Penulisan Skenario: Metode 8 Sequence – Sekuens 7 dan 8

Kini sampailah kita pada Act III dari metode 8 Sequence.  Jika dalam struktur klasik (kerangka dramatik Yunani Kuno) Act III ini memuat akhir cerita berupa kemenangan atau kekalahan; dalam metode 8 sequence bagian ini berisi resolusi salah (sekuens 7) dan resolusi benar (sekuens 8)


Sekuens 7 – New Tension & Twist

Inilah bagian ketegangan yang lengkap tetapi tetap sederhana, singkat tetapi sekaligus memuat pemaparan yang penting. Lebih sederhana dan lebih cepat alur ceritanya, berisi adegan singkat dan tidak lagi ada bangunan cerita yang benar-benar baru, melainkan ketegangan baru (new tension) akibat mulainya fase kebangkitan (revival) atas segala jatuh-bangunnya karakter utama mulai dari sekuens 1-6.

Sekuens 7 kerap dianggap sebagai tahap yang paling sulit sekaligus penting karena tuntutan ini. Pada tahap ini, karakter utama harus bangkit untuk memperbaiki kesalahan atau kegagalannya. Biasanya, adegan revival ini dipicu dari 3 hal yakni:

1) kebetulan,

2) datang dari orang lain, atau

3) menuai “petunjuk” (clue) yang sudah ditabur sejak awal.

Contohnya, dalam film petualangan, karakter bisa mengetahui letak harta karun dari 1) insiden tidak sengaja menggali tanah tau-tau ketemu, 2) diberi tahu orang lain “harta karunnya ada disana”, atau 3) mengikuti petunjuk sejak awal hingga akhirnya menemukan harta karun.

Sebaik-baiknya kisah, tetaplah ingat untuk menyelaraskan logika dan perasaan. Maka, sebaiknya jangan pernah menyatukan ketiga pemicu revival tadi dalam satu naskah karena akan menjadi “too good to be true”. Sama seperti kebanyakan pengalaman orang dalam kehidupan mereka, sumber ide untuk penyelesaian masalah itu tidak banyak, datangnya satu saja. Jika kebanyakan, akan menjadi tidak masuk akal. Sebab, pembaca atau penonton akan bereaksi: “kalau sedari awal karakter utama sudah memiliki solusi sebanyak ini atas permasalahan yang dihadapinya, mengapa tidak dari awal saja cerita ini selesai?

Ingat, sekuens 7 belumlah akhir cerita. Itu sebabnya, sekuens 7 sering juga disebut resolusi salah. Pada tahap ini, karakter utama akan menemukan pilihan. Ia akan memilih secara sadar antara dua kemungkinan. Cerita belum selesai juga.


Sekuens 8 – Resolution

Inilah resolusi sebenarnya. Disini, semua mesti jelas. Jika para petualang itu mengambil jalan kiri, maka semuanya baik-baik saja; tetapi jika mereka mengambil jalan kanan, maka dunia yang kita kenali ini akan berakhir alias kiamat. Ketegasan yang sama harus kita tunjukkan: apakah pria karakter utama akan berhasil mendapatkan gadis pujaannya, apakah berhasil menjinakkan bom, atau apakah dia berhasil selamat dari perahu yang bocor dan mulai tenggelam di tengah lautan yang dipenuhi ikan hiu?

Pembeda antara sekuens 7 dan sekuens 8 ialah:  pada sekuens 8, karakter utama kita sudah tidak bisa melakukan usaha penyelesaian. Ia hanya menjalani hasil dari penyelesaian konflik yang ada di sekuens 7. Jadi, sekuens 7 ini adalah efek dari revival. Kalau kita masih memasukkan usaha karakter menyelesaikan masalah, itu berarti naskah yang kita tulis masih berada di sekuens 7, belum sampai pada akhir cerita.

Bagaimana kita yakin bahwa ini adalah akhir dari seluruh cerita yang kita susun? Ingatlah kembali “wants” (keinginan) dan “needs” (kebutuhan), yakni aspek karakter yang sejak awal kita sudah tetapkan ketika merumuskan premis. Akhir cerita berarti  kedua aspek ini sudah tercapai. (Tentu saja, kita selalu punya kesempatan untuk mencipta twist pada sekuens ini untuk membuat penonton tetap terkejut). Pada bagian inilah pembaca atau penonton bisa menyimpulkan bahwa cerita yang kita tulis berakhir dengan kemenangan karakter utama (happy ending) atau Tujuan/Goals mengalahkan Obstacle/Hambatan; atau berakhir dengan kekalahan karakter utama (sad ending) atau Obstacle/Hambatan yang mengalahkan Tujuan/Goals.

Penulisan Skenario: Metode 8 Sequence – Sekuens 5 dan 6

Setelah mengulas Sekuens 3 dan 4 dari metode 8 sequence, sekarang kita lanjutkan dengan sekuens 5 dan 6 (biasa disebut Act II B)


ACT II B

Sekuens 5 – Subplot & Rising Action

Di sekuens 5, kita menginginkan tensi naik (rising action) akan tetapi belum sampai pada puncak utama konflik.

Ingat bahwa sebelumnya, di sekuens 4, kita sudah menguraikan puncak pertama, titik terendah yang dialami si karakter utama; yakni titik terendah yang paralel dengan nasib yang dialami si aktor utama di akhir cerita. Sementara puncak utama konflik baru terjadi di sekuens 6. Maka pada bagian ini kita harus menciptakan alur baru (subplot), yang berbeda dengan yang sudah pembaca/penonton ketahui sebelumnya.

Kedengaran tidak mudah. Lantas, apa yang harus kita isi pada sekuens 5 ini?

Sekuens 5 sering juga disebut sebagai Twists and Turns dari Act II.  Singkatnya, “Pemutarbalikan alur cerita”. Disinilah kita menulis situasi ketika akhirnya rahasia-rahasia terungkap, hubungan diuji, tensi meninggi, halangan semakin berat dan semakin menantang, dan karakter utama (protagonis) benar-benar diuji.  Di sekuens 5 ini, protagonis secara khusus diperlihatkan hendak memberontak atas segala perubahan yang terjadi, menunjukkan penolakan atas segala masalah yang harus dihadapinya: jika bisa dia ingin semuanya kembali seperti sedia kala, seperti ketika belum terjadi apa-apa. Sedikit ingatan kembali ke status quo yang menciptakan efek romance atau kegundahan akan sangat membantu.


Sekuens 6 – Main Culmination

Inilah puncak utama (main culmination), yakni puncak dari segala penolakan, keputusasaan dan pembalasan dendam atas segala masalah yang sudah terlanjur menghantui hari-hari di kehidupan karakter utama. Tantangan terakhir yang paling tinggi, alternatif terakhir yang masih ada, serta akhir dari semua ketegangan yang kita ciptakan. Situasi yang menghantar pembaca/penonton pada klimaks atau pertaruhan hidup mati di sekuens 7 nanti.

