Bagaimana Memahami Keesaan Allah Tritunggal?

Doktrin Trinitas sangat mendasar bagi iman Kristiani. Itu sebabnya sangat krusial bagi orang Kristen untuk memahami dengan tepat: Allah itu sebenarnya apa, atau Allah itu seperti apa, bagaimana Dia berelasi denganku, dan bagaimana aku seharusnya berelasi denganNya.

Tentu saja ini memunculkan banyak pertanyaan sulit.

Bagaimana aku bisa berelasi atau menjalani hubungan dengan sesuatu yang tidak kukenal?

Bagaimana mungkin Allah itu sekaligus satu dan tiga?

Bagaimana Mungkin Ada Tiga Pribadi Satu Allah? Apakah Trinitas itu kontradiksi? Jika Yesus adalah Tuhan, mengapa dalam Injil ditulis membaca Yesus berdoa kepada Tuhan (seperti ketika di Taman Getsemani)?

Persoalan ini menjadi semakin rumit dan membutuhkan energi yang lebih besar dan studi yang lebih kuat ketika aku bertanya: Apa perbedaan konsep Trinitarian Kristen dengan kepercayaan-kepercayaan kuno ini?

  • Babilonia: Nimrod, Simeramus, dan Tammuz
  • Mesir Kuno: Osiris, Isis, dan Horus
  • Mekkah Kuno: Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat
  • Yunani Kuno: Zeus, Poseidon, dan Adonis
  • Romawi Kuno: Jupiter, Juno, dan Minerva
  • Hinduisme: Brahma, Vishnu, dan Shiva

Satu fakta yang terpampang di depan mata ketika berbincang dengan beberapa teman Kristen ialah: Banyak Orang Kristen sendiri bingung bagaimana memahami dan menjelaskan Trinitas.

Seperti biasa, jika orang bingung, hanya ada dua kemungkinan:

  1. Tidak puas dengan situasi kebingungan itu. Penasaran. Lalu mencari lebih jauh dan lebih dalam.
  2. Menerima saja situasi kebingungan itu. Ya udahlah ya. Namanya juga seruan iman. Pokoknya, percaya aja udah. Biarlah para ahli yang menjelaskan.

Kamu termasuk golongan yang mana?

Sementara aku tidak akan bisa sepenuhnya memahami segala yang berkaitan dengan Trinitas (sama halnya dengan aku juga tidak bisa memahami hal lain apapun secara penuh), tetapi aku yakin bisa menjawab pertanyaan semacam ini. Sebab jika tidak yakin, aku tidak akan memulai tulisan ini sejak awal. Syukur-syukur aku bisa sampai pada pemahaman yang cukup perihal arti dari Allah Tritunggal.


Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amen.

Sejak dibaptis hingga dikuburkan, orang Kristen beribadah dan mengucapkan atau mendengarkan kalimat ini. Konsep Trinitas begitu lekat dengan orang Kristen. Tetapi sayangnya sangat jarang orang Kristen di zaman sekarang yang bisa mengerti dan menjelaskan Tritunggal. Jika Allah itu Satu, kenapa ada Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus? Jika ketiganya bisa dibedakan, apa  tidak menjadi 3 Tuhan?

Benarkah konsep Trinitas ini begitu sukar untuk dimengerti bagi orang Kristen? Apakah harus sekolah teologi dan sepintar professor dulu baru bisa mengerti Trinitas?

Jika Trinitas tidak bisa dipahami oleh orang yang kurang pendidikan formal teologi, apakah ini berarti orang yang kurang cerdas tidak bisa menjadi orang Kristen yang baik?

Seharusnya tidak.

Jika doktrin Trinitas adalah pondasi paling dasar yang diatasnya dibangun ajaran lain Kekristenan, bukankah seharusnya orang Kristen memahaminya?


Doktrin Trinitas ada untuk menjelaskan tentang Allah yang tidak mungkin bisa dijelaskan. Maka, doktrin Trinitas tidak melampaui akalku. Allah Tritunggal-lah yang melampaui akalku. Sedangkan Trinitas adalah doktrin yang dipakai-Nya untuk menyatakan Diri-Nya secara sistematis.

Problematika Pemahaman Trinitas

Dulu aku berpikir bahwa Allah itu bapak tua berjenggot putih, duduk di tahta, dan ada di sorga sebagaimana digambarkan di kitab Wahyu, dalam lukisan-lukisan dan film yang bercerita tentang Allah.

Ini tidak salah. Tetapi akan menjadi salah jika aku memahaminya sebagai wujud sebenarnya Allah.

Yang tertulis pada kitab Wahyu tentang penglihatan itu adalah wujud teofani/ bagaimana Allah menyatakan diri dalam kesaksian yang bisa digambarkan oleh mata. Theos (Allah) tidak sekedar Theopani (penampakan Allah). Hakikat sebenarnya Allah lebih daripada itu, karena Dia tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Allah yang sesungguhnya bahkan tidak bisa dilihat oleh mata (Kolose 1 : 15).

Ini sah saja ketika aku masih duduk di bangku sekolah minggu, tetapi sebagai orang Kristen dewasa, aku harus memiliki pandangan yang lebih dewasa. Ketika aku berpikir Allah duduk di tahta dan bersemayam di Sorga, maka aku membayangkan secara visual bahwa Sorga lebih besar ukurannya dari Allah, atau tahta Allah lebih besar dari Allah. Ketika ketika Allah di sorga berarti Allah tidak ada di bumi. Ketika Allah duduk di tahta, maka di sebelah kiri dan kanan dari tahta tersebut tidak ada Allah.

Ini tidak benar.

Pola pikir anak sekolah minggu sudah saatnya kutinggalkan sebab aku bukan anak-anak lagi.

Sebagai orang yang pernah belajar filsafat metafisika, mengapa tidak kugunakan saja metafisika untuk berbicara tentang sesuatu yang ada di “seberang” dunia fisik.

Contoh:

Pernyataan pertamaFirman Allah keluar dari Bapa tanpa meninggalkan Bapa.

Jika Anda membayangkan Firman Allah sebagai bakpau, yang keluar dari kulkas, Anda akan gagal memahami pernyataan tersebut, bahwa bakpau tersebut ketika keluar dari kulkas, meninggalkan kulkas sehingga di dalam kulkas tidak ada lagi bakpau.

Statement keduaFirman Allah bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman Allah / Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa.

Jika Anda membayangkan Firman Allah dan Allah Bapa seperti Petrus dengan Paulus, yang ketika Petrus sedang bersama-sama dengan Paulus, dan duduk di sebelah kanan Paulus, maka Petrus bukanlah Paulus.

Dengan analogi tersebut kita akan gagal memahami Trinitas. Akan sangat sulit memahami Allah sehingga pernyataan-pernyataan tersebut terkesan tidak masuk akal, benarkah demikian?

Tidak!

Pernyataan tersebut sangat masuk akal, tetapi gagal dalam analogi. Ketika memahaminya kita harus memahami dengan logika metafisika. Jangan memilih analogi yang bersifat fisik, sehingga kita akan gagal memahaminya (dan bisa menjadi seorang “Bible banger“, opppss).

Pilihlah analogi yang sesuai dengan logika metafisika tersebut, contoh :

Pernyataan pertama: analogikan Firman Allah sebagai ide / pikiran yang ada dalam diri saya. Ketika saya menulis buku, maka pikiran saya keluar dari diri saya dan dinyatakan dalam bentuk buku. Tetapi ketika saya menulis, saya tidak kehilangan sedikitpun pikiran saya, dan pikiran itu tidak meninggalkan saya.

Pernyataan kedua: jangan analogikan dengan hal fisik. Karena Paulus dan Petrus terpisah secara fisik, sedangkan Allah tidak mungkin terpisah secara fisik. Allah penuh dalam segala sesuatu, maka kita tidak bisa bilang di sebelah kiri Allah bukan Allah hanya dengan analogi Petrus — Paulus tadi.

Allah bukan benda, yang terbatas secara fisik, yang bisa kita jumlahkan. Allah tidak terbatas dengan jumlah. Tidak semua yang ada di muka bumi ini bisa ditambah dan dikurang, misal : ketika pikiran saya keluar dari diri saya, pikiran saya tidak berkurang.

Pikiran tidak bisa dijumlahkan

Ketika kita melogikakan Allah dengan fisik yang terbatas, maka kita akan gagal memahaminya. Kita harus memahaminya dengan logika metafisika dalam filsafat. Teologi pada mulanya berkembang bersama dengan filsafat, namun akhirnya arus teologi semakin bergeser kepada modernitas sehingga orang berusaha memahami dengan cara termudah. Akhirnya orang akan kehilangan akan ketika dia harus membayangkan Tuhan dalam logika metafisika, yang bahkan tidak pernah diajarkan dalam pengajaran firman.

Siklus Kebingungan Orang Kristen

Orang Kristen akan berputar-putar memahami Trinitas dengan analogi. Akhirnya mereka tak cenderung paham dan akhirnya menyatakan bahwa Trinitas tidak bisa dipahami, hanya bisa dipercaya saja.

Trinitas sangat bisa untuk dipahami, bahkan oleh orang Kristen dari latar belakang apapun.

Karena dengan menyatakan demikian, maka orang Kristen tidak mau dialog/mengajar perkara Trinitas. Padahal Trinitas adalah salah satu doktrin yang sangat digunjang-ganjing di luar sana.

Banyak orang luar yang menyatakan orang Kristen menyembah tiga Tuhan dan jarang orang berani menjawab. Sedikit orang Kristen berani menjelaskan keesaan Allah dalam Trinitas.

Maka orang Kristen tidak bisa menjadi saksi imannya. Trinitas bukan tidak bisa dipahami/ tidak masuk akal/ membuat kita kehilangan akal dalam memahaminya. Trinitas adalah doktrin gereja dalam menjelaskan mengenai Allah yang Maha Segala-Nya.

Pola pikir yang benar adalah kodrat Allah susah dipahami dan melampaui akal, maka Dia menyatakan diri-Nya dalam Allah Trinitas. Allah-lah yang susah dipahami dan melampaui akal kita, tetapi Trinitas-Nya sangat bisa dipahami, karena itu adalah bentuk penjelasan yang dikaruniakan Allah mengenai Diri-Nya melalui firman-Nya di Alkitab. Jadi mengatakan Trinitas tidak bisa dipahami artinya menolak pengenalan akan Allah yang telah dinyatakan-Nya melalui Alkitab.

Jadi kita harus meninggalkan dua pola pikir ini :

1. Trinitas rumit dan tidak bisa dipahami.

2. Cara mudah pemahamannya adalah analogi.

JANGAN MEMBAYANGKAN TRINITAS SEPERTI ANALOGI BENDA

Ketika Anda membayangkan / menganalogikan Allah seutuhnya, maka Anda akan gagal memahami Allah. Anda boleh menganalogikan penjelasan tentang Allah, yaitu ketika membahas sifat-sifat-Nya, seperti bagaimana Firman Allah keluar tanpa meninggalkan Allah Bapa tadi, tetapi tidak bisa menganalogikan Allah seutuhnya itu sendiri dengan analogi. Allah tidak bisa disamakan dalam hal apapun oleh ciptaan-Nya.

Yesaya 40:25, Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.

 Belajar pada Bapa-Bapa Gereja

Salah satu yang harus kita lakukan dalam memahami Trinitas secara utuh adalah dari tulisan bapa-bapa gereja pada gereja mula-mula. Trinitas pada zaman para rasul sebenarnya sudah dipahami, tetapi belum dirumuskan. Perumusan tersebut dilakukan seiring bermunculnya bidat-bidat yang menentang Trinitas. Kita perlu belajar dari mereka yang merumuskan Trinitas. Jangan disalahpahami, bukan berarti Trinitas baru ada setelah dirumuskan Trinitas, tetapi Trinitas itu sudah ada sejak semula tapi belum dikenal dalam bentuk rumus.

Sama seperti gaya gravitasi, dirumuskan oleh Sir Isaac Newton pada abad 17, tetapi gravitasi itu sendiri sebenarnya sudah ada dan dikenal sifatnya oleh semua orang, hanya belum terumuskan. Rumus mempermudah kita memahami dan menjelaskan. Kita akan kebingungan dalam menjelaskan apabila tidak ada rumusan, sedangkan dengan pengetahuan teologi kita yang dangkal kita berusaha merumuskan sendiri. Akhirnya banyak rumusan teologi yang ngawur oleh para orang yang berusaha menjelaskan Trinitas tanpa sumber bacaan / data.

