasan, kesetaraan, persaudaraan (liberty, equality, fraternity), demokrasi dan kemakmuran. Sosialisme muncul sebagai gerakan yang segera melihat bahwa semua janji kapitalisme itu tak pernah ditepati.

Sosialisme adalah gagasan bahwa kita bisa lebih baik daripada kapitalisme. Seperti kegelisahan para budak yang tidak tahan lagi dengan perbudakan, para buruh harian atas feodalisme, dan para pekerja terhadap kesewenangan majikan atau pengusaha.

Secara ringkas, para sosialis setuju dengan tiga kegagalan utama kapitalisme.

Pertama, kapitalisme tidak stabil.

Setiap 4 hingga 7 tahun ada resesi ekonomi di setiap negara kapitalis. Bukan karena faktor alam atau perang, tetapi karena sistemnya memang demikian, yang kita sebut sebagai siklus bisnis. Ketika resesi menghantam, jutaan orang kehilangan pekerjaan, usaha-usaha tutup dan kebangkrutan dimana-mana. Kalau kamu punya teman sekamar yang perilakunya tidak stabil, gampang marah atau mengamuk tidak jelas, tentulah kamu berpikir untuk pindah meninggalkannya sejak awal.

Screenshot from Wikipedia

 

Kedua, kapitalisme tidak setara.

Perusahan Oxfam di Inggris melacak soal ini. Data terakhir yang mereka dapatkan: 80 hingga 90 orang kaya di dunia memiliki kekayaan lebih banyak dibandingkan dua pertiga penduduk dunia. Bahkan jika kekayaan mereka dibagikan ke seratus orang, mereka tetap menjadi orang terkaya di dunia.  Sementara masalah kurangnya pendidikan, ketersediaan sarana air bersih, kekurangan pangan masih menjadi jelas di depan mata. Inilah prestasi kapitalisme.

Ketiga, kapitalisme sangat tidak demokratis.

Proses politik terpampang dan menjadi santapan media setiap hari. Yang luput dari perhatian kita adalah kurangnya demokrasi. Dulu kita menghindari adanya raja dan ratu. Kita memutuskan bahwa kita tidak butuh satu orang duduk di tahta kekuasaan dan memerintahkan kita untuk melakukan ini atau untuk tidak boleh melakukan itu. Kita tidak mau disebut hamba. Kita berpikir bahwa kita bisa melakukannya dengan sistem politik yang berbeda. Kita bisa memilih secara berkala dan bersama-sama kita bisa menghasilkan keputusan kolektif, sebuah hak yang dulu ada di tangan para raja dan ratu.

Sangat menarik.

Kita memang mengalami demokratisasi di bidang politik. Tetapi ini tidak terjadi di bidang ekonomi. Itu sebabnya hingga hari ini kita memiliki “raja-raja kecil”: pemilik usaha, manajer, barisan direksi (board of directors) dan otoritas tunggal lainnya yang membuat keputusan kunci perihal apa yang harus kita produksi, bagaimana memproduksinya, dimana diproduksi dan mau dikemanakan keuntungan dari usaha itu.

Kita tidak memiliki demokrasi di tempat kerja. Benar ada komitmen demokrasi di unit masyarakat sejauh terlihat dalam kegiatan pemilihan umum di tempat dimana kita tinggal, tetapi tidak dengan tempat kerja kita. Padahal, sebagai orang dewasa, di tempat kerjalah kita menghabiskan sebagian besar hidup kita.

Maka para sosialis berkata: “Ya Tuhan, kita bisa lebih baik dari ini, dari kapitalisme ini”. Inilah yang mereka inginkan. Pada poin inilah mereka setuju. Tetapi kemudian muncul perdebatan perihal bagaimana melaksanakan sistem yang berbeda dari kapitalisme itu.

Sangat baik kalau kita belajar dari eksperimen yang terjadi ketika Partai Komunis Perancis menang pada 1870 atau pada abad ke-20 di Rusia, Cina, Kuba dan lainnya. Memetik pelajaran mana yang berhasil dan mana yang gagal, mana yang seharusnya diteruskan dan mana yang sebaiknya ditinggalkan.

Maka sosialisme baru harus kembali berfokus pada gagasan dasar sosialisme. Bukan soal pencapaian negara dalam hal pertumbuhan ekonomi. (Ini memang benar tetapi juga sekaligus membiarkan kekuasaan terlalu besar di tangan segelintir orang).

Fokusnya adalah bagaimana merancang dan melakukan sesuatu di tempat kerja, yang belum pernah dilakukan oleh sistem kapitalis, yakni untuk mendemokratisasi dunia kerja.

Sebuah sistem yang memungkinkan para pekerja di sebuah unit usaha untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan mau memproduksi apa, bagaimana cara membuatnya, teknologi apa yang harus digunakan dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan pekerja, dan mau dikemanakan keuntungan yang dihasilkan.

Jika ini terjadi, maka kita tidak lagi memberikan miliaran dolar kepada sekelompok kecil orang saja sementara sebagian besar lagi harus meminjam dengan bunga untuk membiayai biaya sekolah anak-anaknya, berobat ketika sakit atau untuk memiliki tempat tinggal yang layak.


KAPITALISME

Siapapun yang hendak mempromosikan sosialisme sebenarnya menanggung beban pembuktian yang sangat berat.