Jika karakter utama kita hendak memenangkan peperangan, maka disinilah dia bergegas menuju gelanggang. Jika karakter utama hendak menceraikan pasangannya, maka disinilah dia menuju pengadilan. Jika karakter utama hendak menyatakan cintanya pada karakter lain yang sudah lama ingin dilamarnya, maka disinilah dia berangkat hendak menemui orangtua calonnya.

Penting dicatat: Karena midpoint dan akhir cerita itu paralel, maka di sekuens 6 yang akan menjadi akhir dari Act II ini kita isi dengan sebuah titik alur (plot point) yang persis berlawanan dengan kedua poin tadi. Jika kita hendak memenangkan karakter utama di midpoint dan akhir cerita, maka disini kita membuatnya berada pada titik terjauh dari kemenangan. Jika kita hendak membuat karakter utama kalah di akhir cerita, maka di sekuens inilah kita membuatnya terlihat seperti menikmati semua kejayaan yang mungkin diraihnya.

 

Teknik Menulis Skenario dengan Mudah menggunakan Template dan Style Microsoft Word

Untuk menghasilkan tulisan skenario, kamu bisa membeli tool penulisan skenario semacam Arc Studio Premium. Tapi, kamu juga bisa melakukannya secara gratis tanpa perlu menghabiskan sekian rupiah untuk perangkat lunak penulis skenario. Cukup dengan aplikasi di komputer yang sudah biasa kamu gunakan, yaitu Microsoft Word secara offline (luring atau ‘luar jaringan’) atau Google Docs secara online (daring atau ‘dalam jaringan’). Yang terakhir ini bertujuan supaya lebih kompatibel dengan aplikasi pembelajaran yang saat ini banyak digunakan selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yakni Google Classroom, sama-sama produk Google.

Pada tulisan kali ini kita akan melihat bagaimana cara membuat skenario yang profesional menggunakan Microsoft Word. Jika sudah selesai, kamu tinggal mengupload file-nya ke Google Drive-mu untuk menghasilkan Google Docs (Dokumen Google).

Penulisan skenario dengan MS Word dapat dilakukan dengan beberapa cara. Kamu dapat menggunakan macros (program kecil yang merekam tombol yang Anda tekan dan mengotomasikannya untuk tugas yang sama) atau menciptakan sendiri pilihan style and formatting untuk membuat skenario yang siap ditampilkan dalam TV, film, atau teater.

Metode 1: Menggunakan Pola Template

  1. Buka dokumen baru. Setelah membuka MS Word, pilih File dalam menu di pojok kiri atas layar, kemudian pilih New. Proses ini akan memberikan pilihan gaya dan tata letak dokumen yang ingin kamu buat.
  2. Cari pola skenario. Dalam kotak pencarian, ketiklah “screenplay.” Saat ini, Microsoft menyediakan satu pola screenplay untuk MS Word 2013/2016. Klik dua kali setelah pencarian selesai dilakukan dan kamu akan mendapatkan dokumen yang telah diformat dengan pola skenario. Di dalam MS Word 2010, langkah-langkah yang harus dilakukan umumnya sama. Buka dokumen baru, pilih pola, dan cari Microsoft Office Online. Pilih salah satu dari dua pola, kemudian unduh.
  3. Sesuaikan pola skenario sesuai keinginan. Tidak ada peraturan yang ketat tentang tata cara penulisan skenario, tetapi terdapat panduan umum, kosakata, dan fitur umum. Bertanyalah kepada studio yang kamu tuju agar kamu mengetahui penyesuaian apa yang harus Anda lakukan terhadap dokumen. Pikirkan bagaimana menyesuaikan margin, ukuran huruf, jenis huruf, dan spasi antarbaris.
  4. Buatlah pola Anda sendiri. Jika Anda telah menulis atau memiliki skenario yang tersimpan dalam komputer, bukalah di MS Word. Pada menu save as type di bawah kotak nama, pilih “Word Template”. Jika dokumen mengandung macro, pilih “Word Macro-Enable Template”. Klik “save”. Jika kamu ingin mengubah lokasi file, klik “File”>”Options”>”Save”. Di dalam kotak lokasi utama penyimpanan pola, tik lokasi yang ingin kamu gunakan.

Menggunakan Style and Formatting

  1. Metode kedua yakni dengan menggunakan “Style and Formatting” untuk mengatur pola skenario. Jika kamu tidak begitu sreg dengan pola yang disediakan oleh Word, kamu dapat memodifikasi gaya dan format dokumen untuk menciptakan pola format baru. Pola-pola ini dapat digunakan lagi jika kamu menyimpannya. Kamu juga dapat membuat pola baru berdasarkan dokumen yang telah menggunakan aturan gaya dan format yang kamu butuhkan.
  2. Pilih satu baris teks. Teks bisa berupa nama karakter, potongan dialog, atau arahan panggung. Letakkan kursor di pinggir kiri baris teks dan pilih baris teks dengan menekan tombol kiri mouse. Atau, kamu juga dapat memilih teks dengan menekan tombol kiri mouse dan menariknya ke kiri atau ke kanan baris teks yang ingin kamu sesuaikan. Akhirnya, kamu dapat memilih teks yang akan kamu format dengan cara menarik kursor di teks yang telah kamu tulis dan menahan tombol shift dan tanda panah. Untuk memilih teks di sebelah kiri kursor, gunakan tanda panah kiri. Untuk memilih teks di sebelah kanan kursor, gunakan tanda panah kanan. Jika ada beberapa baris teks, kamu dapat memilihnya satu per satu dan ubah format seluruh baris yang Anda pilih.
  3. Buka panel Styles and Formatting. Setelah memilih teks, klik “Format” di menu. Menu tersebut akan menampilkan beberapa pilihan. Klik “Styles and Formatting.” Panel “Styles and Formatting” akan terbuka. Atau, kamu dapat membuka panel “Styles and Formatting” dengan memilih tombol “Styles and Formatting” di toolbar. Untuk membuka panel, klik tombol “Styles and Formatting” yang terletak di sebelah menu drop-down karakter tulisan. Tombol terletak di ujung kiri toolbar. Tombol ini bersimbol dua huruf “A” dengan dua warna berbeda, huruf “A” pertama berada di sebelah atas kiri huruf “A” kedua.
  4. Pilih teks yang memiliki format serupa. Klik kanan teks yang tadi sudah kamu pilih. Menu drop down akan muncul dengan berbagai pilihan. Opsi terbawah adalah “Select Text with Similar Formatting.” Klik kiri mouse kamu untuk memilih opsi tersebut. Seluruh teks dengan format yang serupa dengan yang telah Anda pilih akan terseleksi. Jadi, contohnya, jika seluruh nama karakter Anda menggunakan jenis dan ukuran huruf tertentu, ditempatkan di tengah pas di atas sebaris teks, Anda dapat memilih nama karakter apa pun, kemudian gunakan opsi “Select text with similar formatting” untuk menyeragamkan format nama karakter secara bersamaan.
  5. Pilih format yang Anda inginkan. Setelah kamu memiliki seluruh teks yang ingin kamu beri style tertentu, pilih sebuah style dari panel di sebelah kanan. Panel “Styles and Formatting” seharusnya masih terbuka di bagian kanan layar. Klik kiri format gaya yang Anda inginkan untuk mengubah teks pilihan Anda.
  6. Buat Style baru. Jika teks yang Anda pilih tidak sesuai dengan gaya yang ada, Anda dapat menambahkan format dan gaya teks tersebut sebagai gaya baru. Beri nama format dan gaya tersebut dengan memilih tombol di bagian atas panel bertuliskan “New Style.” Anda dapat memberi nama, memilih rata kiri atau kanan, memilih jenis huruf, dan membuat penyesuaian-penyesuaian lain yang diperlukan.