Maka kita memang harus memakai Alkitab dalam menjelaskannya, tetapi tidak bisa mengabaikan rumusan bapa gereja yang sudah lebih dahulu dari kita.

Memahami Hakikat/Substansi Allah

Kesalahan terutama pemahaman orang Kristen terhadap Trinitas adalah minimnya pemahaman hakikat Allah. Allah selalu dibayangkan dalam wujud tertentu. Hal ini akan membawa kita dalam memahami Allah dalam wujud fisik, bukan metafisika. Akibatnya pemahaman akan Allah hanya terbatas dalam ruang dan waktu. Dia adalah Pencipta ruang dan waktu, sehingga Dia tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Kita akan mulai membahas hakikat Allah dengan pertanyaan : “Siapakah yang menciptakan Allah?

Dari mana Allah?
Ketika ada yang bertanya, “siapa yang menciptakan Allah?”

Kita harus menjawab: “Tidak ada yang menciptakan Allah.”

Mereka berpikir: “Tidak mungkin, seharusnya sesuatu ada akibat dari sesuatu yang terjadi sebelumnya. Kita menjadi ada karena pernah diciptakan. Allah juga harus ada karena pernah ada sesuatu yang membuat Dia ada.”

Mereka menggunakan hukum rasio/sebab-akibat untuk bertanya tentang apakah/ siapakah yang membuat Allah ada.

Kita harus kembali bertanya: “Kalau begitu, siapa/ apa yang menciptakan hukum rasio/sebab-akibat? Sejak kapan hukum sebab akibat itu ada? Dan bagaimana bisa ada?”

Mereka menjawab: “Hmm.. mungkin itu ada dengan sendirinya tanpa diciptakan.”

Kita harus menjelaskan: “Berarti sangat mudah untuk memahami bahwa Allah sudah ada sejak semula tanpa diciptakan.”

Bagi saya argumen yang salah jika menyatakan rasio tidak diciptakan. Sebab-akibat ada karena ada ruang dan waktu. Rasio menyatakan “Ada sesuatu (berdasarkan ruang) yang terjadi (berdasarkan waktu).” Sedangkan ruang dan waktu itu pernah tidak ada, dan menjadi ada setelah diciptakan oleh Allah.”
Grafik Dimensi dari Sebab-Akibat

Kita percaya Allah adalah Pencipta segalanya. Allah selalu ada, tidak pernah ada waktu dimana Allah tidak ada. Ada dua hal yang harus kita pahami di dalam hidup ini, yaitu tentang Pencipta dengan Ciptaan.

Memahami Hakikat/ Substansi

Substansi/ esensi/ hakikat/ natur adalah sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri ada karena dirinya sendiri, dan tidak memerlukan hal lain untuk ada. Sebagai contoh unsur oksigen ada dengan sendirinya tidak memerlukan sesuatu lain di luar dirinya. Sedangkan air terdiri dari hidrogen dan oksigen, maka disebut gabungan/ campuran dari dua natur. Begitu juga mengenai Allah, Allah adalah substansi sekaligus Pribadi. Bahasa asli dari esensi ini dalam mendefinisikan Allah adalah Ousia dalam bahasa Yunani atau dalam bahasa Arab yang digunakan orang Islam adalah Dzat.

Memahami Pencipta dan Ciptaan

Pencipta adalah sesuatu yang menciptakan dan tidak diciptakan. Karena Pencipta tidak pernah diciptakan, maka tidak ada momen di mana Pencipta tidak ada. Pencipta selalu ada. Pencipta menciptakan sesuatu dari ketidakadaan menjadi ada. Bayangkan di mana segala sesuatu belum diciptakan, Allah sudah ada di dimensi tak terbatas, yang tidak bisa dilampaui oleh pikiran manusia.

Allah ada di Dimensi Allah

Penciptaan adalah menciptakan sesuatu yang pernah tidak ada menjadi ada dengan ketidakadaan.

Kejadian 1 : 1
Pada mulanya Allah menciptakan ( ברא‬ — bara, menciptakan sesuatu dari ketiadaan) langit dan bumi.

Ayub 26 : 7
Allah membentangkan utara di atas kekosongan ( תֹּהוּ — to hu), dan menggantungkan bumi pada kehampaan ( בְּלִי־מָה — beli mah, ketiadaan).

Maka pada momen penciptaan, Allah menciptakan ciptaan dari ketidakadaan (creatio ex nihilo):

Allah menciptakan dengan Firman-Nya. Dalam hal ini bukan berarti Firman Allah berubah menjadi ciptaan, tetapi ciptaan itu ada dari ketidakadaan dari Firman. Dalam penciptaan tidak dibutuhkan bahan baku yang berubah wujud, tetapi segala sesuatu menjadi ada dari ketidakadaan. Ciptaan tidak berasal dari unsur Allah yang berubah menjadi sesuatu tetapi berasal dari ketidakadaan. Karena jika Firman berubah wujud menjadi ciptaan, maka ciptaan adalah Allah karena memiliki “hakikat Allah”, itu sama sekali salah!

Firman membuat ciptaan menjadi ada dari ketiadaan

Ciptaan adalah sesuatu yang diciptakan. Ciptaan pernah tidak ada dan menjadi ada karena diciptakan dari ketidakadaan. Ciptaan tidak pernah bisa menciptakan. karena ciptaan tidak sanggup mengadakan sesuatu dari ketidakadaan.

Bingung?

Pakai perumpamaan singkat saja:

Hanya Allah yang sanggup menciptakan cabai dari ketidakadaan. Sedangkan ciptaan (manusia, binatang, alam, dan lain-lain) tidak sanggup menciptakan cabai dari ketidakadaan. Tetapi ciptaan mampu merubah/ mengonversi/ menjadikan sesuatu yang ada menjadi sesuatu yang lain.

Misal:

Cabai diolah oleh alam dari biji menjadi pohon cabai, pohon cabai bisa besar karena menyerap energi alam. Alam tidak bisa mengeluarkan cabai dari ketidakadaan, harus minimal ada biji cabai baru bisa muncul pohon cabai.

Manusia juga tidak bisa menciptakan cabai, tetapi manusia bisa mengolah cabai menjadi sambal. Manusia tidak bisa mengadakan cabai dari ketidakadaan, harus minimal ada biji cabai yang semula diciptakan oleh Allah.

Maka Santo Dionysius the Areopagite berkata mengenai Allah dan ciptaan.

Allah adalah sebab dan muasal dari segala sesuatu, esensi dari semua esensi, pemberi kehidupan bagi setiap yang hidup, alasan dari semua sebab-akibat, pemberi kecerdasan dari semua makhluk cerdas.

Perbandingan Kodrat Pencipta dengan Ciptaan

Pada titik ini, kita bisa membandingkan bahwa jauh sekali antara Allah dengan ciptaan.

Jika ada sesuatu yang pernah tidak ada menjadi ada, pastinya itu Ciptaan

Jika ada sesuatu yang punya kuasa tidak terbatas, pastinya itu adalah Allah.

Jika sesuatu itu adalah Allah, maka Dia tidak bisa dibagi-bagi atau dipisahkan, dikalkulasikan.

Pencipta juga tidak dapat membelah diri atau kehilangan apapun dari diri-Nya.

Trinitas bukanlah pembagian Allah, atau Allah kurang lengkap sehingga sepertinya Allah adalah gabungan antara Bapa, Putera, dan Roh Kudus yang tidak sempurna menjadi sempurna. Seperti yang dikatakan dan direnungkan oleh Santo John Damascus dalam bukunya The Fount of Knowledge: The Exact Exposition of Orthodox Faith Book 1 Chapter XI,

For when I think of one of the subsistences, I recognise it to he perfect God and perfect essence: but when I combine and reckon the three together, I know one perfect God. For the Godhead is not compound but in three perfect subsistences, one perfect indivisible and uncompound.

Konsep Infinity (Ketakterbatasan)

Mari memakai perumpamaan filsafat mengenai infinity. Infinity bukan angka, bukan bilangan. Infinity sebenarnya adalah konsep filsafat untuk memahami sesuatu yang bersifat tak terbatas/tidak dapat dihitung atau dijangkau dengan pikiran manusia. Infinity tidak memiliki ujung angka negatif (permulaan) dan tidak memiliki ujung angka positif (akhir). Kita tidak perlu menemukan awal dan akhir dari infinity, tetapi kita hanya perlu paham bahwa hakikat infinity adalah tidak berawal dan tidak berakhir.

Infinity tidak bisa dikalkulasikan.

Sebagai contoh: berapakah hasil Infinity + 4?

Jika Anda menjawab infinity maka jawaban tersebut kurang tepat tetapi tidak juga salah. Bagi sebagian matematikawan berkata bahwa infinity tidak bisa dikalkulasikan, hanya sebuah konsep filosofis saja. Andaikata ada suatu angka yang bernilai limit mendekati infinity, maka jawaban perhitungan ini adalah infinity. Tetapi kita bisa menganggap bahwa infinity tidak perlu ditambahkan apapun, karena dia sudah lengkap dan tidak memerlukan tambahan, berapakah hasil infinity / 4?

Jika Anda menjawab hasilnya adalaha 1/4 infinity maka Anda salah besar. Karena definisi infinity adalah tidak bisa dikalkulasikan. Infinity tidak bisa berkurang maupun dibagi-bagi.

Demikian juga mengenai Allah. Dalam konsep filsafat ini kita bisa mengenal bahwa Allah adalah tanpa batas, sehingga tidak mungkin mengalkulasikan Allah. Trinitas bukan berarti Allah terbagi menjadi tiga, atau tiga Allah yang bergabung menjadi satu Allah yang infinity.

Trinitas bukanlah infinity + infinity +infinity karena Allah tidak memerlukan penjumlahan seakan-akan Dia berkekurangan.

For the Godhead is not compound but in three perfect subsistences, one perfect indivisible and uncompound God. — St. John Damascus

Penjelasan mengenai Pribadi Allah dalam Trinitas ini akan saya jabarkan di part berikutnya.

Memahami Dimensi Allah dengan Dimensi Kita

Kita tak akan bisa memahami dimensi Allah, karena Allah ada di dimensi yang tak terbatas/infinity. Sebagai perumpamaan, kita harus mempelajari logika metafisika ini.

Bagaimana, sudahkah dimengerti?

Logika Semut

Umpama bagi semut yang tinggal hanya dua dimensi, ketiga ada makhluk tiga dimensi yang meletakkan permen dari sumbu Z, maka tiba-tiba akan muncul permen entah dari mana dari sudut pandang semut. Semut tidak bisa menoleh ke atas atau bawah, sehingga tidak bisa melihat tangan yang meletakkan permen dari sumbu Z (atas/bawah).

Demikian juga kita dalam memahami Allah. Adanya dimensi yang jauh lebih tinggi dari kita membuat kita tidak bisa memahami secara utuh pekerjaan Allah dan dimensinya. Kita hanya perlu percaya dengan apa yang Allah nyatakan di hidup kita, karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang imanen, yaitu Allah yang menyatakan diri-Nya bagi ciptaan yang serba terbatas.

Setelah kita belajar mengenai hakikat Allah, maka kita akan belajar mengenai Allah yang Esa.

Memahami Keesaan Allah

Tuhan-nya orang Kristen Tiga ??

Salah satu kesalahpahaman terbesar pada iman Kristen adalah menyangka bahwa orang Kristen punya 3 Allah / Tuhan. Di tengah kebingungan ini justru orang Kristen sendiri tidak bisa menjelaskan bagaimana keesaan Allah-nya, dan kenapa ada Trinitas ? Orang Kristen gugup, gagap, dan linglung ketika harus menjelaskan mengenai keesaan Allah dalam Trinitas.

Pada beberapa dekade terakhir, muncul suatu gerakan baru yang menekankan keesaan Allah tetapi membantah Trinitas. Gerakan Oneness Pentacostal yang mulai bangkit dari teologi ini sering kali membangunkan kembali bidat Praxeas dan Sabellius yang dinyatakan sesat di abad ke-2/3, yang sudah dirumuskan pada Pengakuan Iman Nicea tahun 325 M. Gerakan ini justru berusaha menjelaskan keesaan Allah dan menolak Trinitas.