Mengapa?

Sebab kenyataannya: sosialisme tidak pernah eksis. Sosialisme yang diduga pernah terjadi di negara Rusia, Cina dan Kuba ternyata akhirnya merenggut jutaan nyawa manusia sebab opresi dan campur tangan negara harus hadir untuk menegakkannya. Tentu, ini bukan situasi yang diidealkan oleh sosialis.

Menyorot secara khusus gagasan demokratisasi di tempat kerja seperti yang diusung Richard Wolff, tentu saja ini gagasan bagus yang harus didukung.  Gagasan yang membuat pekerja sekaligus menjadi pengusaha selama mereka secara bebas memilih rancangan seperti itu.

Masalahnya, tidak ada sistem yang melindungi hak kepemilikan yang bisa memberi petunjuk bagaimana praktek demokratisasi ekonomi seperti yang diidealkan sosialis itu bisa dilaksanakan.

Lirik “Datanglah PadaNya” [Arti Berdoa]

BERDOA ITU APA SIH?

“Anak-anak, menurut kalian berdoa itu apa sih?”, kubuka sesi pelajaran dengan bertanya pada murid yang tampak sibuk mencatat materi doa-doa pokok (orationes utilissimae), bagian dari tradisi resmi Gereja Katolik.

Pertanyaan itu sengaja kumunculkan setelah kubacakan definisi teoretis dari apa arti berdoa.

Berdoa adalah bentuk komunikasi, cara kita berbicara kepada Tuhan (latria) atau kepada Bunda Maria (hiperdulia)  dan para kudus (dulia). Bentuknya bisa formal, bisa informal. Dalam bentuk formal, doa sendiri berbeda dengan penyembahan dan pujian. Struktur template dari doa formal sendiri sejauh ini  yang paling tepat adalah doa Bapa Kami (Pater Noster).

Dalam bahasa Inggris sendiri, “pray” pertama kali ditemukan pada Bahasa Inggris Abad Pertengahan, yang berarti “meminta dengan sungguh (to ask earnestly.) Dalam bahasa Perancis kuno “preier”, yang juga diturunkan dari kata Latin “precari”, yang berarti “meminta”.

“Kalau kita tidak tahu bagaimana wujud Allah, seperti apa wajahnya, apakah dia laki-laki atau perempuan, sedang apa dia sekarang, bagaimana kita bisa berbicara denganNya?”, pancingku, penuh harap mereka mau meluangkan waktu untuk berfikir lebih dalam. Kupikir ini cara terbaik bagi mereka untuk menyadari kandungan antropomorfisme dalam agama-agama.

Seorang siswi berinsial I memberanikan diri mengangkat tangan dan mencoba menjawab.

“Pak, dengan analogi mungkin lebih baik. Memang kita tidak mungkin bercakap-cakap dengan orang lain kalau orang itu tidak bisa mendengar kita. Mudahnya,  kita hanya perlu membayangkan apa yang sedang kita doakan dan meyakini bahwa Tuhan mendengar apa yang kita katakan”, jelasnya.

Brilian sekali.

Berarti tidak salah donk kalau kita berdoa kepada Bunda Maria, para kudus dan sanak saudara kita yang sudah meninggal?

Tidak salah.

Yang sering menjadi masalah ialah karena banyak orang Kristen yang menyamakan doa dan penyembahan; padahal alamat penyembahan itu hanya Tuhan, bukan para kudus apalagi kakek, nenek, orangtua ataupun sanak saudara yang sudah meninggal.

Padahal, sekali lagi, doa dan penyembahan itu berbeda. Meskipun penyembahan orang Kristen umumnya mengandung doa dan aktifitas berdoa juga, tetapi tidak setiap doa adalah penyembahan.

Seorang anak kecil yang menutup mata, melipat tangan, bertumpu pada dipan tempat tidurnya dan berkata “Tuhan, tolong besok bilangin ke mama biar aku dibelikan es krim yang buanyaaak ya. Please, Tuhan. Amen“, ini berarti si anak tadi sedang berdoa.

Membuat tanda salib saja sebenarnya adalah berdoa.

Demi kepentingan bersama, memang baik kalau kita berdoa mengikuti struktur doa yang sudah diajarkan sejak dini. Entah itu doa-doa pokok, doa rosario, novena atau doa-doa lainnya yang umum dikenal oleh orang Kristen. Tetapi, seiring dengan hidup kita yang semakin bertumbuh dan mendalam, sangat baik kalau kita kembali mengikuti kebiasaan jemaat perdana yang memperlakukan doa sebagai percakapan personal dengan Tuhan.

Ya, seperti kita bercakap-cakap dengan teman dalam keseharian kita. Ketika bercengkerama dengan teman , kita kadang menggunakan tutur kata yang sopan, kadang bercanda, merayu, membujuk, kadang mengeluh atau kadang dengan nada membentak bahkan. Kita juga bisa bercakap-cakap dengan Tuhan dengan cara itu.

Kukenal seorang teman, yang bersama mendiang ayahnya berdoa dengan menyanyikan lagu “Datanglah PadaNya” dari Vanessa Goeslaw ini.