Tulisan ini diubahsuaikan dari WikiHow

 

Lagu-lagu Porseni Boemi 2022: Lirik, Akor dan Video

1. Solo Putra: Cover Lagu “Lirih” Ari Lasso

Intro : E F#m E D# E F#m E B

F#m D#      E    F#m  D#              E   A
kesunyian ini lirih kubernyanyi
C#m D#                  B      A                   E
lagu indah untukmu aku bernyanyi
F#m             D#    E            F#m               E
engkaulah cintaku cinta dalam hidupku
C#m D#                   B A                   E
bersama rembulan aku menangis
G#                  A   Am                     E     B
mengenangmu segala tentangmu oooh
C#m                   B          A        F#m     B
ku memanggilmu dalam hati lirih
E F#m         D#      E        F#m       D#    E A
engkaulah hidupku hidup dan matiku
C#m D# G#m B                    E A G#
tanpa dirimu    aku menangis

A   Am
mengenangmu
E      B
segala tentangmu oooh …
C#m                  B          G#m      A
ku memanggilmu dalam hatiku

Interlude: E F#m E D# B

A                   E
aku bernyanyi

G#                  A   Am                     E     B
mengenangmu segala tentangmu oooh
C#m                   B          A        F#m     B
ku memanggilmu dalam hati lirih

C#m                   B          A        F#m     B
ku memanggilmu dalam hati lirih

(unattended)
kukenang dirimu

E F#m D# E


2. Trio Campuran: Cover Lagu “Lelaki dan Rembulan” Franky Sahilatua & Jane

Intro: Bm Em Bm Em C Bm D

Verse 1

G                       D          G
Rembulan di malam hari
Bm       Em
Lelaki diam seribu kata
Bm                D
Hanya memandang
G D                   G
Hatinya luka… hatinya luka

Verse 2

G              D          G
Udara terasa berat
Bm                  Em
Karena asmara sesakkan dada
Bm         D
Ketika cinta
G D                          G
Terbentur dinding… terbentur dinding

Reff:
Em                     Bm
Bukalah pintu hatimu
C                      G
Yang s’lalu membeku
Bm                 Em
Agar ku lihat lagi
C       G          D
Rembulan di wajahmu
C             D        G
Jangan sembunyikan
C         G D      G
Hatimu padaku

G    Em           C          G
Lelaki… dan rembulan
Bm                    G
Bersatu di malam
D       C        G
Angin sepoi-sepoi

Interlude: Em C G C G C D

Verse 1

G                       D          G
Rembulan di malam hari
Bm       Em
Lelaki diam seribu kata
Bm                D
Hanya memandang
G D                   G
Hatinya luka… hatinya luka

Verse 2

G              D          G
Udara terasa berat
Bm                  Em
Karena asmara sesakkan dada
Bm         D
Ketika cinta
G D                          G
Terbentur dinding… terbentur dinding

Reff:
Em                     Bm
Bukalah pintu hatimu
C                      G
Yang s’lalu membeku
Bm                 Em
Agar ku lihat lagi
C       G          D
Rembulan di wajahmu
C             D        G
Jangan sembunyikan
C         G D      G
Hatimu padaku

G    Em           C          G
Lelaki… dan rembulan
Bm                    G
Bersatu di malam
D       C        G
Angin sepoi-sepoi

 

D       C        G
Angin sepoi-sepoi (4x, fade out)


3. Band akustik: Cover Lagu “Pelangi dan Matahari” – BIP

[intro] A D F#m E D 2x

                  A
padang hijau
F#m
di balik gunung yang tinggi
Bm
berhiaskan pelangi
A
setelah hujan pergi

                    A
ku terdampar
F#m
di tempat seindah ini
Bm
seperti hati sedang
A
sedang jatuh cinta

[chorus]
A
ku bahagia
D
merasakannya
F#m                E
andaikan aku bisa di sini slamanya
D
tuk menikmatinya

                       A
sungai mengalir
F#m
sebebas aku berfikir
Bm
hembusan angin dingin
A
membawa aku berlari

                  A
mensyukuri
F#m
semua yang telah kau beri
Bm
hati yang rapuh ini
A
kau kuatkan lagi
[chorus]
A
ku bahagia
D
merasakannya
F#m                E
andaikan aku bisa di sini slamanya
D
tuk menikmatinya

               A
ku bahagia
D
merasakannya
F#m                E
andaikan aku bisa di sini slamanya
D
tuk menikmatinya

[Interlude]

F#m D 4x     A D F#m E D

A
di sini s’lamanya.. di sini s’lamanya ..
D
di sini s’lamanya.. di sini s’lamanya ..
F#m                                                    E
di sini s’lamanya.. di sini s’lamanya ..
D
di sini s’lamanya.. di sini s’lamanya ..

A
di sini s’lamanya.. di sini s’lamanya ..
D
di sini s’lamanya.. di sini s’lamanya ..
F#m                                                    E
di sini s’lamanya.. di sini s’lamanya ..
[chorus]

             A
ku bahagia
D
merasakannya
F#m                E
andaikan aku bisa di sini slamanya
D
tuk menikmatinya

A
ku bahagia
D
lepas semua
F#m                E
andaikan aku bisa di sini slamanya
D
tuk menikmatinya

A
di sini selamanya.. di sini selamanya..
D
di sini selamanya.. di sini selamanya..
F#m                                E
di sini selamanya.. di sini selamanya..
D
di sini selamanya.. di sini selamanya..