Pemahaman keesaan Allah yang salah

Pertama saya ingin mengajak Anda memahami ajaran yang sesat, yang mungkin sedang Anda pahami sekarang. Karena MAYORITAS orang Kristen sekarang memahami Trinitas semacam ini. Kita akan mulai pelajaran kita dengan memahami apa yang salah.

Karena ada pepatah :

“Ketahui apa yang benar dengan ketahui apa yang salah.”

Tinjauan kesesatan Oneness Pentacostal
Sumber :
1. https://en.wikipedia.org/wiki/Oneness_Pentecostalism,
2. Bernard, David K., A HISTORY Christian Doctrine The Post–Apostolic Age to the Middle Ages A .D. 100–1500.
3. dan berbagai video-video doktrin Oneness Pentacostal yang ada di Youtube/internet.

Pernahkah Anda memahami Trinitas seperti ini:

Trinitas seperti Allah dalam 3 peran. Perannya sebagai Pencipta adalah Allah Bapa, Allah sebagai Penyelamat Manusia adalah Allah Anak / Yesus, dan Allah sebagai Penolong setiap orang percaya adalah Allah Roh Kudus. Ketiganya satu.

Sama seperti seorang Bapak yang bernama Edi adalah seorang dosen teologi:
1. di rumah dia dipanggil “bapak”,
2. di kampus dia dipanggil “Pak dosen”,
3. di gereja dia dipanggil “Pak pendeta”.

Tetapi hanya ada satu Edi, yang melakukan tiga peran yang berbeda.

Jika Anda memahami seperti itu, maka itu adalah pemahaman yang salah bahkan bidat mengenai Trinitas, karena penjelasan tersebut tidak mengakui 3 Pribadi Allah, tetapi hanya SATU Pribadi dalam 3 tugas.

Teologi Oneness Pentacostal: Allah hanya Satu Pribadi yang terwujud dalam 3 manifestasi. Yaitu sebagai Allah Bapa yang menciptakan segala sesuatu, dan menjadi manusia yaitu Yesus, dan ketika naik ke sorga Dia tetap menyertai kita sebagai Allah Roh Kudus.

Dalam sistematika ini dinyatakan :

1. Allah berubah-ubah wujud/mode, ada waktu di mana Allah Bapa tidak menjadi Putera, dan menjadi Putera, dan ada waktu Dia menjadi Roh Kudus. Maka ini disebut teologi modalist. Alirannya disebut modalisme.

2. Allah Bapa turun ke dunia menjadi manusia (Yesus).

3. Yesus menyertai kita ketika Dia menjadi Roh Kudus, artinya Yesus sudah datang kedua kalinya ketika Dia adalah Roh Kudus.

Ini adalah teologi modalist dari Kekristenan mula-mula yang sudah ditentang. Sangat bodoh bagi saya apabila Gereja mengulangi kesalahan yang sama, dengan mengulang kembali ajaran sesat yang pernah terjadi di gereja mula-mula. Tetapi ajaran sesat ini tidak akan banyak kita bahas di disini, karena akan lebih spesifik. Kita akan membahas tentang keesaan Allah. Dan akan dilanjutkan mengenai tiga Pribadi/Hypostasis Allah.

Kekristenan mewariskan iman bahwa Allah itu ESA

Agama Samawi (Yahudi, Kristen, Islam) memahami Allah itu Esa, hanya satu, bukan terdiri dari banyak dewa-dewa atau Tuhan yang menjadi satu. Trinitas tidak mengajarkan ada Tiga Allah / Tiga Tuhan yang menjadi satu kesatuan. Kita hanya percaya ada SATU ALLAH.

Keesaan Allah yang dinyatakan Yesus dan orang Yahudi

Apakah hukum yang terutama bagi kita ?
Sebagian orang Kristen akan teringat apa yang dikatakan Yesus.

Markus 12 : 29-31
29. Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
30. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. 31. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”

Apa yang dikatakan Yesus bukanlah ajaran yang baru didengar oleh orang-orang saat itu. Yesus TIDAK MERANGKUMKAN HUKUM TAURAT seperti apa yang biasa dikhotbahkan oleh pendeta yang tidak baca Perjanjian Lama / mengerti kultur Yahudi. Setiap orang Yahudi tahu akan hal itu, dan menggemakannya setiap hari!

Apa yang Yesus ucapkan seperti yang kita baca di Markus 12:29 tersebut sudah ada di Perjanjian Lama, dan diletakkan sebagai dasar Taurat yang dikatakan oleh Nabi Musa.

Ulangan 6 : 4–5
4. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
5. Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

Yesus sama sekali tidak membawa pengajaran yang menyimpang di antara orang Yahudi, terutama mengenai keesaan Allah. Yesus menyatakan keesaan Allah adalah yang terutama. Ajaran Yesus mengenai keesaan Allah itu pun diamini oleh Ahli Taurat.

Markus 12 : 32
32. Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.

Maka ajaran Kekristenan sebagai ajaran Yesus yang diwariskan kepada para rasul harus memulai dari iman dasar dan pengetahuan bahwa Allah itu ESA! Selama kita gagal memahami Trinitas, bisa jadi kita memahami bahwa Allah orang Kristen itu ada tiga, yang dimana itu adalah agama pagan (penyembah berhala), atau sebaliknya menjadi kaum modalist/oneness seperti yang saya jelaskan di poin pertama.

Keesaan Allah yang menjadi Dasar Iman para Rasul

Para rasul tidak meninggalkan prinsip keesaan Allah/tauhid. Kekristenan bukanlah agama buatan Paulus seperti yang dituduhkan oleh polemikus. Bahkan dalam keesaan Allah ini, rasul Paulus adalah rasul yang paling sering menyatakannya!

Santo Paulus

1 Korintus 8: 4, 6

4. …..“tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.”
6. …..namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Efesus 4: 6

satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

Roma 3: 30

Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.

Galatia 3: 20

Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu orang saja, sedangkan Allah adalah satu.

1 Timotius 2: 5

Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus

1 Timotius 1: 17
Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.

Santo Yohanes

1 Yohanes 2: 20

Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus (Holy One), dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya.

1 Yohanes 5: 7

Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.

Santo Yakobus

Yakobus 2: 19

Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.

Keesaan Allah yang harus jadi Dasar Iman Orang Kristen Zaman Sekarang

Bagi saya, orang Kristen yang tidak memahami keesaan Allah adalah kekristenan yang yang tidak berakar. Maka bisa jadi orang Kristen yang tidak memahaminya dilakukan menyembah Allah dengan konsep tritheis/modalis/oneness seperti tadi. Sebagian dari kita percaya Trinitas, tetapi tidak mau belajar lebih dalam sehingga kita takut mengomunikasikan iman kita kepada mereka. Selain itu kita akan terus dianggap pagan/menyekutukan Allah, maka tidak ada orang Yahudi/Islam yang mau mendengarkan iman kita, karena mereka menganggap kekristenan itu sebagai agama pagan.

Hanya ada Pencipta dan Ciptaan

Kita belajar bahwa hanya ada Pencipta, yang tidak diciptakan dan sudah ada sejak semula, yang tidak pernah berubah, yang Mahakuasa. Dan ciptaan adalah sesuatu yang pernah tidak ada, yang dijadikan, yang terbatas. Kita harus paham bahwa Pencipta itu tak terbatas, Pencipta tidak bisa dikurangi dan dijumlahkan, karena Dia tidak bisa berubah.

Hanya satu Pencipta, yang tidak punya saingan

Dengan definisi itu, sangat masuk akal bahwa hanya ada Satu Pencipta, Satu Allah. Jika Allah adalah yang Mahakuasa, maka tidak ada yang setara dengan-Nya. Jika tidak ada yang setara dengannya, maka tidak ada Allah lain. Sedangkan sangat tidak masuk akal bila ada Tiga Allah, karena ada 3 yang Maha Kuasa, maka Allah bersaing dan Dia tidak lagi Maha Kuasa, karena ada yang setara kuasa-Nya dengan Dia.

Satu Kuasa, Satu Kehendak yang dinyatakan dalam 3 Pribadi

Maka dalam Allah, hanya ada satu kuasa dan dan satu kehendak saja. Dalam Pribadi Trinitas, tiap Pribadi Trinitas tidak memiliki kuasa yang berbeda dan tidak memiliki kehendak yang berbeda. Jika kuasa dan kehendak-Nya berbeda, maka tidak bisa dikatakan satu Allah, tetapi tiga Allah. Tidak mungkin kehendak dari Allah berbeda, kalau begitu akan terjadi kekacauan

Hanya Satu yang Infinity/Tak Terbatas,

Keesaan Allah bukan bisa diartikan sebagai satu buah apel, yang bisa dibatasi oleh ruang dan waktu. Satunya Allah adalah satu yang Infinity, tidak ada batas bagi Allah. Sehingga kita bisa nyatakan, hanya satu yang punya natur ilahi / satu yang punya natur Pencipta, yaitu Allah.

Hanya Allah yang mampu menciptakan kita dari ketiadaan, dan Allah tidak memerlukan bantuan siapapun dalam menciptakan. Menurut Saksi Yehovah, Yesus adalah ciptaan yang membantu Allah dalam menciptakan. Ini tidak benar, karena jika Yesus pun mampu mencipta, maka Yesus adalah Allah. Penjabaran mengenai hypostasis ini akan saya jabarkan di bab selanjutnya.

Maka pada intinya, kita diciptakan oleh Satu Allah, dalam Satu Kuasa, dan Satu Kehendak Ilahi. Tidak ada tiga Pencipta, tetapi satu Pencipta. Tidak ada yang tidak terbatas selain hanya DIA, yaitu Satu Allah yang kita sembah.

Hanya ada Satu yang kekal, yaitu Allah. Allah Tritunggal eksis sebelum segala sesuatu dan semua bersifat tak terbatas. Kita sendiri terbatas dan tidak kekal. Kita memang akan hidup selamanya, tetapi definisi kekekalan bukanlah hidup selamanya, tetapi ada selamanya. Ada waktu di mana kita tidak ada. Maka kita tidak kekal, tetapi diciptakan dan mewarisi kuasa hidup Allah melalui Roh Kudus, sehingga kita tidak bisa dimusnahkan / lenyap secara roh. Tetapi kita harus sadari, ada waktu dimana kita tidak ada, maka kita bukanlah infinity.

Elohim: Satu Kemajemukan dalam Diri Allah

Kejadian 1: 1 (MT)

בְּרֵאשִׁ֖ית בָּרָ֣א אֱלֹהִ֑ים אֵ֥ת הַשָּׁמַ֖יִם וְאֵ֥ת הָאָֽרֶץ:
Bereshit bara Elohim, et hashamayim ve et haarets

Kata Allah ditulis dalam bahasa aslinya yaitu Elohim (bentuk jamak dari kata Eloah). Uniknya bahwa penggambaran kata Allah dalam bahasa Ibrani ini sendiri digunakan kata jamak. Ini bukan berarti ada banyak Allah, tetapi menyatakan bahwa Allah ada dalam kebesaran-Nya/ketidakterbatasan-Nya.

Ulangan 6: 4 (MT)

שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה | אֶחָֽד
Shema Israel, Adonay Eloheinu, Adonay Echad.

Echad ( אֶחָֽד) pada kata tersebut diartikan menjadi esa. Kata echad sendiri menyatakan kata tunggal kesatuan (oneness in unity, not a number), bukan tunggal gundul (yachid, tunggal nomor satu, yang pertama). Di sini ditunjukan bahwa keesaan Allah ditunjukan dalam kesatuan, bukan angka. Menunjukan bahwa keesaan Allah sebenarnya bisa dinyatakan dalam konsep infinity yaitu suatu yang tak terbatas, dan hanya ada satu yang tak terbatas, tetapi bukan berjumlah 1 (terbatas). Echad menunjukan satu yang Maha Tak Terbatas, bukan satu angka yang terbatas.

Ada situs yang bagus untuk mempelajari kata echad dan yachid ini dalam studi Tritunggal:

http://www.bible.ca/trinity/trinity-oneness-unity-yachid-vs-echad.htm

Satu Nama dalam 3 Pribadi

Matius 28 : 19

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama (Bhs Yunani: onoma → nama yang tunggal) Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

Dalam konteks orang Yahudi dan orang zaman dahulu, kata nama menunjukan tentang kesaksian di balik nama tersebut.