DATANGLAH PADANYA

Di saat hati sedang galau
Pada siapa mengadu?
Berharap pada dunia
Sia-sialah

Hanya pada Yesus
Ada jawaban
Datanglah pada-Nya yang lelah
Diberi kelegaan

Di saat badai ombak menderu
Pada siapa berteduh?
Berharap pada dunia
Sia-sialah

Hanya pada Yesus
Ada pertolongan
Datanglah pada-Nya yang berbeban
Diangkat-Nya

Siang malam mata-Nya
Tak pernah terpejam
Menunggu setiap orang
Datang pada-Nya
Siang malam tangan-Nya
Selalu terbuka
Menanti setiap orang
Menghampiri-Nya

Tak henti-henti
Dia menunggu
Tak henti-henti
Dia menanti
Datanglah pada-Nya selama masih
Diberi waktu …

 

Mambuat Tua ni Gondang Sahata Saoloan

Gondang Demban Parsantabian

Bona ni hasuhutan, dohot ho amang, partarias na malo. Jou damang ma  odap i, asa ro akka bonani hasuhuton mamboan sagusagu sidua sada hundulan angkup ni ambuambuan.

ℑℑℑℑ [Musik]

O amang, pangulubalang di jae, pangulubalang di julu. Marsogot di parnakkok ni mataniari, leanon nami nama peleanmu. Alani i sotung dao hamu, paima hamu ma bagianmu. Palu ma amang gordang i.

ℑℑℑℑ [Musik]

Ia nunga dibaen ho i amang partaganing na malo. Nuaeng pe, baen damang ma jo. Na niurbat tolong Aji Donda Hatahutan, niurbat liangliang. Jalo ma napuranhon, baen parsantabian. Oooh, molo leanonmu amang demban, naing ma dohot timbaho giniang. Ai manortor pe ho attong, abitmu pe na sinalinan. Pogos do ho huroha, dagingmu pe nunga marniang.

Asa baen ma gondang i, demban parsantabian.

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Boaboa ni Barita

Ia nunga dibaen ho i amang, partarias na malo, gondang i, gondang parsantabian i.

Nuaeng pe amang, takkas ma ingot damang, soara huhuasikkon. Aha do galinggangmu, Tuan Purba na ring, sigalinghanhononmu, aha do baritam, sihatahatahononmu. Ooooh, barita ni ibotokku, si boru Sopak Panaluan. Akkora simelmel bohi, jala siganjang jambulan.

Jei nuaeng pe amang, Batara Guru humundul, asa takkas ma baen damang, Batara Guru pandapotan, Batara Guru na ginokkon manogot, nialapan tonga arian.

Gondang ni Siboru Sopak Panaluan, Siboru Tapi Omas na huasan. Marsidua sidua, marsitolu sitolu. Songgop sirubaruba, tu laklak ni sikkoru. Asa manortor au, baen jo gondang ni siboru. Opat hali tu ginjang, tolu hali au to toru.

Baen gondang boa-boa ni barita i.

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Guru ni Pungga Sitongka Golanggolang

O, amang, amani marhulane. Si palu taganing, na malo marsarune.

Nunga dibaen damang, gondang ni na hupangido i. Nuaeng pe baen damang ma muse, gondang i.

Aha do galinggang sigalinggalinghononmu, Tuan Purba na ring, Tapi Sokkal Pangururan.

Oooh, na mangido ma au, baen muse ma gondang ni ibotokku, si Aji Donda Hatahutan, si Tuan Purba na ring, si Tapi Sokkal Pangururan.

Niurbat ro puriman, pinabongot rambu hotang. Sip do anggo pakkulingna, songon na siarsiar panotnotan.

Baen damang ma, Gondang Guru ni Punggu Sitongka Golanggolang

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Pangalapi Datu Pandudu

O, amang partarias na malo.

Di dia lumbanmu, di Lumban Batu do lumbannami. Lao tu dia ma hamu? Mangalap Datu Pandudu dope hami.

Asa baen ma raksa ni pangalapi Datu Pandudu i.

Boti ma.

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Raksa Ni Ulos

Ia nunga dibaen ho i amang, batara guru humundul partarias na malo. Situmbur ni pau, sidakka ni opo.

Baen damang ma jo gondang ni uloshon.

Asa takkas songon nidokkon ni umpasa. Tu dolok inna porda, tu toruon inna pambarbaran. Tu ginjang inna roha, patoruon do hape nidokni sibaran.

Nuaeng pe baen ma gondang ni uloshon, dohot abithon, dohot sampesampekkon. Ai sibolang do di ginjang, sibolang do di toru. Tinonunni ambarita, aithononni anakboru. Sai manumpak ma Debata, sai tubu ma ngolungolu.

Asa baen ma gondang ni raksa ni Ulos.

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Raksa Ni Talitali

O amang, amani marhulane. Si palu taganing na malo marsarune. Urat ni pusupusu, tappuk ni ate-ate. Na jumpang di dalan na malo mardalan pite.

Ua tung baen damang ma jolo gondang i.

Tek ninna napuran, napuran si arirang, na lehet tapinangi, talitali na mangalilit tu hambirang.

Ai tinallik galagala, galagala ni Mandailing, luhut lumalolalo, mangida sanggul milingiling.

Baen damang ma jo, gondang ni parsanggul milingiling

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Raut Palengkunglengkung

Raja nami, Batara Guru humundul, Batara Guru pandapotan. Tuat ni Laguboti, garu ni Paindoan.