A
di sini selamanya.. di sini selamanya..
D
di sini selamanya.. di sini selamanya..
F#m                                E
di sini selamanya.. di sini selamanya..
D
di sini selamanya.. di sini selamanya..
A
di sini….


4. Solo Putri: Cover Lagu “Tetap dalam Jiwa” Isyana Sarasvati

Intro : F C Em Am
 F
tak pernah terbayang
    C                Em        Am
akan jadi seperti ini pada akhirnya
 F
semua waktu yang pernah
   C
kita lewati bersamanya
  Em            Am
telah hilang dan sirna
     F             C
hitam putih berlalu janji kita menunggu
Em              Am
tapi kita tak mampu
F                 C
seribu satu cara kita lewati
Em       Am
tuk dapatkan semua jawaban ini
Reff:
              F           C
bila memang harus berpisah
    Em      Am
aku akan tetap setia
F         C
bila memang ini ujungnya
  Em          Am
kau kan tetap ada di dalam jiwa
  F           C
tak bisa ku teruskan
 Em       Am
dunia kita berbeda
  F         C
bila memang ini ujungnya
   Em           Am
kau kan tetap ada di dalam jiwa
F                     C
memang tak mudah tapi ku tegar
 Em          Am   
menjalani kosongnya hati
     F                           C
buanglah mimpi kita yang pernah terjadi
  Em        Am
dan simpan tuk jadi history
 F             C
hitam putih berlalu janji kita menunggu
Em               Am
tapi kita tak mampu
  F                  C
seribu satu cara kita lewati
 Em       Am
tuk dapatkan semua jawaban ini
Reff:
              F           C
bila memang harus berpisah
 Em      Am
aku akan tetap setia
 F         C
bila memang ini ujungnya
      Em          Am
kau kan tetap ada di dalam jiwa
        F           C
tak bisa ku teruskan
 Em       Am
dunia kita berbeda
  F         C
bila memang ini ujungnya
Em           Am
kau kan tetap ada di dalam jiwa
F                 G
Tak bisa tuk teruskan
Am
Dunia kita berbeda
F                 G
Tak bisa tuk teruskan
Am
Dunia kita berbeda
F                 G
Tak bisa tuk teruskan
Am
Dunia kita berbeda
F                 G
Tak bisa tuk teruskan
Am
Dunia kita berbeda
Reff:
              F           C
bila memang harus berpisah
Em      Am
aku akan tetap setia
      F         C
bila memang ini ujungnya
   Em          Am
kau kan tetap ada di dalam jiwa
 F           C
tak bisa ku teruskan
Em       Am
dunia kita berbeda
 F         C
bila memang ini ujungnya
   Em           Am
kau kan tetap ada di dalam jiwa


CREDITS:

  • Ari Bernardus Lasso, atau lebih dikenal dengan nama Ari Lasso (lahir di Madiun, Jawa Timur, 17 Januari 1973) adalah penyanyi pop Indonesia. Dia tercatat sebagai vokalis grup band Dewa 19 (1991-1999) yang akhirnya ia keluar dan menjalani karier sebagai penyanyi solo.

  • Franky Hubert Sahilatua (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 16 Agustus 1953 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 20 April 2011 pada umur 57 tahun) adalah penyanyi balada berdarah Maluku asal Surabaya, Indonesia. Franky adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara, yang di antaranya adalah Jane Sahilatua dan Johnny Sahilatua. Namanya dikenal publik sejak paruh kedua dekade 1970-an, ketika ia berduet bersama adiknya, Jane Sahilatua, dengan nama Franky & Jane. Duet ini sempat menghasilkan lima belas album, semuanya di bawah Jackson Record. Setelah duet ini mengakhiri kerja samanya, karena Jane kemudian menikah dan hendak memusatkan diri pada keluarga, Franky lebih banyak bersolo karier. Tahun 2006, Franky diangkat menjadi duta buruh migran Indonesia bersama Nini Carlina oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI).

  • BIP adalah grup band yang didirikan oleh tiga orang musisi yang hengkang dari Slank pada tahun 1996, yaitu Pay (gitar), Bongky (bass), dan Indra (keyboard). Kini formasi mereka dilengkapi oleh Ipang (vokal).

  • Isyana Sarasvati (lahir di Bandung, 2 Mei 1993) merupakan penyanyi dan penulis lagu berkebangsaan Indonesia. Isyana merupakan lulusan dari Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura dan Royal College of Music, Britania Raya. Isyana yang menulis sendiri semua lagunya ini juga pernah menjadi penyanyi opera di Singapura.

Penulisan Skenario: Metode 8 Sequence (Act I)

Setelah memiliki sebuah premis dan konsep skenario, maka kita akan masuk pada teknikalitas penulisan skenario. Metode yang paling sering dilakukan adalah 8 sequence (8 sekuens).

Apa itu 8 sequence?

8 sequence ini bukan satu-satunya metode dalam mengembangkan sebuah ide menjadi skenario, tapi oleh para penulis naskah film terkenal, dianggap efektif dan mudah diajarkan dan dipahami terutama oleh para penulis pemula.

Perlu diingat bahwa kerangka 8 Sekuens ini bukanlah formula mutlak atau resep sempurna untuk membuat sebuah bangunan cerita. Karena setiap naskah itu adalah sebuah prototipe: baru, unik, dan dibuat khusus sesuai isi cerita/kisah yang ingin ditulis. Akan tetapi pengalaman para penulis skenario kenamaan (termasuk para penulis skenario film Hollywood) yang menggunakannya mengakui bahwa formula ini adalah titik berangkat yang baik. Ernest Prakasa, seorang produser sekaligus screenwriter Indonesia mengaku bahwa dia menggunakan metode ini untuk menggarap film-filmnya.

Sebenarnya 8 sequence adalah pengembangan dari pola 3 Acts Structure (drama 3 babak) dari Yunani Kuno, yang berupa awalan/perkenalanperjalanan/konflik, dan hasilnya seperti apa (akhir cerita). Khusus pada bagian perjalanan/konflik durasinya biasanya setengah dari durasi keseluruhan cerita, sehingga kerap dibagi lagi menjadi 2 bagian. Maka, sekarang kita memperoleh Babak 1, Babak 2A, Babak 2B dan Babak 3.

Lebih lanjut, metode 8 sequence adalah pemecahan dari keempat babak ini, dimana masing-masing babak dibagi menjadi 2 sekuens. Maka, pembagiannya:

  • Babak 1 menjadi Sekuens 1 dan Sekuens 2.
  • Babak 2A menjadi Sekuens 3 dan Sekuens 4.
  • Babak 2B menjadi Sekuens 5 dan Sekuens 6.
  • Babak 3 menjadi Sekuens 7 dan Sekuens 8.