Maka dalam Allah, hanya ada satu kuasa dan dan satu kehendak saja. Dalam Pribadi Trinitas, tiap Pribadi Trinitas tidak memiliki kuasa yang berbeda, kehendak yang berbeda. Ketika seseorang menerima Yesus sebagai Allah / bersifat ilahi, dan Roh Kudus sebagai Allah / bersifat ilahi, maka Dia adalah penyembah satu Allah. Karena dalam tiga Pribadi tersebut hanya ada satu nama, yaitu satu Allah. Namun Pribadi itu sendiri tidak bisa disamakan, karena mereka berbeda, namun mengandung satu kehendak ilahi, sehingga ketika kita menyembah Allah, maka kita menyembah ketiga-Nya yang Esa.

Satu Allah dalam Tiga Pribadi yang tak terpisahkan

Pribadi Allah tidak bisa terpisahkan, karena apabila berpisah, maka bisa dikatakan 3 Allah bukan satu Allah. Allah Maha Hadir, maka Allah Bapa, Putera (Firman Allah), dan Roh Kudus (Roh Allah) Maha Hadir dan selalu ada secara bersama-sama. Firman Allah (Yesus Kristus) yang menjadi manusia keluar dari diri Allah tanpa meninggalkan Allah.

Yoh 1: 14

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Yoh 1: 18

Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Bagaimana bisa?

Bisa, jika kita menulis buku, pikiran kita menjelma menjadi buku. Kita tidak kehilangan pikiran kita ketika pikiran kita tertuang dalam satu buku. Tetapi pikiran kita keluar dan disaksikan orang banyak melalui buku tersebut.

Demikian juga dengan Roh Kudus, yang ada dan keluar dari Sang Bapa tanpa meninggalkan Bapa. Karena jika Roh Kudus meninggalkan Bapa, maka Bapa kehilangan Roh-Nya. Tidak mungkin Allah kehilangan sesuatu dari diri-Nya, karena Allah tidak dapat terbagi-bagi.

Yoh 15: 26

Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.

Maka di sini diartikan bahwa Allah tidak terbagi-bagi dalam 3 Allah / 3 Tuhan yang menjadi satu. Tetapi Allah sejak semula ada bersama-sama tanpa pernah berpisah antar Pribadinya. Jika sepertinya berpisah, seperti ketika Pembaptisan Yesus, itu hanyalah keterpisahan secara kesaksian / teofani, tetapi tidak ada keterpisahan secara natur dan hakekat, di mana tidak ada waktu bagi mereka tidak saling hadir. Karena Allah adalah satu tidak bisa dibagi-bagi, dan Allah bukan organisasi bagi 3 Pribadi-Nya. Allah eksis sebagai Allah.

Bandingkan dengan diri kita: Eksistensi kita tidak akan terpisah dari pikiran kita, tidak akan terpisah dari roh kita. Kita hidup, maka kita pastinya punya pikiran dan kita eksis sebagai seorang manusia.

Mungkinkah Tiga Pribadi Allah memiliki Kesamaan Kehendak?

Sangat mungkin dan masuk akal, bahkan yang tidak mungkin adalah jika Tiga Pribadi Allah ini memiliki perbedaan kehendak. Kenapa? Karena Allah itu sempurna, Dia Maha Tahu, Maha Adil, dan Maha Baik. Jangan samakan Pribadi Allah dengan pribadi manusia.

Kata “pribadi” di sini bukan berarti orang, bahasa asli dari pribadi Allah adalah hypostasis. Hypostasis tidak berarti “orang” tetapi memiliki arti yaitu spesifikasi dari suatu natur.

Allah adalah yang tercerdas, yang paling tahu yang mana yang benar, Dia tahu tanpa berpikir seperti kita manusia. Sehingga Tiga Pribadi Allah tidak memunculkan keterbatasan-keterbatasan, seperti bisa beda pendapat, tidak saling tahu, dan lainnya. Maka karena sama bijaknya, sama tahunya, dan sama benarnya, yaitu hanya satu yang bijak, baik, dan benar, yaitu Allah saja. Sehingga dalam Tiga Pribadi itu justru hanya memiliki satu kehendak ilahi, yang sempurna, yang dikerjakan secara serempak oleh ketiga-Nya.

Mengapa perlu Tiga Pribadi? Bukan Satu?

Jawabannya adalah kita perlu belajar mengenai apa itu Pribadi dari bahasa asli hypostasis. Jangan coba memahami kata pribadi dengan sudut pandang kita, karena kita lupa bahwa pribadi yang kita maksudkan bernatur Allah, yaitu yang tanpa terbatas. Sedangkan pribadi manusia terbatas, sehingga kita berbeda satu sama lain dan tidak pernah bisa disamakan / diesakan.

Memahami Pribadi Allah
Kalau Allah itu satu kenapa ada Tiga Pribadi?

Ini adalah pertanyaan kunci dan misteri bagi orang Kristen. Tetapi Allah tidak perlu menyatakan Diri dalam Tiga Pribadi jika memang Allah tidaklah demikian atau tidak sanggup menjelaskan umat-Nya mengenai hal ini. Adanya doktrin Trinitas sebenarnya menunjukan bahwa doktrin ini bisa dijelaskan. Allah yang begitu misteri dan transenden mau menyatakan diri kepada kita sehingga bisa dipahami, terutama mengenai 3 Pribadi dalam diri Allah. Suatu sikap ignorance yang begitu parah bagi saya apabila orang Kristen tidak mau mempelajari hal ini, karena tutup kuping dan tutup pikiran untuk mengenali Allahnya berarti tidak pernah mau menjumpai Allah-nya.

Mari kita memulai dengan pembahasan mengenai apa itu arti kata “Pribadi” yang sebenarnya.

Apakah 3 Pribadi Allah sama dengan 3 Orang?

Kata Pribadi sendiri sebenarnya tidak berarti orang yang berbeda dan terpisah. Kata “pribadi” dalam diri Allah berarti Allah Bapa dan Allah Putera itu berbeda dan terpisah secara Pribadi, yang artinya ada dua Allah, sama seperti Petrus dan Paulus yang adalah dua manusia. Ini adalah pengertian kita yang umum mengenai kata “pribadi”. Mari kita pelajari bahasa asli dan pengertiannya tentang asal usul kata “pribadi” ini dalam doktrin rumusan bapa-bapa gereja.

Dalam pengakuan iman dan perumusan Tritunggal pertama tidak menggunakan kata “pribadi” dengan konteks yang kita mengerti sekarang (yaitu orang yang terpisah secara kesadaran dan kehendak). Kata yang digunakan oleh bapa gereja untuk menyatakan kata “pribadi” dalam doktrin Trinitas ini adalah hypostasis.

Hypostasis ini memiliki arti yaitu:

The term hypostasis has two meanings. Sometimes it means simple existence. In this sense, substance and hypostasis are the same thing, which is why certain of the holy Fathers have said: ‘the natures, that is to say, hypostases. At other times, it means the existence of an individual substance in itself.
— John Damascus, The Fount of Knowledge, Chapter XLII, paragraph 1.

Atau secara mudahnya dapat didefinisikan menjadi: suatu karakteristik dan spesifik dari suatu hakikat yang bisa dibedakan, entitas atau realitas individu dari suatu hakikat.

“I shall state that essence has the same relation to hypostasis as the common has to the particular” — St. Gregory of Nyssa.

Atau dalam arti teologinya hypostasis dari Allah adalah suatu bentuk unik dalam diri Allah/natur Allah atau pembedaan/spesifikasi sifat dari diri Allah yang esa. Jadi dalam hypostasis ada karakter / sifat yang unik yang bisa dibedakan dalam hipostasis lainnya. Jadi dalam diri Allah setiap hipostasisnya memiliki sifat yang unik yang tidak dibagikan kepada hipostasis lainnya.

Contoh dari pengertian hypostasis ini misalnya :

Api terdiri dari kobaran api, terang, dan panas. Hypostasis kobaran api, terang, dan panas adalah hal yang berbeda secara sifat/karakteristik tetapi dari unsur yang sama yaitu api.

Matahari terdiri dari inti matahari, terang, dan panas. Inti matahari tidak bisa dilihat, sedangkan yang menyatakan matahari tersebut adalah terangnya yang keluar dari matahari, dan keberadaan matahari bisa dirasakan lewat panasnya.
Pohon terdiri dari inti pohon, bentuk pohon dan hidup pohon. Hypostasis inti pohon, bentuk pohon, dan hidup pohon bisa dibedakan secara logis tetapi tidak bisa dipisahkan, dan menceritakan satu pohon.

Manusia terdiri dari eksistensi orang tersebut, pikiran, dan roh. Eksistensi menceritakan orang tersebut yang kita kenal lewat pikirannya dan adanya roh menunjukan bahwa dia hidup.

Jadi Trinitas tidak berbicara mengenal 3 Pribadi Allah yang menjadi satu, tetapi satu Allah yang dikenal dalam 3 Pribadi. Maka kita perlu mengenal Pribadi Allah dari apa yang dinyatakan dalam Alkitab itu sendiri. Dalam setiap Pribadi ini ada sifat-sifat unik yang tidak dibagikan/terdapat pada Pribadi lainnya.

Allah Bapa

Hypostasis Allah Bapa adalah Allah yang menjadi Bapa dari segala sesuatu, yang sudah ada sejak semula, yang ada dalam terang yang tak terhampiri, yang tidak kelihatan.

Keluaran 33: 20

Lagi firman-Nya: “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.”

1 Korintus 8: 6a

namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup

Kolose 1: 15

…. Allah yang tidak kelihatan, …

Yohanes 1: 18a

Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah;

1 Timotius 6: 16

Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.

Maleakhi 2: 10

Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Bukankah satu Allah menciptakan kita?

Dalam ayat-ayat tersebut kita mengetahui bahwa Allah Bapa adalah Pribadi yang menjadi mula dari segala sesuatu, yang ada sejak semula, yang tidak muncul dari siapapun, dan Dia adalah Allah yang tidak kelihatan, yang tidak bisa dijumpai, dan menyatakan diri-Nya lewat Firman-Nya dan Roh-Nya.

Sifat unik:

Transenden, tidak keluar dari apapun, yang tidak kelihatan, tersebut tidak di-share kepada Firman-Nya dan Roh-Nya.

Jadi bisa dikatakan Allah Bapa adalah Unbegotten God, yang sejak semula ada dan ada dengan sendirinya, yang tidak dilahirkan / keluar dari mana pun, yang melahirkan (bukan menciptakan) Firman Allah, dan memiliki Roh-Nya yaitu Roh Kudus.

Allah Putera

Hypostasis Allah Putera adalah Firman (Logos) Allah / Pikiran Allah, yaitu pernyataan diri Allah kepada segala sesuatu, menjadi gambar dari Allah yang tidak kelihatan, yang keluar dari Sang Bapa sebelum segala sesuatu.

Filipi 2: 5 -7

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Kolose 1: 15–17

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.

Ibrani 1: 1-3

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi.

Yohanes 1: 18

Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Yohanes 8: 42

Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.

Yohanes 14: 9 -10

Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya

Maka Firman Allah adalah hypostasis pernyataan diri Allah atau gambar Allah yang mengenalkan diri Allah Bapa kepada segala sesuatu.

Sama seperti ketika saya bersembunyi di balik bilik dan ada orang di luar bilik. Saya tidak bisa dilihat oleh orang tersebut. Dan bagaimana saya menyatakan diri saya, saya harus berbicara dan orang tersebut mengenal diri saya yang berada di balik tembok tersebut, yang tidak dia lihat.

Atau perumpamaan seperti pohon. Kita mengenal jenis pohon tersebut dari bentuk / rupa pohon yang ada. Dengan begitu kita bisa mengenal inti / eksistensi dari pohon tersebut yang tidak kelihatan.

Dalam hal ini, Firman Allah-lah yang menjadi manusia, bukan Allah Bapa yang menjadi manusia, seperti kesesatan teologi oneness/modalist.

Sifat unik

Begotten from God, keluar dari Sang Bapa tanpa meninggalkan Bapa, alasan segala sesuatu ada/dengan-Nya Allah menciptakan, sebagai wujud / gambar dari Bapa yang menyatakan diri Bapa, menjadi manusia untuk keselamatan manusia.

Allah Roh Kudus

Hypostasis Allah Roh Kudus adalah Hidup Allah, yang keluar dari Sang Bapa sebelum segala sesuatu dan aktif menyatakan diri Allah dalam memberi kehidupan.

