Sejenak kuhirup udara bebas
Semilir lewat tanpa permisi di depan hidungku…
Tapi aku tak protes
Nikmat pertama di pagi ini.
Desau air grojokan sesekali minta diperhatikan
Kasihan juga,
Dari semalam tidak ada yang mau menyapanya
Kusesap sedikit dengan lidahku
Terasa kehidupan di dalamnya
Tapi lalu kulirik dari kaca jendela
Ada yang memanggil-manggil dari atas sana
Kehangatannya melukis tawa di cakrawala
Dasar, sang mentari memang jagonya mengumbar cinta
Perlahan aku bangkit
Waktunya memberi keadilan juga pada cacing di perut ini
Toh ia juga butuh gizi
Maka aku bergegas.
Di pinggir Kali Ciliwung ini,
Hari ini aku cuma mau titip sejumput doa:
Selamat pagi, Tuhan.
Aku lapar.