Perjalanan kisah mulai dari sekuens 1 hingga sekuens 8 inilah yang kita kenal sebagai 8 sequence.

Penggunaan Metode 8 sequence

Tentu ini bukan satu-satunya cara. Kelima film box-office besutan Ernest Prakasa dibangun dengan metode ini. Sederhana tetapi sekaligus memberi banyak ruang untuk berkreasi dan mendramatisasi.

Sampai disini mungkin akan muncul pertanyaan: metodenya sama, apakah hasilnya akan sama? Tidak juga. Film-film mainstream di Hollywood umumnya menggunakan metode ini, tetapi kita bisa melihat dan merasakan sendiri bahwa hasilnya tidak sama. Ini bisa dianalogikan seperti tengkorak manusia. Walaupun bangunan dasar tengkorak kita – manusia Homo Sapiens ini – sama,  tetapi toh wajah dan penampilan kita berbeda-beda. Maka, walaupun menggunakan metode penggarapan ceritanya sama, tetapi alur film tetap berbeda.

Meski tidak dalam artian ketat secara matematis, metode 8 Sekuens ini bisa menjadi alarm bagi penulis skenario untuk membagi durasi setiap bagian cerita secara proporsional. Kasarnya, misalnya, jika cerita yang hendak dibangun berdurasi 1 jam (60 menit), maka setiap sekuens berkisar 7-8 menit. Jadi kalau misalnya sudah memasuki menit ke-20 ternyata sekuensnya masih di Act 1 (sekuens 1 dan sekuens 2), maka kita harus segera periksa: Mungkin kita sudah melenceng terlalu jauh dari ide cerita yang kita bangun.

 


BABAK 1

Sekuens 1: Status quo dan inciting incident

Pada bagian status quo ini terjadi perkenalan karakter. Apakah semua karakter harus diperkenalkan sekaligus di awal? Tidak ada aturan baku seperti itu. Yang sering terjadi ialah pengenalan dilakukan dengan dicicil bahkan bisa juga tersebar di sekuens berikutnya. Pada intinya, sekuens ini bertujuan supaya audiens (pembaca naskah atau penonton film) mengenal karakter. Tujuan lebih lanjut ialah: dengan mengenal, audiens sampai pada tahap empati terhadap apapun yang dialami si karakter.  Peribahasa “Tak kenal maka tak sayang” tepat menggambarkan tujuan ini.

Sekuens 1 ditutup dengan inciting incident (insiden pemicu).

Contoh insiden pemicu pada “Cek Toko Sebelah” (2016)  adalah  ketika Koh Afuk mulai sakit. Kalau dia tidak sakit, maka tidak ada urgensi baginya maupun anak-anaknya untuk mulai berfikir soal warisan. Ini juga menjadi pemicu buat Erwin untuk memikirkan ulang keputusan karirnya.

Pada “Susah Sinyal” (2017), insiden pemicu adalah ketika Oma (sang nenek) meninggal. Mental putrinya down, sehingga Ellen (karakter utama) harus putar otak untuk mengambil peran si nenek: kembali menjalin komunikasi yang selama ini hilang dengan putri semata wayangnya.

Pada “Black Panther” insiden pemicu adalah ketika museum dibobol, artefak Wakanda dicuri. Ini menjadi pemicu bagi warga Wakanda untuk melakukan sesuatu yang sangat berbeda: mereka meninggalkan zona nyaman mereka, membuka gerbang Wakanda sehingga bisa bertarung bersama dengan anggota tim lain Avengers.

(Silahkan kamu mencari contoh insiden pemicu ini di film lain yang sudah kamu tonton).

Singkatnya, Sekuens 1 ini membangun karakter utama, sekilas perjalanan hidupnya, serta status quo dan semesta kisahnya. Sekuens ini diakhiri dengan POINT OF ATTACK atau INCITING INCIDENT, meskipun bisa juga plot ini muncul pada menit-menit pertama film.

Sekuens 2: doubt (keraguan) dan decision (keputusan)

Ketika karakter dihadapkan dengan insiden pemicu ini, maka akan muncul keraguan: ia diharuskan untuk keluar dari kenyamanannya. Ia dihadapkan pada dua pilihan utama: tetap di zona sebelumnya dan tak melakukan apa-apa, atau memutuskan untuk melakukan sesuatu karena sudah jelas ada masalah di depan mata.

Pada “Black Panther” ini terlihat ketika para petinggi Wakanda setuju (decision) bahwa mereka harus melakukan sesuatu. Kalau tidak, maka ceritanya tidak berjalan.

Pada “Susah Sinyal”, Ellen mulai benar-benar berfikir untuk mencari quality time, waktu berdua dengan putrinya. Sampai ia membatalkan untuk bertemu dengan klien penting dan mendelegasikan proyek itu kepada rekan kerja sekantornya.

Pada “Cek Toko Sebelah”, Erwin menjadi ragu apakah ia harus meninggalkan pekerjaannya di yang sudah di level atas manajemen perusahaan setelah ia mendengar penuturan bosnya yang menyesal karena ketika hidupnya tidak sempat membahagiakan orangtuanya. Cerita si bos sangat mengena dengannya karena saat itu Koh Afuk – ayahnya – sedang sekarat, kemungkinan tidak akan berumur panjang lagi.

 

Template Screenplay di Microsoft Word

Masuklah dengan akun sch.id SMA Budi Mulia Pematangsiantar yang kamu gunakan saat ini untuk melihat dokumen Template untuk Menulis Skenario di Microsoft Word yang sudah Saya susun ini.

Klik gambar ini untuk mendapatkan template gratis yang dimaksud.

Suasana kelas yang direkayasa saat persiapan Pentas Seni SMA Budi Mulia Pematangsiantar “TERBANG BERSAMA BOEMI”

Penulisan Skenario: Tujuan dan Halangan

Secara teoretis, karakter, tujuan dan halangan harus dirumuskan secara seimbang. Sama kuat dan sama berbobot. Meskipun demikian, pada prakteknya, kadang-kadang bobot antara ketiga hal ini tidak seimbang.

Ada film yang sangat ditentukan oleh karakter. Dalam drama percintaan semisal sinetron-sinetron yang saat ini tayang di televisi Indonesia, alur cerita sangat di-drive (digerakkan) oleh karakter. Tujuan dan halangan tidak begitu kelihatan.

Mungkin ini juga yang membuat sinetron Indonesia kurang diminati. Atau diminati tetapi dihargai rendah. Ditambah lagi sudah banyak film dan drama asing yang bisa diakses oleh penonton di Indonesia, yang dihargai tinggi karena bobot antara karakter, tujuan dan halangannya seimbang.