Kejadian 1: 2

Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Kejadian 2: 7

ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

Yesaya 17: 13

Ya Pengharapan Israel, TUHAN, semua orang yang meninggalkan Engkau akan menjadi malu; orang-orang yang menyimpang dari pada-Mu akan dilenyapkan di negeri, sebab mereka telah meninggalkan sumber air yang hidup, yakni TUHAN.

Yohanes 4: 24

Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.

Yohanes 6: 63

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

 

Because the Holy Spirit is the bond between Father and Son, it thereby shares the qualities of the other two Persons. This unique character takes the best of both, as it were, and offers it to us “that he might renew the path to human salvation which had been corrupted — St Gregory of Nyssa

Maka Roh Kudus adalah Roh Allah/Hidup Allah. Allah adalah Sang Pemberi Hidup, pastinya memiliki Roh / Hidup. Roh manusia ada karena diciptakan/diberikan oleh-Nya, tetapi bukan berarti Roh Allah dihembuskan menjadi roh manusia, tetapi kuasa kehidupan diberikan Allah menjadi roh manusia. Roh manusia tersebut beserta dengan Roh Allah sehingga ada kuasa kehidupan dibaliknya.

Sifat unik

Proceeding from God, sifat dinamis / aktif bekerja yang menunjukan hidup Allah, Sang Pemberi Hidup.

Roh manusia mati ketika manusia jatuh dalam dosa, sehingga manusia dikatakan binasa (Kejadian 3 : 3, Roma 6 : 23). Manusia terpisah dari Allah (Yesaya 59 : 2) dan Roh Allah tidak ada lagi pada manusia (Kejadian 6 : 3). Maka manusia binasa, ketika raganya mati, rohnya akan mengalami keterpisahan kekal dengan Allah / sumber hidup, sehingga rohnya binasa di neraka. Maka ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita diberikan hidup kembali (Roma 6 : 23), sehingga roh kita yang mati dihidupkan kembali (Yohanes 4 : 14, Yohanes 7 : 37–38).

Yohanes 4: 14

tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.

Yohanes 7: 37–39

Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup. Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”

Bagi orang yang menerima Yesus, pastinya akan memperoleh hidup kembali, karena kesaksian Injil Kristus dihidupi oleh Roh Kudus. Bagi yang percaya kepada-Nya, akan mengalirkan air hidup dalam dirinya, itu adalah Roh Kudus (Yoh 7 : 37–39). Maka sangat salah bagi orang Kristen yang menganggap adanya Baptisan Roh Kudus supaya orang penuh dengan Roh Kudus, setelah dia telah lama menjadi orang percaya (atau biasa disebut Second Blessing). Tidak ada pembaptisan kedua kalinya oleh Roh Kudus, karena sekali dia percaya dan dibaptis, dia dipenuhi oleh Roh Kudus dan itulah yang disebut dengan lahir baru. Dan dia penuh oleh hidup, karena rohnya yang mati telah dihidupkan, sehingga membuahkan buah-buah Roh (Galatia 5 : 22–23).

Yohanes 3: 5–6

Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Maka dalam iman Kekristenan, hanya ada satu Allah, yaitu Bapa, yang ada bersama Firman dan Roh-Nya, yang dipuja dalam satu nama (Matius 28: 19). Di dalamnya hanya ada satu kuasa, satu kehendak, tidak terbagi, dan tidak dipisahkan.

Trinitas dari Gereja Ortodoks Timur

Allah itu kasih, maka kasih selalu mengalir dalam diri Allah. Di dalam kasih harus ada yang mengasihi dan dikasihi. Maka ada siklus kasih dalam diri Allah, yaitu Bapa mengasihi Firman dan Roh dan sebaliknya sesuai dengan firman yang berkata:

Yohanes 17: 24

…. sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

Jadi Allah tidak menciptakan karena membutuhkan sesuatu untuk dikasihi, tetapi sebelum segala sesuatu Allah sudah kasih, dan kasih itu mengalir dalam diri-Nya, yaitu 3 Pribadi-Nya.

Apakah 3 Pribadi menunjukan adanya pembagian dalam diri Allah?

Tidak, Allah tidak terbagi-bagi. Dia sempurna, maka dari itu Dia memiliki Eksistensi, Firman, dan Roh. Maka Eksistensi (Bapa), Firman (Putera), dan Roh (Roh Kudus) tidak merupakan pembagian dalam diri Allah yang satu, tetapi merupakan kesaksian dari kita yang melihat Allah yang satu. Sama seperti kita merasakan panasnya api, panas tersebut tidak terpisah dari eksistensi api dan nyala api.

Allah tidak terbagi, sehingga Allah Bapa tidak sempurna tanpa Roh-Nya, atau tidak sempurna tanpa Firman-Nya. Allah itu sempurna, maka Dia memiliki Firman dan Roh.

Kenapa terkesan ada tiga? Karena pikiran kita mencetaknya menjadi 3 di dalam pikiran kita, tetapi sebenarnya adalah satu. Jika kita berpikir mengenai Allah Bapa, kita tidak sedang memisahkan Allah Bapa dengan Putera dan Roh Kudus di pikiran kita, tetapi hakikatnya mereka adalah satu. Tetap sempurna yaitu eksistensi Allah yang punya Firman dan Roh, dan tiga-tiganya ada. Antar Pribadinya tidak bisa berpisah, karena hanya ada Satu Allah.

Prinsip yang harus diketahui tentang Hubungan antar Pribadi Allah
Kesalahan pemahaman dalam Trinitas umumnya adalah gagal memahami hubungan antar Pribadi-Nya. Dalam hal ini sering muncul bidat-bidat ajaran agama Kristen karena tidak memahami Trinitas dengan memahami sifatnya. Misalnya dalam teologi Oneness Pentecostal yang saya bahas di bagian sebelumnya, teologi ini tidak membedakan antara hypostasis Allah, sehingga dalam pemahamannya Allah Bapa menjadi manusia, dan menjadi Roh Kudus karena ketiganya tidak dibedakan. Atau beberapa teologi yang memisahkan Allah dalam Trinitas, sehingga menjadi tritheisme (penyembahan 3 Allah).

Sifat dalam Diri Allah antar Pribadi-Nya:
1. Satu kesatuan, tidak bisa dipisahkan
2. Bisa dibedakan
3. Tidak bisa dibagi
4. Sama dalam kehormatan, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah.

Konsep ini bisa dipahami sebagai berikut.

1. Tanpa unity, maka akan jatuh dalam pemahaman polytheis atau penyembahan 3 Allah.

2. Tanpa diversity, maka akan jatuh dalam pemahaman modalistic atau hanya ada satu Pribadi Allah.

3. Tanpa equality, maka akan jatuh dalam pemahaman subordinasi, yaitu Allah terdiri dari komponen-komponen yang lebih rendah kehormatannya satu dibanding lainnya.

Pengakuan Iman Nikea (325 M) — Konstantinopel (381 M)

Dalam kehidupan gereja mula-mula, banyak terpaan bidat-bidat atau pengajar-pengajar palsu yang mencoba mengaburkan iman kekristenan. Maka dalam 4 abad perjalanan gereja, melalui konsili-konsili bapa gereja, dibuatlah pengakuan iman sebagai pernyataan bahwa orang-orang Kristen pada zaman itu mewarisi iman para rasul yang adalah saksi mata langsung dari Yesus. Pengakuan ini diucapkan dan diakui oleh seluruh orang percaya, di mana orang di luar orang percaya yaitu bidat-bidat tidak mengakuinya dan memisahkan diri dari gereja (misal bidat Arius dan pengikutnya yang tdak mengakui Yesus adalah Allah, atau Macedonius yang tidak mengakui Roh Kudus sebagai Allah).

Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan;

dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus, Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan. Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir.

Aku percaya akan Roh Kudus, Tuhan yang memberi hidup; Ia berasal dari Bapa, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan Akan penghapusan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di dunia yang akan datang. Amin.

Apakah Tritunggal adalah produk kekeliruan Bapa Gereja?

Pandangan Allah Tritunggal bukanlah sesuatu yang asing bagi orang Yahudi, meskipun istilah Tritunggal tersebut tidak pernah dikenal oleh orang Yahudi. Tetapi intisari keesaan Allah dalam rumusan Tritunggal bukanlah suatu yang asing bagi orang Yahudi.

Doktrin Tritunggal memang baru ada dalam agama Kristen. Pertanyaan yang sering dilontarkan bagi orang Kristen: sejak kapan doktrin Tritunggal ada?
Dan kenapa tidak ada kata Tritunggal pada Perjanjian Baru sedangkan orang Kristen memercayainya?

Tritunggal adalah Rumusan Doktrin

Tritunggal secara istilah memang belum dikenal pada masa kekristenan purba. Dengan begitu jelas juga bahwa istilah Tritunggal tidak terdapat pada Alkitab atau ditulis langsung oleh para rasul. Tetapi berdasarkan fakta ini

  • bukan berarti Allah bukan Tritunggal atau dengan kata lain rumusan Tritunggal itu salah/bisa diragukan
  • bukan berarti orang Kristen di zaman gereja purba tidak memercayai dan tidak mengenal doktrin Tritunggal.

Orang Kristen di zaman purba memahami Allah Tritunggal, sesuai pesan ajaran para nabi dan para rasul. Tritunggal adalah rumus dari ajaran para rasul dan iman yang dipegang oleh orang Kristen pada masa itu, yang secara huruf dan istilah memang belum ada, tetapi definisinya sudah ada.

1. Tritunggal dalam Ajaran Para Rasul

Para rasul konsisten dengan ajaran Yesus. Para rasul mengajarkan bahwa Allah itu esa. Itu terdapat pada surat-surat para rasul dan Injil :

Markus 12:29, Yohanes 5:44, 17:3, Roma 3:30, 10:12, 16:27, 1 Korintus 8:4,6, 12:6, Galatia 3:20, Efesus 4:6, Yakobus 2:19, 1 Timotius 1:17, 2:5, Yudas 1:25

Tetapi keesaan Allah itu harus dipahami, apakah tunggal mutlak/gundul seperti yang dipahami oleh Islam/Unitarian/Saksi Yehovah? Ternyata tidak, pada ajaran para rasul tersebut dijelaskan bahwa Keesaan Allah itu terdapat 3 realitas yang unik, yang kekal, dan yang esa.

Maka resume ajaran para rasul ini adalah sebagai berikut:

1., Allah yang satu itu adalah Bapa, sumber dari segala sesuatu (1 Korintus 8:6), yan tidak kelihatan (1 Timotius 1:17).

2. Allah memiliki Firman (Mazmur 119:89) dan Roh (Kejadian 1:2, Ayub 33:4)

3. Yesus adalah Firman Allah (Yohanes 1:1), Gambar Allah (Kolose 1:15, Ibrani 1:3), dan Firman adalah Allah (Yohanes 1:1).

4. Roh Kudus adalah Roh Allah, yang menyertai para rasul (Yohanes 20:22), Kisah 1:8), Gereja (Yohanes 14:26) dan setiap orang percaya, dan Roh Kudus adalah Allah (1 Tesalonika 4:8).

5. Gereja membaptis orang dalam nama Allah yang esa, dalam nama (“onoma” = satu nama) Bapa, Putera, dan Roh Kudus. (Matius 28 :19).

Mereka paham bahwa Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, Mereka juga tahu, bahwa Bapa bukan Yesus, Yesus bukan Roh Kudus, Roh Kudus bukan Bapa, tetapi tidak ada 3 Allah, tetapi hanya satu Allah. [1]

2. Tritunggal dalam Ajaran Bapa-Bapa Gereja

2.1 Bapa-Bapa Rasuli

Ketika para rasul wafat, mereka telah menahbiskan penerus-penerus mereka, hal tersebut dinamakan paradosis rasuliah. Hal ini memang dilakukan oleh para rasul, supaya ada penerus yang mewarisi iman yang sama (Matius 28:19, Kisah 1:21–22, 20:28, Yudas 1:3, 2 Tesalonika 2:15), Generasi pertama yang menjadi murid para rasul ini, yang tulisannya masih bisa kita baca hingga sekarang, kita sebut sebagai Bapa Rasuli [2]. Misalnya:

Rasul Petrus memiliki murid bernama Klemens dari Roma, dan Ignatius dari Antiokhia, Markus yang disebut Yohanes, yang akhirnya mewarisi pelayanan para rasul sebagai uskup / penilik jemaat di daerah tersebut.