Ua tung baen jolo gondang ni raut palengkung lengkung. Lengkunglengkung halalahona, sada do suhulna, lima do matana, na jumadihon bindu matoga.

Ba gondang ni aha i? Gondang ni pathon. Asa toga togu hita si sada hasuhuton on. Na manduduhon opputta, oppu tuan pulo di ginjang, ima si Aji Donda Hatahutan, si Tuan Purba na ring, si Tapi Sokkal Pangururan on.

Alani i amang, barata guru humundul. Baen jo gondang ni raut palenglengkung.

ℑℑℑℑ [Musik]

 

Kebudimuliaan: Value or Virtue?

Kebudimuliaan

Kebudimuliaan seperti pernah kuulas di blog ini mencakup 16 nilai.

Keutamaan dan Nilai (Virtue and Value)

Orang kerap menyamakan virtue (keutamaan) dengan value (nilai). Padahal, keduanya berbeda.

Keutamaan adalah nilai yang dihidupi, nilai dalam tindakan, nilai yang dijalankan pada hidup keseharian. Sementara nilai adalah gagasan, atau tujuan; sifatnya aspirasional; dan sering gagal terjadi dalam hidup keseharian, tak seperti yang diinginkan.

Contoh Kasus: Nilai Tanggung Jawab


Menciptakan Budaya Kebudimuliaan

Bruder Anastasius, BM (kiri) dan Bruder Polycarpus, BM (kanan) pada Sosialisasi Pendidikan Spiritualitas Budi Mulia di Aula Ronse SMA Budi Mulia Pematangsiantar, 18 Maret 2023.


Every Fitness Lesson Learned after More Than 20 Years in The Gym

  1. If you’re not horny, you die earlier.

  2. Drink occasional red wine to reduce the risk of heart disease.

  3. Eat as much fruit as you want. Nearly impossible to evereat.

  4. Cardio is like day trading for quick profits (burn calories). Lifting weight is like investing for passive income (boosts metabolism).

  5. Peanut butter is not a high-protein snack.

  6. Eggs are superfood, not a “food to avoid”

  7. Exercise is a documented depressant. Exercise more.

  8. News, both online and printed, are documented depressant. Stop watching the news.

  9. Prayer decreases stress, anxiety and depression

  10. Breakfast is not the most important meal of the day

  11. Most people eat due to B.T.S. (boredom, thirst, stress) – not hunger

  12. 99% can overcome lousy genetics due to epigenetics (your habits alter the way your genes work)

  13. Higher cholesterol is associated with  longer lifespan.

  14. Take regular saunas to reduce all-cause mortality by 40%

  15. Skipping workouts because you’re “tired” is the reason you’re tired.

  16. Do 11+ minute of cold showers/week to minimize stress and build “mind control”

  17. Protein is the most satiating macronutrient. Eat protein to avoid overeating.

  18. Eat 1g of protein per lb of target bodyweight for optimal satiety, muscle growth and fat loss.

  19. Favourite protein sources are steak, chicken, burgers, salmon, greek yogurt and whey protein

  20. Muscle confusion is not a real thing

  21. 8 hours of sleep is a performance-enhancing drug

  22. Minimize seed oils (hidden inflammation booster in nearly all foods)

  23. Lack of sleep increases your hunger hormones during the day, making it harder to lose fat.

  24. Get 15 min of sun upon waking to set your circadian rhytm and get good sleep.

  25. Take magnesium glycinate, theanine, and inositol to minimize stress and sleep like a baby.

  26. All you need is 1.5 hours/week to work out. If you can’t manage this, you’re simply an unproductive human.

  27. To avoid post-dinner snacking, brush your teeth. Watch your cravings vanish.

  28. Eat slower to allow time for the satiety hormone (leptin) to release in your body. This tells your body when you’re full.

  29. Avoid fake meat at all costs.

  30. More muscle means higher metabolism.

  31. Higher body fat means higher risk of cancer.

  32. You don’t need motivation.

  33. It would be best if you had proper default actions.

  34. Remove junk food from your house. If it’s in the place, you can eat it.

  35. Marriage is not a license to grow man boobs.

  36. 120 years ago, we walked 23.5 kilometres steps per day. Now we walk 3.5k steps/day. Walk more.

  37. You can eat foods like pizza, ice cream, and burgers and still lose fat if you eat clean 80% of the time.

  38. Drink black coffee to suppress your appetite.

  39. Most Starbucks “coffee” is really a sugar shake. Avoid.

  40. Most people know they need to work out and eat right. But they lack consistent implementation. This is need to focus on default actions. This is where you are different from most people.

“Nggak Ada” – Bruno Major

Track suits and red wine
Movies for two
We’ll take off our phones
And we’ll turn off our shoes

We’ll play Nintendo
Though I always lose
‘Cause you’ll watch the TV
While I’m watching you

There’s not many people
I’d honestly say
I don’t mind losing to
But there’s nothing
Like doing nothing
With you

Dumb conversations
We lose track of time
Have I told you lately
I’m grateful you’re mine

We’ll watch The Notebook
For the 17th time
I’ll say “It’s stupid”
Then you’ll catch me crying

We’re not making out
On a boat in the rain
Or in a house I’ve painted blue
But there’s nothing
Like doing nothing
With you

So shut all the windows
And lock all the doors
We’re not looking for no one
Don’t need nothing more
You’ll bite my lip and
I’ll want you more
Until we end up in a heap on the floor
Mmm