Itulah sebabnya, sebaiknya kaidah keseimbangan ini tetap dijunjung tinggi oleh setiap penulis skenario, yakni keseimbangan antara karakter, tujuan dan halangan.

TUJUAN

Ada 3 kriteria sebuah tujuan, yakni relatable, urgent dan risky. Kita bahas satu persatu.

Pertama, tujuan harus relatable. “Relatable” (padanan kata dalam bahasa Indonesia yang paling dekat ialah “kena” atau “mengena”). Ini sangat penting. Seorang penulis lakon yang merencanakan sebuah karakter, dan ia menganggapnya penting. Tetapi jika penonton tidak bisa memahami, maka percuma juga.

Sebagai contoh, si screenwriter membuat premis: Seorang karyawan yang ingin menjadi stand up comedian, tetapi tidak didukung oleh isterinya. Sebagai premis, pernyataan ini tidak salah. Ia memenuhi perumusan sebuah premis, yakni memuat karakter, tujuan dan halangan. Akan tetapi, profesi stand up comedian masih belum umum untuk penonton Indonesia. Maka, jika ia hendak mempertahankan premis ini, si penulis skenario harus menyelesaikan banyak PR untuk membahas dunia profesional seorang stand up comedian (mematangkan karakter).  Barulah kemudian, ia bisa mengulas mengapa kurangnya dukungan seorang isteri tidak terhadap keinginan si karakter utama (si suami) menjadi halangan yang kuat.

Itulah sebabnya, seorang penulis skenario harus banyak membaca dan mengamati. Ia harus memperkaya diri dengan realitas sosial-budaya penontonnya. Setelah ia paham, barulah ia bisa mengangkat sebuah premis yang mengena dengan mereka.

Kedua, tujuan itu harus urgen. Tujuan harus memiliki deadline yang jelas. Jika tidak ada urgensi, penonton akan bertanya: “mengapa tujuan itu harus dicapai sekarang?” Pada premis di atas, misalnya, kalau saat ini si suami tidak didukung isteri menjadi stand up comedian, ia kan masih bisa memulainya tahun depan atau tahun depannya lagi. Mengapa harus sekarang?

Pada Cek Toko Sebelah, urgensi dari tujuan menjadi jelas karena kesehatan Koh Afuk (karakter utama) terganggu. Ia harus segera mewariskan legacy yang dia inginkan. Jika tidak segera terjadi, maka si karakter utama keburu meninggal sebelum tujuan tercapai. Dalam Susah Sinyal, si ibu harus segera memperbaiki hubungannya dengan putrinya sepeninggal si nenek yang selama ini mengasuh putrinya. Jika tidak segera terjadi, maka hubungan si anak dan si ibu akan semakin parah dan susah untuk diperbaiki kembali.

Ketiga, tujuan itu harus risky (memiliki resiko). Artinya, tujuan itu harus memiliki resiko bagi banyak orang, bukan hanya untuk si karakter dan si penulis. Kalau tujuan tidak tercapai, apa resikonya? Dalam Avengers: Endgame (2019), misalnya, kalau Thanos tidak bisa dikalahkan maka populasi dunia akan hilang setengah.

HALANGAN

Halangan dapat dirumuskan dari salah satu atau lebih dari ketiga faktor ini.

Pertama, halangan yang berasal dari diri sendiri. Jika, kelemahan sebuah karakter sedemikian besar, bahkan tanpa ada penjahat (villain) pun bisa jadi kelemahan diri sendiri sudah menjadi halangan untuk mencapai tujuannya sendiri.

Kedua, halangan yang berasal dari karakter lain. Karakter lain ini bisa manusia, setan, bencana alam, dan lain-lain. Tergantung jenis film yang sedang dirancang skenarionya.

Ketiga, halangan yang berasal dari keadaan. Keadaan yang dimaksud bisa berasal dari situasi keluarga dimana karakter utama dibesarkan. Bisa juga situasi masyarakat, sistem perundangan yang berlaku, struktur sosial yang buruk, atau komunikasi yang buruk di antara para karakter-karakter.

 

Tutorial Penulisan Naskah Skenario Film oleh Ernest Prakasa

Sebagai sebuah karya seni peran, film – terutama yang bagus – selalu memukau para peminatnya. Lewat film, banyak cerita nyata orang lain serasa hadir kembali di layar kaca. Melalui film, cerita khayal hasil gagasan seorang penulis serasa hadir menjadi peristiwa nyata. Film, sama halnya dengan teater, menjadi instrumen yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan. Mulai dari yang sederhana hingga pesan yang kompleks, rumit dan berliuk-liuk.

Meski ada perbedaan antara film dan teater, namun secara substansi keduanya sama-sama bergelut dalam bidang seni drama atau seni peran (kerap kita kenal dengan istilah akting).


Sebagai penikmat film secara khusus atau seni teater secara umum, barangkali banyak dari kita yang penasaran:

Film ini bagus. Aktornya hebat. Sinematografinya keren. Ide ceritanya juga menarik. Tapi bagaimana ya caranya kok bisa ide dari sebuah novel atau cerpen menjadi film?

Jawabannya akan kita temukan pada seberapa hebat penulisan skenarionya.

Kabar gembiranya: Saat ini, menjadi penulis skenario adalah profesi yang menjanjikan.

Pada sebuah pertemuan dengan para wartawan beberapa tahun lalu, Manoj Punjabi, produser sekaligus bos MD Entertainment, mengungkapkan pengalamannya.

“Mencari penulis itu susah sekali, saya pernah dua bulan enggak dapat sinopsis film yang bagus. Berbeda dengan di Amerika karena di sana banyak sekali SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas. Tapi, di Indonesia hanya bisa dihitung dengan jari”


Kamu yang saat ini masih duduk di bangku SMA, coba deh kamu lihat lagi materi Seni Teater pada mata pelajaran Seni Budaya. Ulasan teoretisnya cukup lengkap. Tapi, tidak ada tutorial tentang penulisan skenario.

Nah, disini Saya teruskan tutorial Penulisan Skenario oleh Ernest Prakasa. Kalian tentu tak asing lagi dengan Ernest, bukan?

Just google it.

Kamu akan bertemu dengan seorang stand-up comedian hebat, produser yang berprestasi, sutradara bertangan dingin, sekaligus aktor berpenampilan ciamik.

Kamu tentu tidak akan bisa menjadi sehebat Ernest dalam satu malam. Apapun ceritanya, even the longest journey is begun with a first step.

Kalau kamu sampai pada bagian ini, mungkin kamu akan mulai membayangkan: “Bagaimana sih rasanya menjadi sebuah penulis skenario? Bisa nggak ya nanti aku berkarir sebagai penulis skenario untuk film-film yang akan muncul di bioskop beberapa tahun ke depan?”