Rasul Yohanes memiliki murid bernama Ignatius dari Antiokhia, Polycarpus dari Smirna, Papias dari Hierapolis, dsb yang akhirnya mewarisi pelayanan para rasul sebagai uskup / penilik jemaat di daerah tersebut.

Para bapa rasuli tersebut masih memiliki tulisan yang eksis pada zaman sekarang. Sehingga tulisan itu bisa kita baca dan pelajari, apa yang dipahami oleh para bapa rasuli tersebut.

Maka tuduhan bahwa ajaran para rasul hilang dan Gereja menjadi rusak ini tidak terbukti dengan menunjukan tulisan bapa-bapa rasuli.

Tulisan ini sekarang bisa kita akses melalui buku-buku bapa gereja, maupun bisa diakses online di situs http://earlychristianwritings.com/

Berikut ini adalah pandangan para bapa gereja mengenai Allah:

1. Klemens dari Roma

St. Klemens, uskup Roma (sekitar 96), sering disebut sebagai Bapa Apostolik yang pertama, juga berulang kali merujuk pada Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam tulisannya. Misalnya, ia menulis dalam tulisannya kepada jemaat Korintus.

1 Clement 46:6
“Apakah kita tidak memiliki satu Allah dan satu Kristus dan satu Roh anugerah yang dicurahkan ke atas kita? Dan apakah tidak ada seorang pun yang memanggil Kristus? “

Klemens juga mengakui bahwa adalah Dia yang berbicara melalui Roh dalam Mazmur Daud, dan kepada siapa yang menerima ‘tongkat keagungan’, yaitu instrumen yang melaluinya Tuhan menjalankan kedaulatan-Nya. Dia juga “jalan keselamatan”, “imam besar persembahan kami “; melalui Dia kita memandang ke ketinggian surga’. Klemens juga menganggap Roh Kudus mengilhami nabi Allah di segala zaman. Namun Klemens tidak menjelaskan hubungan antara Bapa, Putera, dan Roh Kudus.

2. Ignatius dari Antiokhia

Ignatius, uskup dari Antiokhia adalah murid dari Rasul Yohanes. Ignatius sering menyebut bahwa Yesus adalah Allah dan berkata bahwa Putra co-existent dengan Sang Bapa sebelum segala zaman. Dalam suratnya kepada gereja di Magnesia dan Efesus

Epistle to the Magnesians 6:1
“Yesus Kristus. Dia, diperanakkan oleh Bapa sebelum awal waktu, adalah Allah Firman, sang Anak tunggal, dan tetap sama untuk selamanya; karena “dari kerajaan-Nya tidak akan ada akhirnya,” kata nabi Daniel.

 

Epistle to the Ephesians 7:2
Ada satu Tabib yang memiliki tubuh dan jiwa; keduanya dibuat dan tidak dibuat; Allah yang ada dalam daging; hidup sejati dalam kematian; baik Maria dan Tuhan; pertama mungkin dan kemudian tidak mungkin, bahkan Yesus Kristus, Tuhan kita.

3. Polycarpus dari Smirna

Polycarp adalah uskup Smirna dan juga seorang murid Rasul Yohanes. Dia mati syahid di arena Romawi, tetapi sebelum kematiannya dia memberi pemujaan pada Allah Trinitas.

The Martyrdom of Polycarp 14:1–2;
Ya Tuhan Allah Yang Mahakuasa, Bapa dari Putramu yang terkasih, Yesus Kristus . . . Saya memuji Engkau karena Engkau telah menganggap saya layak untuk ini hari dan jam, agar saya dapat menerima tempat di antara bilangan para martir. . . untuk kebangkitan menuju kehidupan kekal. . . dalam Roh Kudus yang tanpa cela. “

4. Surat Rasul Barnabas

Dalam tulisan surat yang dipercaya ditulis oleh Barnabas pada abad pertama (berbeda dengan Injil Palsu Barnabas), surat ini juga mendukung keilahian Yesus dan adanya doktrin seputar Trinitas di dalamnya.

Surat Barnabas 5: 5-7
Dan lebih lanjut, saudara-saudaraku: jika Tuhan bertahan menderita untuk jiwa kita, Dia menjadi Tuhan atas seluruh dunia, kepada siapa Allah berfirman pada dasar dunia, “Mari kita menjadikan manusia menurut gambar kita, dan menurut rupa kita,” pahami bagaimana Dia menanggung penderitaan di tangan manusia. Para nabi, setelah memperoleh kasih karunia dari-Nya, bernubuat tentang Dia. Dan Dia (karena itu menghendaki Dia muncul dalam daging), agar Dia dapat menghapuskan kematian, dan mengungkapkan kebangkitan dari kematian, bertahan [apa dan seperti yang Dia lakukan], agar Dia dapat memenuhi janji yang dibuat kepada para ayah, dan dengan mempersiapkan orang-orang baru untuk diri-Nya, dapat menunjukkan, sementara Dia tinggal di bumi, bahwa Dia, ketika Dia telah membangkitkan umat manusia, juga akan menghakimi mereka.

Sehingga kesimpulannya, menurut bapa gereja yang sezaman dengan para rasul, mereka memercayai adanya unsur Trinitas dalam mengenal Allah. Meskipun pada saat ini harus diakui bahwa belum terumuskan dengan baik apa itu Trinitas, tetapi saat itu orang Kristen bahwa Allah itu satu, yaitu Bapa, yang memiliki Firman sebagai Anak (yang co-existense atau pra-ada, bukan Anak dalam arti dilahirkan secara fisik) dan Roh Allah yang adalah sumber hidup dan berbicara melalui para nabi.

3. Teolog abad kedua, Murid dari Bapa Rasuli

Pada masa setelah para rasul dan bapa rasuli, sudut pandang ini tidak berubah. Dari tulisan murid-murid yang ditahbiskan para rasul dan bapa rasuli menjelaskan bahwa pandangan tersebut terjaga dalam gereja. Para penerus ini semakin merumuskan keesaan Allah dan kejamakan Pribadi ini dalam rumusan yang lebih jelas dan tegas. Hal itu terjadi karena pada masa tersebut semakin banyak bidat yang tumbuh dan pengajar-pengajar palsu yang menceritakan Yesus yang berbeda, Allah yang berbeda. Tulisan bapa-bapa gereja ini adalah:

1. Yustinus Martir (110–165 M)

Salah satu apologet yang paling menonjol selama periode ini adalah Yustinus Martir, seorang penyembah berhala yang berubah menjadi filsuf. Yustinus menggunakan keterampilannya sebagai penulis untuk menyangkal bidat dan memajukan kerajaan Kristus. Dua bidat yang ia tolak dalam tulisannya adalah dualisme Gnostik dan Marcionisme.[4]

Menanggapi Marcion, dan sehubungan dengan masalah-masalah Tritunggal, Yustinus mulai memperjelas hubungan antara Bapa dan Putra, mempromosikan keilahian Kristus dan juga menjelaskan bahwa Kristus memiliki fungsi yang berbeda dalam hubungannya dengan Bapa. Misalnya, dalam buku Second Apology (150M), Yustinus mengungkapkan gagasannya tentang hubungan Kristus dengan Allah Bapa ketika dia mengatakan bahwa Anak itu “bersama Allah dan diperanakkan sebelum semua ciptaan.”

Second Apology 6.
“The Father of all has no name given him, since he is unbegotten. For a being who has a name imposed on him has an elder to give him that name. ‘Father,’ ‘God,’ ‘Creator,’ ‘Lord,’ and ‘Master’ are not names, but appellations derived from his benefits and works. His Son (who alone is properly called Son, the Word [Logos] who is with God and is begotten before all creation, when in the beginning God created and ordered all things through him) is called Christ because he was anointed.”

2. Ireneus dari Lyon

Ireneus adalah murid dari Polycarpus, atau cucu dari rasul Yohanes. Untuk mempertahankan keesaan Tuhan melawan Gnostisisme dan Marcionisme, Ireneus meletakkan dasar bagi doktrin Tritunggal. Kalau tidak, tanpa
penekanan pada satu sifat Tuhan, kepercayaan pada tiga pribadi bisa
dipandang sebagai tipe pengajaran politeisme.[5] Dalam bukunya Against Heresies, Ireneus merangkum argumennya melawan kaum Gnostik, beliau menulis:

Adversus Haereses II Preface:
“Saya membuktikan juga itu hanya ada satu Allah, Pencipta, dan bahwa Ia bukan buah dari cacat apa pun, juga tidak ada sesuatu di atas Dia, atau setelah Dia. ”

Alih-alih teologi dualistik dari kaum Gnostik, Irenaeus dalam buku jilid keempatnya mengajarkan bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu Allah, namun Allah yang satu ini dimanifestasikan dalam Tiga Pribadi.

Against Heresies IV : Bab 33.7.
“Dalam satu Allah yang Mahakuasa, daripada-Nya segala sesuatu berasal adalah, … dan di dalam Anak Allah, Yesus Kristus, Tuhan kita, yang melaluinya adalah segala sesuatu, dan dalam dispensasi yang menyelamatkan di mana Anak Allah menjadi manusia; dan dalam Roh Allah, yang dalam setiap generasi secara terbuka mengungkapkan di antara umat manusia dispensasi penyelamatan dari Bapa dan Putra, sebagaimana yang Bapa kehendaki. “

Dalam beberapa hal, Irenaeus tampaknya lebih maju dari zamannya. Dia menolak sebelumnya bidat Arian ketika dia menyatakan bahwa Anak “tidak mulai menjadi; dia selalu ada bersama Bapa. ”

Against Heresies 3.18.1;

Seperti telah ditunjukkan dengan jelas bahwa Firman, yang ada pada mulanya bersama Allah, yang dengannya segala sesuatu diciptakan, yang juga selalu hadir bersama umat manusia, ada di hari terakhir ini, sesuai dengan waktu yang ditunjuk oleh Bapa, dipersatukan untuk tugas-Nya sendiri, sejauh Ia menjadi manusia yang harus menderita, [selanjutnya] bahwa setiap keberatan dikesampingkan dari mereka yang berkata, “Jika Tuhan kita lahir pada waktu itu, maka Kristus sebelumnya pernah tidak ada.” Karena saya telah menunjukkan bahwa Anak Allah pada waktu itu sudah ada, bersama Bapa sejak awal; tapi ketika Dia menjelma, dan menjadi manusia, Dia memulai lagi sebagai manusia,

Dia menekankan kesatuan Tuhan, namun menjelaskan bagaimana Bapa, Anak dan Roh Kudus bekerja dalam “Persatuan dan harmoni dalam penciptaan, pemeliharaan, dan keselamatan, karena mereka ada di dalamnya satu sama lain sebelum penciptaan. “

2. Teofilus dari Antiokhia

Sekitar 181 M, Theophilus dari Antiokhia, seorang bapa gereja Timur, yang adalah seorang apologet, merupakan tokoh yang pertama menggunakan istilah “Trinity” (atau Τριάδος). Hal itu terdapat pada tulisan beliau untuk membantah Autolycus, seorang penyembah berhala/Discourse to Autolycus II Bab 15.

Sama dengan bapa gereja sebelumnya, Teofilus dari Antiokhia juga menjelaskan bahwa Roh Kudus berbicara melalui para nabi, dan melalui Sang Firman/Sang Anak, Allah menciptakan segala sesuatu. Teofilus dari Antiokhia juga salah satu yang pertama yang menyatakan bahwa Roh Kudus berbeda dari Logos/Sang Firman.

3. Athenagoras dari Athena

Pada 160 M, Athenagoras, yang menulis menentang modalis (orang yang mengatakan Allah adalah 3 Mode, bukan Pribadi) yaitu Noetus. Athenagoras mengatakan bahwa “meskipun Firman itu adalah lahir dari Allah, ia bukanlah Allah kedua. Sebaliknya, setelah bersama Tuhan dan di dalam Tuhan selamanya ia dikeluarkan pada suatu titik waktu.” Rujukan kepada Kristus, Firman Tuhan ini, sebagai tidak memiliki permulaan adalah langkah penting dalam menyangkal para modalis, yang tidak menerima perbedaan Pribadi di dalam Allah. Demikian juga Athenagoras, sang apologet, menulis sesuatu mengenai sifat Allah dalam Trinitas, kesatuan dan perbedaan dari Bapa, Putera, dan Roh Kudus dalam tulisannya ketika orang Kristen dianggap atheis.