You could be dancing on tabletops
Wearing high-heels
Drinking until the world
Spins like a wheel

But tonight your apartment
Had so much appeal
Who needs stars?
We’ve got a roof
But there’s nothing
Like doing nothing
With you
Mmm
No, there’s nothing
Like doing nothing
With you

 

Teks Ibadat Keluarga untuk Pemilihan Pangulu Nagori – [Sebuah Tawaran]

Doa ini dilaksanakan untuk pemilihan presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan sampai kepala desa. Sebelum berangkat ke Tempat Pemungutan Suara, anggota keluarga berdoa bersama di rumah pada pagi hari atau sehari sebelum pemilihan. Pemimpin (P) dan anggota keluarga (U) mempersiapkan batin dan keperluan untuk ibadat. Di tempat berdoa, selain sebuah salib yang diapit dua lilin bernyala, tanda atau simbol lain dapat ditata menurut perlunya. Doa diawali dengan nyanyian berikut atau nyanyian lain yang senada.

Teks Ibadat yang dikutip dari Aneka Doa dalam Keluarga (Komisi Liturgi Keuskupan Agung Medan, 2019) ini diubahsuaikan dengan konteks Pemilihan Pangulu Nagori Sihemun Baru, Simalungun.

 

1. NYANYIAN PEMBUKA

“Aku S’lalu Bergembira”

Aku s’lalu bergembira
melaksanakan tugasku
Waktu suka waktu duka
tetap aku kerjakannya

Aku dipanggil Tuhanku
aku dipilih Tuhanku
Untuk bawa kabar ria
bagi orang papa

Aku ingat sabda Tuhan
mengatakan kepadaku
Kamulah garam dunia
kamulah terang dunia

Aku dipanggil Tuhanku
aku dipilih Tuhanku
Untuk bawa kabar ria
bagi sekalian orang

Mari kita satu padu
di dalam Kristus selalu
Saling tolong saling bantu
iman kita tetap teguh

Puji Tuhan Aleluia
Puji Tuhan Aleluia
Tuhan raja Maha Agung
Bapa kita yang di surga

 

2. TANDA SALIB

3. SALAM

P: Semoga Tuhan beserta kita

U: Sekarang dan selama-lamanya

4. PENGANTAR

P: Saudara-saudara terkasih dalam iman,

Salah satu kegiatan penting dalam masyarakat adalah pemilihan umum. Sebagai bagian utuh dari masyarakat, keluarga kita juga terlibat di dalamnya. Karena itu hak pilih yang telah kita miliki wajib digunakan sesuai dengan suara hati. Hari ini (besok) kita akan memilih pangulu nagori Sihemun Baru, desa tempat tinggal kita yang kita cintai ini.

Dengan demikian keluarga kita dipanggil ikut serta dalam menentukan siapa pemimpin yang akan datang. Semoga kita masing-masing mampu menentukan pilihan secara tepat untuk kebaikan masyarakat.

5. MENGUNDANG KEHADIRAN ROH KUDUS

(Hening sejenak)

P: Keluarga kita senantiasa membutuhkan bimbingan Roh Kudus agar kita tetap hidup sesuai kehendak Allah dengan mengikuti teladan Yesus Putra-Nya

U: Ya Roh Kudus, hadirlah di tengah keluarga kami, serta bimbinglah kami masing-masing dan bersama di tengah kehidupan ini.

6. BACAAN KITAB SUCI (SIRAKH 10:1-8)

P:Marilah membuka hati akan Sabda Allah

U: Bersabdalah ya Tuhan, hambaMu mendengarkan.

P: Bacaan dari Kitab Putra Sirakh

“Pemerintah yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur.

Seperti penguasa bangsa demikian pun para pegawainya, dan seperti pemerintah kota demikian pula semua penduduknya.

Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya.

Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya.

Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seorang manusia, dan kepada para pejabat dikaruniakan oleh-Nya martabatnya.

Hendaklah engkau tidak pernah menaruh benci kepada sesamamu apapun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu.

Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun oleh manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah.

Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan dan uang.”

P: Demikianlah Sabda Tuhan

U: Syukur kepada Allah

(Hening sejenak)

7. RENUNGAN

Saudara-saudari yang terkasih, Putra Sirakh dalam kitabnya tadi memberi gagasan permenungan tentang pemberian diri untuk kebaikan umum.

Seorang pemimpin atau penguasa yang arif bijaksana memimpin dan

memerintah warganya dengan teratur, penuh rasa tanggung jawab. Semuanya itu dilaksanakan dengan pengorbanan diri yang tanpa pamrih dan dengan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.

Dari situ dapat diperoleh pesan bagi kita yang akan memilih pangulu nagori Sihemun Baru ini. Kita bertugas menentukan pilihan secara cermat dan teliti sesuai dengan suara hati. Kita semua tahu bahwa pemimpin yang bijak dan arif akan memajukan dan mengayomi rakyatnya. Ada kalanya suara hati itu disebut juga sebagai suara Tuhan. Untuk mendengarnya, kita membutuhkan suasana yang tenang dan kadang waktu yang lama.

Dengan mendengarkan suara hati sambil memberi ruang bagi Allah yang berbicara, kita akan menentukan pilihan yang tepat, bukan berdasarkan suka atau tidak suka, melainkan yang kita pilih diyakini akan mampu memberi diri untuk kebaikan umum.