Silahkan teruskan mimpi dan anganmu. Tapi tentu mesti tetap sadar dan waras: Hal besar selalu dimulai dengan tindakan kecil.

Yuk kita mulai dengan membaca dan memahami tutorial yang dia tulis sendiri. Materi yang Saya bagikan ini Saya dapat setelah membeli kelas pelatihan di situs Kelas.Com

Klik link ini untuk mengunduh.
Workbook Berkarir sebagai Penulis Skenario

2D versus 3D

Seni rupa memberikan gambaran tahap demi tahap atau masa demi masa peristiwa terjadinya penciptaan karya visual dahulu dan sekarang.

Sebagai bagian dari sejarah peradaban dunia dan manusia, seni rupa tidak hanya menyangkut masalah bentuk yang diciptakan. Tapi juga latar belakang atau harapan masyarakat pencipta seni rupa pada waktu itu.

Kajian sejarah seni rupa menunjuk bahwa seni rupa suatu bangsa berkembang karena mendapat pengaruh dari luar. Perkembangannya selalu menunjukan sebagai suatu pertumbuhan dari awal kemudian tumbuh. Pada suatu zaman, akhirnya perkembangan itu mencapai titip puncak, yang kerap diasosiasikan sebagai seni klasik.

Dengan demikian, sejarah seni rupa adalah suatu cacatan peristiwa terjadinya ciptaan visual dua atau tiga dimensional dari waktu ke waktu secara periodesasi.

Wujud Seni Rupa

Seni rupa, seperti namanya, menghasilkan karya seni dengan media yang mampu dilihat dan dirasakan oleh panca indra manusia. Seni rupa terbagi dikelompokkan menurut wujud, massa dan fungsinya yaitu:


Seni rupa berdasarkan wujud, terbagi menjadi dua jenis:

  1. Seni Rupa dua dimensi – merupakan karya seni yang memiliki dua ukuran, yaitu panjang dan lebar. Seni rupa dua dimensi hanya mampu dinikmati dari arah depan.
  2. Seni Rupa tiga dimensi -merupakan karya seni yang memiliki tiga ukuran, yaitu panjang, lebar dan tinggi/volume. Berbeda dengan seni rupa dua dimensi, seni rupa tiga dimensi mampu diminati dari berbagai arah.

Seni rupa berdasarkan massanya, terbagi menjadi tiga jenis:

1. Seni rupa tradisional

Merupakan karya seni rupa yang dihasilkan dari pola, aturan atau pakem tertentu. Seni rupa tradisonal bersifat statis, tidak berubah karena aspek-aspek dalam berkaryanya turun temurun dari generasi ke generasi yang menyebabkan corak-corak dari karya seni ini tidak mengalami perubahan.

2. Seni rupa modern

Merupakan karya seni rupa yang dihasilnya dari kreativitas dan inovasi dari ide-ide yang belum pernah ada. Seni rupa modern terkenal dengan unsur pembaharuannya dan mengutamakan aspek kreativitas. Seni rupa ini sifatnya individualis, coraknya bisa mengalamai perubahahan sesuai dengan keinginan individu itu sendiri. Contohnya adalah lukisan.

3. Seni rupa kontemporer

Merupakan karya seni yang munculnya tergantung oleh waktu diciptakannya karya seni tersebut. Oleh karena itu seni rupa kontemporer sifatnya kekinian sebab selalu diangkat dari situasi dan kondisi seniman.


Seni rupa berdasarkan fungsinya, terbagi menjadi dua jenis:

  1. Seni Rupa Terapan – merupakan karya seni yang bertujuan praktis dan sesuai dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti senjata, keramik, rumah dan lain-lain.
  2. Seni rupa murni – merupakan karya seni yang diciptakan tidak memiliki tujuan tertentu, dihasilkan dari ide senimannya dan mengutamakan keindahan.

Kembali ke wujud atau dimensi.

Seni rupa 2 dimensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Hanya dapat dinikmati dari satu arah, arah depan atau arah belakang
  2. Memiliki koordinat X dan Y
  3. Memiliki dua ukuran, yaitu panjang dan lebar
  4. Tidak ada efek dari cahaya
  5. Frame memiliki layar yang terbatas
  6. Tidak terlalu banyak kombinasi warna, biasanya hanya warna dasar

Seni rupa 2 dimensi dapat ditemukan pada lukisan, foto, poster, banner, desain produk, karikatur, kaligrafi, mozaik, dan logo.

Sementara itu, Seni Rupa 3 Dimensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut

  1. Mampu dinikmati dari segala arah mata memandang, atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang
  2. Memiliki koordinat X,Y dan Z
  3. Memiliki 3 ukuran, yaitu panjang, lebar dan tinggi
  4. Frame memiliki layar yang luas
  5. Ada efek cahaya
  6. Penggunaan warnanya lebih kompleks dan memiliki gradasi-gradasi warna

Contoh-contoh seni rupa 3 dimensi dapat ditemukan pada kriya, patung, dan keramik.


Video animasi racikan Jim Wyler berikut mungkin bisa membantu menjelaskan.

Progresi Akor

“Pak, Saya sudah buat lirik dan notasi untuk tugas cipta lagu sederhana yang Bapak tugasin. Tapi nggak tau gimana caranya menentukan akornya. Bisa dijelasin lagi nggak, Pak?”

Begitu isi chat seorang Siswa di fasilitas Google Classroom. Selama pandemi COVID-19 ini kegiatan belajar-mengajar di sekolah memang berlangsung secara daring. Termasuk untuk tanya jawab dan diskusi.

Aku lihat Siswa ini cukup memperhatikan setiap materi yang kuberikan. Ada niat. Seperti sebagian besar murid-murid yang kubimbing.

Tentu selalu ada pengecualian. Tetapi itupun, tak melulu harus menyalahkan mereka. Belajar seni, secara umum, adalah hal yang menarik buat Siswa. Jadi, kalau ada Siswa yang ogah-ogahan mengikuti materi yang kuberikan atau tidak menunjukkan respons apapun, penyebabnya biasanya kompleks: faktor lingkungan, jadwal yang padat, sumber daya yang tersedia, termasuk cara pengajar menyampaikan materinya. Yang terakhir ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagiku.

Maka, respons seperti yang ditunjukkan siswa lewat chat tadi kubaca sebagai bukti antusiasme. Tentu saja: anak yang antusias layak mendapat perhatian.

Tuntutan kurikulum untuk tema Berkreasi Musik Kontemporer sendiri ada 3 yakni:

  1. Siswa mampu mendeskripsikan konsep dan teknik berkreasi musik kontemporer
  2. Siswa mampu memahami dan mengidentifikasi sejarah musik yang berkembang di dunia
  3. Siswa mampu memahami perkembangan musik kontemporer di Indonesia

Ketiga indikator ini bagus, tapi melulu melibatkan hafalan. Karena itu, kupikir: sebaik-baiknya pemahaman adalah jika dituangkan dalam praktek.