A Plea for the Christians Bab 12 — Consequent Absurdity of the Charge of Atheism

bahwa mereka mengenal Tuhan dan Logos — Nya, apa itu
kesatuan Anak dengan Bapa, apa persekutuan Bapa dengan Anak, apa itu
Roh, apakah kesatuan dari ketiganya, Roh, Anak, Bapa, dan perbedaan mereka dalam kesatuan;

4. Hippolytus dari Roma

Juga, sekitar tahun 190 M, Hippolytus, murid dari Ireneus (cicit rohani Rasul Yohanes) juga menulis menentang Noetus, setelah mengutip bagian dari Yohanes 1: 1, dengan tegas menyatakan kasusnya untuk tiga Pribadi dalam Allah, di mana “Bapa di atas semua Anak adalah melalui semua dan Roh Kudus . . . ada di semua. ”

The Refutation of All Heresies : Against the Heresy of One Noetus. 14

Bapalah yang memerintahkan, dan Anak yang taat, dan Roh Kudus yang memberi pengertian: Bapa yang di atas segalanya, dan Anak yang melalui semua, dan Roh Kudus yang ada di dalam semua. Dan kita tidak bisa tidak berpikir tentang satu Tuhan, tetapi dengan percaya pada kebenaran di dalam Bapa dan Anak dan Roh Kudus …… Dan dengan ini Dia menunjukkan, bahwa siapa pun yang menghilangkan salah satu dari ini, gagal memuliakan Allah dengan sempurna. Karena melalui Tritunggal inilah Bapa dimuliakan. Karena Bapa berkehendak, demikian Anak, Roh dinyatakan. Jadi, seluruh Alkitab menyatakan kebenaran ini.

Jadi, pada akhir abad kedua, sudah ada pemahaman yang kuat akan Allah sebagai Trinitas dari tiga pribadi yang memiliki peran berbeda dan entah bagaimana, hanya menunjukan satu Allah.

5. Tertulianus dari Kartago

Tertullianus adalah seorang awam dan seorang apologet yang dikatakan memiliki “salah satu pemikiran teologis terbaik untuk muncul di Barat Latin.” Dia dikenal sebagai penulis istilah pertama yaitu “trinitas”, “una substansia thres personae”, yaitu satu substansi, tiga Pribadi.

Against Praxeas Bab 2

dalam itu Semua adalah Satu, oleh kesatuan (yaitu) dari substansi; sementara misteri dispensasi masih dijaga, yang mendistribusikan Persatuan ke dalam suatu Tritunggal, menempatkan dalam urutannya tiga Pribadi — Bapa, Putra, dan Roh Kudus: tiga, bagaimanapun, tidak dalam kondisi, tetapi dalam derajat; tidak secara substansi, tetapi dalam bentuk; bukan dalam kekuasaan, tetapi dalam aspek; namun dari satu substansi, dan satu kondisi, dan satu kekuatan, karena Dia adalah satu Allah, dari siapa derajat dan bentuk dan aspek ini diperhitungkan, dengan nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.

Formula dan pembelaannya yang gigih akan kesatuan dan keunikan Tuhan melawan kaum politeis Gnostik seperti Marcion serta para modalis seperti Praxea. Sebagai seorang apologet, Tertullianus, seperti orang lain yang mengikutinya, dipaksa untuk menghadapi peningkatan penganiayaan dan bidat dengan mengklarifikasi ajaran Alkitab mengenai Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan mengembangkan bahasa yang lebih tepat untuk mengungkapkan kebenaran inti Alkitabiah.

Dalam debatnya melawan pandangan modalistik Praxeas, Tertullianus berpendapat:

Against Praxea Chapter XXV
Dengan demikian hubungan Bapa dalam Putra, dan Putra dalam Sang Penolong (Roh Kudus -red), menghasilkan tiga Pribadi yang koheren, yang belum membedakan Satu dari yang Lain. Ketiganya adalah satu esensi, bukan satu Pribadi, sebagaimana dikatakan, “Aku dan Bapaku adalah Satu,” dalam hal kesatuan substansi, bukan singularitas angka.

Dalam pembelaannya melawan modalisme Praxeas, maka, Tertullian mengembangkan penjelasan yang lebih jelas tentang bagaimana persatuan Tuhan dapat didamaikan dengan Pribadi yang jamak.[7] Namun Pribadi yang dimaksudkan Tertulianus bukanlah Pribadi yaitu orang yang berbeda dan terpisah, sama seperti Andi berbeda dan terpisah dengan Budi. Tertulianus menegaskan:

Sang Penolong, atau Roh Kudus. Dia Berbeda dari Bapa dan Putra sama seperti Keberadaan Pribadi mereka. Tetapi Satu dan Tak Terpisahkan dari Mereka untuk Sifat Ilahi Mereka. — Against Praxeas Chapter 25

Sehingga ungkapan “Trinitas, satu substansi tiga Pribadi, yang bisa dibedakan tetapi tidak terpisahkan” dari Tertulianus ini adalah langkah yang sangat penting dalam pengembangan bahasa yang dapat digunakan untuk menggambarkan seluk-beluk Trinitas.

4. Bidat, menyelewengkan Ajaran Benar tentang Allah dan Yesus

Dari berikut-berikut ini adalah nama-nama pengajar palsu yang dicatat dalam sejarah, yang mengajarkan berbagai macam pandangan yang berbeda dari yang para rasul ajarkan. Berbeda dengan nama bapa-bapa gereja yang saya tulis sebelumnya, nama-nama ini adalah pengajar palsu yang mengajarkan Allah dan Yesus secara berbeda, sehingga disebut bidat atau tidak ortodoks. Seluruh gereja universal memercayai ajaran yang ortodoks, berbeda dengan bidat-bidat ini hanyalah sekte dalam kekristenan saat itu, yang akhirnya terpisah atau dikeluarkan dari gereja universal.

  • Gnostisisme, Dualisme, Doketisme: memercayai bahwa Yesus bukanlah manusia, tetapi Allah. Kaum Gnostik menggabungkan ilmu filsafat Yunani seperti Plato dan Neo-Platonis dalam mendefinisikan iman Kristen. Salah seorang pengikutnya yaitu Marcion bahkan memercayai dua Allah, yaitu Allah di Perjanjian Lama dan Allah di Perjanjian Baru. Seorang bidat bernama Basilides mengatakan bahwa Yesus tidak benar-benar disalib tetapi diserupakan dengan Simon dari Kirene. Teori sesat dalam kacamata sejarah dan kesaksian nyata di lokasi peristiwa ini entah kenapa bisa masuk dalam pemahaman orang Islam mengenai Yesus/Isa Al-Masih yang menurut mereka tidak benar disalib, tetapi diserupakan
  • Adoptionism, yang diajarkan oleh Paulus dari Samosata, seorang bidat yang percaya bahwa Yesus baru menjadi ilahi ketika menerima baptisan dari Yohanes.
  • Noetus, Praxeas, Sabellius, Cerrulius, dan beberapa muridnya dan pengikutnya mengajarkan ajaran modalisme, monarkianisme, patrepasianisme yaitu ajaran yang intinya percaya bahwa Allah adalah satu Pribadi dalam tiga mode. Mereka percaya bahwa Allah Bapa menjadi manusia bernama Yesus, dan Roh Kudus hanyalah manifestasi Allah, bukan Pribadi yang berbeda dengan Allah.
  • Arianisme, yang diajarkan oleh Arius, adalah ajaran yang mengatakan bahwa Yesus adalah ciptaan Allah yang pertama, sehingga Yesus / Firman Allah bukanlah Allah.

Begitu banyak ajaran yang tidak konsisten, berbeda dengan yang diajarkan gereja universal. Akhirnya mereka adalah bidat/penyeleweng dari ajaran rasul yang tengah dijaga oleh keturunan rohani atau suksesi para rasul. Mereka muncul secara bergiliran di abad demi abad, sebagai ajaran sesat yang dilawan oleh gereja saat itu, bahkan hingga saat ini.

5. Konsili sebagai Penegasan Iman Kristen yang dipercaya secara universal

Dalam menghadapi kebidatan dan banyaknya ajaran-ajaran asing muncul dari gereja, maka gereja melakukan sidang konsili untuk menunjukan ajaran mana yang diajarkan oleh Yesus dan para rasul. Hal itu sesuai dengan pesan Kitab Suci:

Matius 18:17 — 20
Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

 

Kisah Para Rasul 15:6, 28
6. Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu.
28. Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini:

Setelah adanya Edict Milan, di mana kekristenan diakui sebagai salah satu agama yang sah dalam negara, saat itu orang Kristen berhenti dipersekusi di era Kaisar Konstantinus. Maka pada saat itu, seluruh pemimpin umat (uskup /penilik jemaat) yang tersebar di daerah-daerah dapat menghadiri konsili dengan lebih mudah tanpa aniaya.

Pada tahun 320–336, ada seorang presbiter bernama Arius dari Aleksandria, yang mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Allah, tetapi ciptaan pertama dari Allah. Hal ini meresahkan uskup Aleksandria, yaitu Alexander. Namun Arius adalah orang yang pandai bersilat lidah, yang saat itu berhasil mendapatkan banyak pengikut dan sulit untuk dilacak kesesatan ajarannya. Dalam perseteruannya selama bertahun-tahun dengan uskup Aleksandria, akhirnya Kaisar Konstantin menyelenggarakan konsili oikumensi perdana di Nikea pada tahun 325. Seluruh uskup dari berbagai daerah kekristenan di undang pada acara tersebut.

Ketika Arius menyampaikan pendapatnya: “Ada suatu waktu di mana Firman Allah pernah tidak ada”, uskup Nikolas dari Myra langsung menampar Arius, dan mengatakan bahwa Arius melakukan penghujatan.

St. Nicholas dari Myra menampar Arius karena menghujat Yesus, Sang Anak Allah, yang diakuinya tidak satu hakikat / dzat dengan Allah. Arius mengatakan Yesus diciptakan.

Di konsili itu, Athanasius, seorang diakon muda, murid dari Uskup Aleksander dari Aleksandria menyampaikan bantahannya. Hingga akhir dari konsili tersebut, maka dinyatakan demikian:

But those who say: ‘There was a time when he was not;’ and ‘He was not before he was made;’ and ‘He was made out of nothing,’ or ‘He is of another substance’ or ‘essence,’ or ‘The Son of God is created,’ or ‘changeable,’ or ‘alterable’ — they are condemned by the holy catholic and apostolic Church. 

Pengakuan Iman Nikea

Dari 318 uskup yang hadir di Konsili Nikea, hampir seluruh uskup menandatangani bahwa ajaran Arius adalah ajaran sesat. Pada konsili tersebut dinyatakan bahwa Gereja memercayai bahwa Yesus adalah Allah sejati, yang keluar dari Allah Bapa, bukan merupakan ciptaan. Hanya Arius dan dua uskup lainnya yang tidak mau menandatanganinya. Hal ini membuktikan bahwa gereja saat itu memercayai bahwa Yesus adalah Allah, bukan ciptaan Allah, dan itu adalah kepercayaan universal yang tidak perlu diperdebatkan atau dipertanyakan lagi, mengenai apa yang dipercaya oleh gereja saat itu

Mengenai kisah lengkap dari Konsili Nikea 325 M dan apa saja yang terjadi, bisa kita baca lebih lengkapnya di tulisan Dr. Bambang Noorsena, SH, MA yang menjelaskannya lebih rinci: http://www.sarapanpagi.org/konsili-nikea-325-apa-yg-sesungguhnya-terjadi-vt6396.html

Dan ajaran gereja Trinitas ini akhirnya semakin rampung ketika muncul kembali golongan Semi-Arianisme, Macedonianisme yang berkata bahwa Roh Kudus ada di bawah Allah. Maka di titik ini, gereja mempertegas kepercayaannya akan Roh Kudus, bahwa Roh Kudus adalah Allah, dan saat itu merampungkan Pengakuan Iman Gereja Universal, di mana Trinitas adalah pokok kepercayaan yang ditekankan. Hal itu menyatakan bahwa inilah yang gereja percaya sejak semula, yang diajarkan oleh Yesus, yang iman tersebut diwariskan kepada para rasul, yang dijagai Roh Kudus sepanjang gereja berdiri, sehingga ajaran sesat seperti yang sebutkan di atas tidak berkuasa atas gereja.

Matius 16 : 18
Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku (Gereja-Ku — red) dan alam maut tidak akan menguasainya.