Hal ini sebenarnya tampak dalam visi dan misinya yang dijabarkan dalam program-program konkret. Doa bersama ini kiranya menolong kita sekeluarga sampai pada pilihan yang sebenarnya.

(Hening sejenak)

8. DOA PERMOHONAN

P: Marilah kita memuji Allah yang menghantar bangsa kita dapat menyelenggarakan pesta demokrasi ini, seraya berseru kepadaNya:

U: Terpujilah Engkau ya Allah, Pembawa keadilan dan kedamaian.

P: Semoga seluruh proses pemilu saat ini dapat berjalan dengan lancar, aman dan damai.

U: Terpujilah Engkau ya Allah, Pembawa keadilan dan kedamaian.

P: Semoga semua masyarakat dengan rasa tanggung jawab memberi hak suara untuk memilih pemimpin yang arif dan bijaksana.

U: Terpujilah Engkau ya Allah, Pembawa keadilan dan kedamaian.

P: Semoga para pemilih dapat menentukan pilihan yang terbaik demi kemajuan, kedamaian, keadilan dan kesejahteraan desa kami.

U: Terpujilah Engkau ya Allah, Pembawa keadilan dan kedamaian.

P: Semoga para calon yang tidak terpilih dapat menerima hasil pemilihan ini dengan besar hati, dan tetap berpartisipasi menciptakan kedamaian.

U: Terpujilah Engkau ya Allah, Pembawa keadilan dan kedamaian.

P: Ya Allah, semoga karena bimbinganMu, pemimpin yang akan terpilih menghayati jabatannya sebagai pelayanan dan bukan sebagai kekuasaan. Semoga sebagai warga yang baik kami mampu berkerjasama dengannya dalam upaya mewujudkan masyarakat. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

9. BAPA KAMI

P: Marilah bersama-sama mengucapkan doa yang diajarkan Kristus kepada kita U:

Bapa kami yang ada di Surga,
Dimuliakanlah namaMu,
Datanglah kerajaanMu,
Jadilah kehendakMu
di atas bumi seperti di dalam surga.

Berilah kami rezeki pada hari ini
dan ampunilah kesalahan kami,
seperti kami pun mengampuni
yang bersalah kepada kami;
dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan,
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

10. MENGENANG KELUARGA KUDUS

P: Ya Tuhan, kami bersyukur kepadaMu atas teladan yang ditunjukkan Bunda Maria bagi kami.

U: Semoga keluarga kami senantiasa menaati kehendakMu seperti Bunda Maria.

P: Ya Tuhan, kami bersyukur pula atas kesetiaan Santo Yosef menjaga Keluarga Kudus Nazaret

U: Semoga kami pun setia untuk menjaga kesatuan keluarga kami.

(Selanjutnya keluarga dapat mendaraskan doa Salam Maria atau Rosario)

11. INTENSI GEREJA

(Bila intensi tertentu disediakan oleh Keuskupan atau Paroki maka intensi tersebut didoakan oleh anggota keluarga)

12. PENUTUP

P: Marilah kita memohon berkat Allah, agar kita mampu menjadi saksi Kristus dalam hidup sehari-hari.

(Semua hening sejenak)

P: Semoga Tuhan beserta kita

U: Sekarang dan selama-lamanya.

P: Semoga kitia selalu dibimbing dan diberkati oleh Allah yang Mahakuasa.

P + U: Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.

NYANYIAN PENUTUP

“Tingkatkan Karya serta Karsa”

Reff:

Tingkatkan karya serta karsa
Membangun dunia
Walaupun rintangan menghadang di jalan
Majulah terus kita ‘kan menang
Jangan bimbang

  1. Laksanakan karya nyata
    Jangan hanya berbicara
    Jangan pula pura-pura
  2. Walau penuh pengurbanan
    Namun penuh pengharapan
    Jangan kita putus asa
  3. Keluarga bahagia
    pangkal masyarakat jaya
    Itu tugas para warga

Sumber: Komisi Liturgi Keuskupan Agung Medan, Aneka Doa dalam Keluarga (Pematangsiantar: Pusat Pembinaan Umat Keuskupan Agung Medan, 2019), halaman 181-185.

 

Lagu Kebangsaan Manusia-manusia Pejuang

Some days I feel I’d make a good sunset
Some days I just don’t wanna’ give up yet
Some days it’s hard to breathe
Some days I’m over being me
Some days, some days, some days

Some days I try my best to seem happy
Some days this place seems better off without me
Some days I’m overwhelmed
Some days I’m lost inside this hell
Some days, some days, some days

Some days I wonder what it’s like
To live an ordinary life
Maybe I won’t feel this way
Some day

Some days I feel like everyone hates me
Some days I question, “Why would God create me?”
Some days I’m holding strong
Some days I’m barely hanging on
Some days, some days, some days

Some days I wonder what it’s like
To live an ordinary life
Maybe I won’t feel this way
Some day

Some days I wonder what it’s like
To live an ordinary life
Maybe I won’t feel this way
Some day

 

Mengenalmu Itu Tak Mungkin

Kamu dan Namamu

Sebelumnya, sejauh kutahu: Kamu itu ada dua.

Satu, kamu. Dua, siapa sebenarnya kamu.