Maka dengan pengantar yang tentu tidak se-‘jelimet’ di bangku kuliah seni, kuberanikan untuk mengajak mereka menuangkan kreasi dan imajinasi seni dengan mencipta lagu sederhana.

Mulai dari memahami motif, menentukan narasi dan memahami progresi akor sederhana.

Nah, pada bagian progresi akor inilah kupikir perlu untuk dijelaskan ulang.

Apa itu Lagu?

Ringkasnya, lagu adalah puisi yang dinyanyikan.

Secara analogi, lagu adalah sebuah cerita lengkap dengan paragraf, kalimat dan tanda-tanda baca yang mendukung sehingga pembaca bisa memahami dengan mudah.

Sebuah lagu, dengan demikian, adalah sebuah komposisi dengan motif, perioda, frase, dan kadens yang mendukung sehingga pendengar bisa menikmati lagu dengan mudah.

Kembali ke akor.

Agar bisa menjadi sebuah akor yang tonal (karena ada juga yang atonal), nada-nada yang dimainkan dalam harmoni harus dalam interval yang pas.

Interval sendiri adalah jarak antara nada yang satu dengan nada yang lainnya. Jarak ini diukur dengan satuan tones dan semitones.

Apa itu tone dan semitone?

Anggaplah kita berpatokan kepada nada C tengah di piano.

Jika kita menekan nada C dan tuts hitam yang berada di sebelah nada C (nada C#), maka jarak itu dihitung sebagai satu semitones.

Sedangkan kalo kita menekan nada C dan nada D (tuts putih disebelah nada C), maka jarak itu dihitung sebagai satu tones atau dua semitones.

Progresi akor sendiri tidak bisa lepas kaitannya dengan interval tangga nada dan akor itu sendiri.

Definisi sederhana dari sebuah akor adalah gabungan dari beberapa nada yang dimainkan secara bersamaan, sehingga menghasilkan harmoni.

Setiap interval jika dimainkan secara bersamaan akan menghasilkan dua nuansa yang berbeda, yaitu konsonan dan dissonan.

Misalnya jika ingin menghasilkan akor mayor dari C maka harus memainkan nada C (root), E (major third), dan G (Prefect Fifth).

Jika kita merangkai akor berdasarkan rumusan di atas, maka jika kita menyusun akor dari tangga nada C maka tingkatan akor yang didapat adalah:

1. Akor C mayor (C-E-G atau 1-3-5), merupakan tingkatan akor tonika (I).

2. Akor D minor (D-F-A atau 2-4-6), merupakan tingkatan akor super tonika (ii).

3. Akor E minor (E-G-B atau 3-5-7), merupakan tingkatan akor median (iii).

4. Akor F mayor (F-A-C atau 4-6-‘1), merupakan tingkatan akor subdominan (IV).

5. Akor G mayor (G-B-D atau 5-7-‘2), merupakan tingkatan akor dominan(V).

6. Akor A minor (A-C-E atau 6-‘1-‘3), merupakan tingkatan akor submedian (vi).

7. Akor B diminis (B-D-F atau 7-‘2-‘4), merupakan tingkatan akor leading tone/subtonika(vii).

Jika diperhatikan, jarak antara nada tersebut memiliki kesamaan yaitu berselang satu nada diantaranya (Simetris).

Selanjutnya ialah menjelaskan jenis akor berdasarkan ‘kualitasnya’, yang dibagi dalam 4 jenis utama, yaitu mayor, minor, diminis, dan augmented.

Akor mayor memiliki jarak interval tones masing-masing 2- 1 1/2. Akor ini memiliki nuansa umumnya ceria dan dominan.

Akor minor memiliki jarak interval tones masing-masing 1 1/2 – 2. Akor ini memiliki nuansa sedih dan meredup.

Akor diminis memiliki jarak interval tones masing-masing 1 1/2-1 1/2. Akor ini memiliki nuansa miris dan serasa seperti ada nada yang kurang.

Akor augmented memiliki jarak interval tones masing-masing 2-2. Akor ini memiliki nuansa janggal dan serasa ada nada yang berlebih.

Selanjutnya, kadens.

Penggunaan di dalam setiap akor itu sendiri tidak bisa asal-asalan.

Anggaplah progresi akor itu adalah sebuah ‘kalimat’, maka setiap awal ‘kalimat’ harus diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Maka di dalam progresi akor, harus diawali dengan akor I dan diakhiri dengan akor I juga.

Di dalam setiap kalimat juga tanda pungtuasi lainya yaitu koma, yaitu sebagai pemisah bagian didalam kalimat.

Di dalam progresi akor juga ada semacam tanda ‘koma’, yaitu akor IV dan V.

Akor I, IV, dan V merupakan akor standar yang pasti bisa ‘nyambung’ sama semua lagu.

Dalam sebuah progresi akor terdapat semacam ‘hukum’ bernama kadensa.

Kadens berarti alur akor yang sudah pasti di dalam sebuah akhir kalimat dalam lagu, dan bersifat resolutif.

Macam-macam dari kadens yang umum terjadi di dalam progresi akor dalam karya musik termasuk lagu pop antara lain:

1. Kadens otentik

Sebuah progresi akor dimana nuansa “selesai” nya sangat terasa, progresi akor nya berupa V-I

2. Kadens separuh
Progresi akor yang nuansanya seperti masih menggantung atau belum “selesai” sepenuhnya, berupa I-V atau ii-V atau dari akor mana saja yang berakhir di akor V.

3.Kadens Plagal
Progresi akor yang nuansa nya bisa “selesai” tetapi tidak terlalu tegas. Di dalam musik gereja progresi akor ini biasanya digunakan untuk mengiringi kata “amen” pada akhir sebuah pujian. Biasanya berupa akor IV-I atau IV-iv-I.

Sedangkan akor ii, vi, dan vii biasanya menjadi akor jembatan di dalam lagu, tergantung dari pergerakan nadanya. Nah, kini sampailah pada bagian tersulit. Untuk prakteknya bagaimana?

We are going to need tons of practises. Mesti berlatih banyak-banyak dan sering-sering.

Karena bagaimana pun seseorang bisa “peka” dengan progresi akor tidak hanya karena paham teori, tetapi juga bisa merasakan pergerakan nada di dalam sebuah lagu.

Jadi, meski secara teori nada, tangga nada dan akor bisa diuraikan secara matematis, tetapi untuk mempraktekkannya dengan benar tetap saja setiap seniman harus melakukan olah rasa secara konsisten.