Oh iya. “Dea namaku”, katamu waktu itu. Kutahu, lengkapnya: Idea.

Kamu yang Kukenal

Maka, semua berubah sejak saat itu.  Kau kupakai dimanapun dan kapanpun aku mau. Untukku.

Baju yang kupakai ya baju yang pernah kamu lihat. Celana yang kukenakan ya celana yang pernah kamu setrika. Bahkan, tubuh ini ya tubuh yang kamu pernah sentuh. Bahkan, pikiranku ya pikiran yang pernah kupertukarkan denganmu.

Untuk mengenalmu, kupikir cukup. Tak perlu membaca tulisanmu, tak perlu bertanya pada dua manusia yang membesarkanmu – yang kau sebut “Papa” dan “Mama”, tak perlu sibuk mencari informasi dari teman-temanmu, bahkan kamu tak perlu bercerita apapun padaku. Kupikir, aku sudah mengenalmu.

Tapi, sungguh, kamu itu siapa sebenarnya?  Ketika aku tak ada, kamu itu siapa?

Terpaksa kutanya tiga teman tempatku bertukar cerita: Berkeley, Leibnitz dan Russel. Dari mereka aku tak mendapat apa-apa. Malah bertiga kompak mencecarku dan jadinya malah penasaran denganmu. Tak sanggup meladeni ribuan pertanyaan yang mereka ajukan. Padahal, semuanya: tentangmu.

Aku jadi sadar. Aku tak bisa kembali lagi ke masa sebelum bertemu denganmu. Hasrat untuk mengenalmu menjadi semakin besar. Apa boleh buat. Sudah terlanjur.

Kamu yang Kugambar

Oh iya, aku pernah mencoba menggambarkanmu. Kulit putih, tinggih 165 centimeter, rambut lebat sebahu. Perempuan, tentu saja. Eh, bentar, perempuan itu apa?

Suaramu renyah di telinga. Ketika kamu berbicara, aku bisa mendengarmu jelas sekali meski coffee shop tempat kita bertemu memutar Highway to Hell-nya AC DC kencang sekali. Ketika mukamu memerah saat tanganmu tak sengaja menyentuh bahuku, aku ingat bagaimana rasanya.

Fixed, kupikir cukup. Aku sudah tahu siapa kamu.

Tanpa perlu menulis dan membacanya kembali, aku kenal warna kulitmu. Aku tahu lekuk tubuhmu. Bahkan, letak tahi lalat dan bekas luka itupun aku sudah hapal. Oh iya, pipimu yang lembut itu. Mengapa selembut itu, sementara watakmu sekeras batu?

Aku tak ragu lagi. Tak mungkin lagi aku tertipu atau bingung membedakanmu dari perempuan lain. Dengan Naama, Mestama, Lilith, Eva. Apalagi dengan Ribka yang kalau tertawa itu seisi ruang menoleh menatap curiga.

Tapi, benarkah kamu hanya itu? Bagaimana dengan sisi dirimu yang belum kau tampakkan padaku?

Waduh. Aku terdiam sejenak. Sekilas ragu menghampiri, sekelebat seperti cahaya kilat ophanim yang menyertai Uriel ketika mengunjungi nabi tua. Ada suara menggelegar di kepalaku: “Hey, kamu belum mengenal Dea. Dea ada. Itu saja yang kamu tahu”

Aku jadi curiga. Bagaimana kalau perempuan setinggi 165 centimeter, rambut lebat sebahu, pipi lembut dan ciri lain yang kamu punya ternyata ada pada Naama, Mestama, Lilith, atau malah juga ada pada Ribka.

Ternyata, kamu lebih dari apa yang bisa kugambar.

Sebentar, samakah kamu yang dulu kukenal dengan kamu yang kugambar saat ini?

Aku lirik kembali baju yang pernah kamu lihat, celana yang pernah kamu setrika, tubuhku ini ya tubuh yang kamu pernah sentuh, bahkan kucoba mengingat cerita yang pernah kubagi denganmu. Sama saja.

Tapi mengapa kamu jadi terasa berbeda?

Dea yang kukenal dan kugambar, itukah semua dirimu?

Kamu menurut Orang Lain

Keraguan ini cukup menyiksa kini.

Pertanyaan “Siapa Dea?” semakin sering menghampiriku. Kamu, tentu saja ada. Baru kemarin aku menyentuh tanganmu ketika kamu menghadiahkanku sebuah sapaan “Selamat Pagi” yang hangat. Bahkan, semalam baru saja kita berbincang di Voice Call Whatsapp hampir berjam-jam lamanya.

Tapi kini kamu mulai abstrak bagiku.

Aku tak mau begini. Tentu aku tak rela kehilanganmu.

Maka kucari pada orang-orang tentang siapa Dea bagi mereka. Kutanyai universe perihal dirimu.

Kamu yang kuingat

Banyak data yang kutimbun. Hasil pencarianku. Tentu, seperti sebelumnya: semua tentangmu.

Percaya pada ingatanku, kusimpan semuanya disana. Supaya setiap kali aku membutuhkanmu, aku tahu harus mencari dimana.

Seperti layar besar, ingatanku memutar semua adegan tentangmu. Matamu. Pipimu. Lekuk tubuhmu. Loud speaker khayal menggemakan suaramu, lengkap dengan timbre dan frekuensi yang kuyakin itu pasti suaramu.

Aku berharap, semoga gudang ingatanku tetap aman. Jangan sampai pencuri datang dan mengacak-acaknya. Aku tak ingin datang kembali kesana dan menemukanmu menjadi orang yang berbeda. Sudah susah-payah aku mengenalmu. Aku tak mau kalau harus memulai semuanya dari awal lagi.

Kubulatkan tekad. Akan kukunci gudang ingatan ini dan kubuang kuncinya ke laut kenyataan yang luasnya tak bertepi, supaya tidak seorangpun bisa menemukannya kembali.

Sesaat sebelum aku menutup semua ruangan di gudang ingatan, kupastikan bahwa semua kotak ingatan sudah bertulis namamu. Tiba-tiba, kilat itu datang lagi. Kilat ragu yang kini tidak lagi  disertai petir menggelegar dan bara ophanim, tapi sendu menusuk bak paduan suara cherubim:

“Itu Dea yang kamu kenal dari masa lalu. Dea versi sejarah lampau. Kamu yakin tidak ingin menyisakan ruang bagi Dea di masa sekarang? Bagaimana kalau Dea berubah di masa depan?”

Ragu yang gelap pekat sehitam Tartarus menggodaku. Kuurungkan mengunci gudang ingatan itu.

Aku tersadar, pencarianku tentangmu belum selesai. Sebenarnya, baru saja dimulai.

Kamu yang Kuamati

Kubiarkan gudang ingatan terbuka lebar. Biarkan saja.

Jika ada pencuri yang penasaran hendak melihat-lihat isinya, biarkan saja. Aku punya kuncinya. Aku tak punya alasan untuk khawatir. Toh gudang itu gudangku. Semua kotak harta karunku jelas kutulis dengan label namamu. Dea-ku.

Tak ingin kehilangan jejakmu, kuputuskan sejak saat ini aku akan mengamatimu. Lekat. Dekat.

Tiba-tiba ada yang aneh. Ketika mengamatimu, aku seperti menonton orang lain yang mengawasimu. Laki-laki yang pandangannya tertuju padamu tanpa berkedip sedetikpun. Kutanya semesta, siapa lelaki itu? Cherubim yang sejak tadi duduk disampingku berkata: Lelaki itu ya kamu. Sialan.

Tetapi cahaya yang dibawa malaikat itu sangat terang. Aku jadi bisa melihat dengan jelas. Aku melihat diriku yang sedang menatapmu. Aku melihat diriku yang sedang minum kopi bersamamu. Aku melihat diriku mengajakmu berjalan kaki di pesisir pantai yang kita kunjungi bulan pertama kita resmi jadian itu. Aku bahkan melihat diriku yang menikmati tubuhmu dengan gairah menggebu ketika aku menginginkanmu itu. Aku melihat semua yang kulakukan denganmu.

Selain dirimu, aku akhirnya melihat hal lain. Aku kini melihat senyum di wajahku. Kenikmatan di sekujur ragaku ketika memelukmu. Rasa sakit dan penderitaanku. Malam-malam kesepianku ketika kamu jauh dariku. Aku kini melihat dua orang: aku dan kamu.

Masihkah kamu Dea yang sama, jika kuberitahu semua ini?

Apakah kamu masih Dea yang sama ketika aku tersenyum dan ketika aku meringis kesakitan?

Kutanya diriku, tak ada jawab. Kuingat tadi cherubim yang duduk di sampingku. Mengapa tak kutanya saja pada malaikat yang mahatahu itu? Sayang sekali, kutoleh ke samping, ternyata dia sudah berambus pergi mengangkasa. Sepertimu, meninggalkanku.

Oh iya. Mengapa tak kutanya pada Azazel, kucing kesayangan kita berdua itu?

Pusss, pusss. Dimana kucing manja yang suka berak sembarangan itu. Ini dia. Sembunyi di balik gudang ingatan. Kupikir orang akan menganggapku gila sebab mencoba mengajak seekor kucing berbicara.

“Azazel, menurutmu gimana? Siapa Dea kesayangan kita itu?”

Azazel hanya mengibaskan ekornya. Wajahnya tampak merengut, membuatnya imut bercampur seram dengan kumis panjang dan kukunya yang keluar seperti hendak mencakarku. Kuanggap itu jawaban. Jawaban yang persis sama dengan anggapan orang. Seperti binatang lainnya, Azazel kucing kesayangan kami pun tidak pernah sadar sampai memikirkan sosok Dea seserius diriku. Dasar binatang.

Untuk sesaat, kupikir cukuplah kukerahkan daya upaya untuk mengenalmu, wahai Dea-ku.

Meski yang kudapat hanya Dea yang kukenal, Dea yang kugambar, Dea yang kuamati, Dea yang kuingat, dan kata orang tentangmu. Semua ini kesepakatanku tentang Dea. Aku yang menyepakatinya dengan orang lain yang mengenalmu. Sebab mereka pun punya konsep tentang siapa Dea.

Jujur saja, ini tak sungguh memberiku kepastian, yang manakah dirimu.


Oh iya. Sudah larut malam. Besok kita akan bertemu.

Mengapa tak kutanya saja dirimu:

“Dea, kamu itu siapa?”

 


Ini adalah parafrase bebasku terhadap tulisan Bertrand Russel ketika ia berbicara tentang idealisme dalam "The Problems of Philosophy"