PREKONKLUSI

Dengan berbagai data dan pendapat dari tokoh-tokoh pra-konsili Nikea, bisa digambarkan bahwa seluruh bapa gereja ortodoks memercayai bahwa Allah itu Esa, yaitu Bapa (1 Kor 8:6), dan dalam Sang Bapa terdapat Sang Anak yaitu Firman-Nya (Mazmur 119:89, Yoh 1:1), dan memiliki Roh yaitu Roh Kudus (Ayub 33:4, Yoh 14:26). Allah terdiri dari Tiga Pribadi, yang bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Tiga Pribadi mengisahkan sesuatu yang unik dan menceritakan Allah. Trinitas bukanlah suatu yang asing dari pengajaran para rasul, juga murid-murid para rasul.

Pengajaran para rasul juga bukanlah hal yang membingungkan saat itu, karena sejak zaman para rasul ketritunggalan tersebut sudah jelas, hanya memang belum terumuskan. Seluruh para rasul sepakat, karena menyaksikan sendiri ajaran Yesus, juga menerima Roh Kudus yang sama. Tidak ada salah satu dari para murid yang memiliki kesaksian berbeda, misalnya berkata bahwa Yesus bukan Allah, atau berkata bahwa Yesus bukan manusia. Dan ajaran tersebut sangat terbukti, konsisten, dan teruji dalam sejarah. Tidak ada kekuatan militer atau politik yang memaksakan doktrin, karena saat itu orang Kristen pun masih ditindas.

Sebaliknya tokoh-tokoh yang disebut sebagai bidat/pengajar palsu itu muncul sebagai sempalan, yang memang menyimpang dari ajaran yang asli. Mereka mengajarkan berbagai macam tentang Allah dan Yesus, tidak ada kesepakatan, justru sangat heterodoks, saling bertentangan satu sama lain, tidak ada kekonsistenan. Mirisnya, dibandingkan dari komentar seluruh bapa gereja di zaman itu, yang tidak berbeda satu sama lain, semuanya mengisahkan hal yang sama dan mendukung ketritunggalan dalam diri Allah.


Sumber:

  1. Katekismus Gereja Katolik
  2. Alkitab Deuterokanonika
  3. CRU.ORG
  4. Church Life Journal
  5. Eric Ongkowijoyo di Medium

 

 

Facebook Comments

DEVOSI TU YESUS KRISTUS: DALAN SILANG NAGORI SIHEMUN BARU 2024

TEKS DEVOSI TU JESUS KRISTUS: DALAN SILANG NAGORI SIHEMUN BARU TAHUN 2024

(P = Partogi, L = Lektor, R = Ruas, PJ: Parjamita)
Di Nagori Sihemun Baru, diadonghon do Dalan Silang masuk tu horong ni Devosi. Ido asa digoari ulaon on Devosi tu Jesus Kristus: Dalan Silang Nagori Sihemun Baru.

Tung dihirim dongan sahuta Nagori Sihemun Baru do asa dipatupa ulaon on, hombar tu hasomalan ni halak Kristen di Nagori Sihemun, pola do dipamasuk tu Rencana Kegiatan Pemerintah (RKP) Nagori Sihemun Baru Taon 2024, jala ditahi do asa diihuthon muse tu taon-taon na lao ro songon na nienet sian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagori Sihemun Baru 2023-2029. Olat ni na tarbaen, ekumenis ma dipatupa ulaon on ala adong piga-piga sekte Kristen di Sihemun Baru. I do umbaen asa dang dipamasa on di Ari Rea Jumat Nabolon, asa boi ruas i mangareahonsa di huriana be. 

Ulaon parningotan di sitaonon ni Kristus dang tarsirang sian haheheonN, suang songon i do nang ulaon Dalan Silang on, ingkon tarida do hadomuanna dohot ulaon Paska. Hadomuan ni Dalan Silang dohot Paska dipataridahon do di bagian parujungan ni ulaon on.
Ende Pamungkaan: “Mambahen Tanda Silang i” (BETK 471)

2) Sude na laho salpu i, na huargahon uju i. Tadinghononhu nama i, marhite-hite Silang i.
Tanda Silang dohot Hata HuhuasI
Hata PatujolO

P: Hamu ale angka dongan, marpungu do hita sadari on laho pahusorhusorhon sitonon ni Tuhanta Jesus Kristus. Marhite na marningot sitaonon ni Tuhanta Jesus, naeng lam tahilalahon do balga ni holong ni roha ni Debata tu hita. Asing ni i, sai tahirim do asa lam tatanda angka hahurangan na jotjot taulahon, ai siala ni angka dosanta do umbahen marsitaonon Tuhan Jesus i, pola sampe mate Ibana di hau pinorsilang.

Tangiang Pamungkaan

P: Martangiang ma hita.

(Hohom satongkin)

Ale Debata, Ama Nasunburju. Mandok mauliate do hami tu Ho, ala nunga dipapungu Ho hami di ombas on, laho pahusorhusorhon sitaonon ni AnakMu, Jesus Kristus. Sai anggiat ma Tondi Porbadia, naung niusehonMu tu bagasan rohanami pabagashon haporseaonnami dohot holongnami tu Ho. Parmudumudu ma hami, asa rade manadinghon angka dosanami. Ajari ma hami, asa unang mabiar manghaholongi Ho nang dongannami jolma pe.

Marhite Kristus, Tuhannami, na mangolu jala mangarajai raphon Ho dibagasan hasadaon ni Tondi Porbadia, nuaeng dohot tongtong sahat ro di saleleng ni lelengna.

R: Amen

Ende (BETK 100)

Paradianan I: Jesus Diuhumi

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tano on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L1: Dipalua si Barabas parjahat i, hape na lias sian dosa i diuhumi Silatus. Dijalo Jesus do uhuman i,  dang alani biarNa manang ala naung talu. Tangkas do diboto Jesuus lomo ni roha ni Debata do i sude, bahen haluaon di torop jolma. Ndang tarpatupa haluaon, molo so adong na rade sumeahon dirina. Na umporlu di Jesus ima pasauthon lomo ni Debata. Pambahenan ni Silatus na so sintong i, ndang pola manegai haporseaonNa tu Ama i. Pos situtu do roha ni Jesus na so marisuang sitaononNa, ai bahen tobus ni jolma do i dirajumi gariada tahe on do dalan laho paluahon jolma.

Diajari do hita jumolo mangulahon lomo ni roha ni Debata nang pe godang parmaran dohot sitaononta binahen ni i. Alai jotjot do hita tarunjun marpangalaho songon Silatus; patujolohon lomo ni roha dohot hagiot niba, sian apala lomo ni roha dohot hagiot ni Debata. Jotjot do tatundalhon lomo ni Debata ala mabiar dibursikhon halak, manang direhei alani arta portibi, pangkat, parhundul, dohot lan na asing.

(Hohom satongkin)

P: Tuhan Jesus Kristus, nunga diajari Ho hami, asa tong marpos ni roha jala mangoloi lomo ni roha ni Debata. Jotjot do ingkon porsanonnami ragam ni sitaonon alani lomo ni rohaM. Sai unang ma mabiar hami mangihuthon Ho, siboan dame di tonga ni hageduhon di portibi on.

Tuhan, asi roham di hami.

R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

Ende (Mangihuthon logu BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan II

Biru biru Nabadia,

sai ajari ma nang hami,

mangoloi Debata.

Paradianan II: Diporsan Jesus do SilangNa tu Golgota

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L2: Dilean ma abit na rara tu Jesus. Dipartumpali ma Ibana dohot sungsang duri. Direhei jala dileai ma Ibana huhut dipaksa mamorsan silangNa tu dolok Golgota. Dijalo Jesus do saluhutna sitaonon on di bagasan unduk ni roha situtu. Jotjot do diajarhon Jesus lapatan dohot porlu ni serep marroha. Ndang holan marhite hata sambing diajari Ibana hita, alai lumobi marhite pambahenan.

Songon halak kristen na marungkil mangihuthon Jesus, ra jotjot do dileai hita, dipaburukburuk goarta, manang hurang diargahon hita. Molo tung masa pe sisongon i, sai unang ma nian pintor hansit rohanta. Manang habalihanna, olo do hita halak Kristen mangarehei halak na asing? Sintong dope pangalaho sisongon i?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus Nasunburju, jotjot do pamurahu hansit rohanami manang hubalos hami angka na jahat dohot na jahat, molo pola do hami mamurai manang mangaleai dongan na asing. Sai anggiat ma tiruan naung pinatuduMi mangonjar hami marserep ni roha.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan III

Ai diporsan do silangNa,

taihuthon ma Ibana,

mamorsan silangta be.

Paradianan III: Jesus Madabu Parjolo Sahali huhut dodondoni Silang i

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong) 

L3: Saborngin manipak dang modom Jesus, nunga lam godang durus mudar sian pamatangNa nabadia i. Ingkon porsanonna do SilangNa na sai borat i. Nakkok situtu do dalan tu Golgota. Dabu ma Jesus huhut, didondoni silangNa borat i.

Alai apala na jumorbot, na mandondoni dirina, akka dosanta do. Hita do na mardosa, alai Jesus do manghilala panghorhonna. Nunga dipatudu Jesus tu hita rumang dohot panghorhon ni dosa i. Sian pangaleaion do tanda dosa i. Tarida do dosa i dibagasan sude pambahenan na manegai na denggan. Borat do dalan laho tu haluaon dohot hasonangan i, nakkok do i jala borat. Molo alani dosanta do Jesus madabu, lapatanna, jumotjotan dope hita madabu tu bagasan dosa. Alai tahe, tongtong do dihaholongi Debata hita. Dihalomohon Debata do asa unang mura hita mandele. Lomo do roha ni Debata molo barani hita hehe sian dosanta jala marsihohot di dalan silangNa i.

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, tangkas do diboto Ho godang dohot boran ni angka dosanami na mambahen madabu Ho didondoni silang i. Tangkas do diboto Ho, tung mansai jotjot do hami madabu tu dosa. Lehon ma tu hami habaranion laho mamorsan sitaononnami. Molo madabu pe hami tu dosa, urupi ma hami asa boi mulak tu Ho, jala margogo mamrosan silang na pinorsanhonMu di abaranami.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

Ende (sian buku Ende HKBP nomor 86)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan IV
 Paradianan IV: Pajumpang Jesus dohot Maria InaNa i 

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L4: Ditorushon Jesus do dalan silangNa i. Pajumpang do Ibana dohot InaNa di tonga dalan. Dang lupa Jesus tu Maria. Maria do InaNa na manubuhon Ibana. Maria do na patarushon, parmudumuduhon, mangajari Ibana. Jala di tingki dileai Ibana, marsitaonon, dang ditinggalhon Maria ibana. Tama situtu do Maria gabe Ina sitiruon di halak na porsea. Dijumpangi Jesus do InaNa jala didok tu hita: Suman tu Maria ma hamu. Songon Ibana ma sahalak na porsea. Rade situtu do rohana mangulahon lomo ni roha ni Debata, nang pe sitaonon do na ro manahop binahen ni i. Dang biar roha ni Maria pajumpang dohot Jesus naung dileai huhut direhei.

Di tonga-tongatta pe godang do jolma na pogos, na lea dohot akka na so diparrohahon. Boha, barani jala olo do hita gabe dongan nasida, gabe aleale nasida? Aha do naung tabahen tu nasida?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, mandok mauliate do hami tu Ho, ala nunga dilehon Ho sada tiruan di hami, i ma Maria. Lehon ma tu hami benget ni roha, molo tung godang pe sitaonon na mandondoni hami. Sai anggiat ma barani hami parsidohot di sitaonon ni halak na asing.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

Ende (Mangihuthon logu sian Buku Ende 86)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan V

Nasa na huula i ndang tau hasonanganhi, Nang ringkot pe rohangki

Pola ro nang ilungki.

Holan asi ni rohaM pangurupi o Tuhan

Paradianan V: Diurupi si Simon sian Kirene do Jesus mamorsan Silang i 

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L5: Nunga mansai gale pamatang ni Jesus, dang lomo rohani akka soldadu i peak Jesus di tonga dalan. Nunga pate di roha nasida laho mangaleai Jesus jala mamereng Jesus tarsilang di Golgota. Tongon disi, dibereng nasida ma si Simon sian Kirene mamolus. Dipaksa ma si Simon mamorsan silang ni Jesus. Dang dijua si Simon mamorsan silang ni Jesus i. Sipujion do jolma na olo mangurupi, paneanghon sitaonon ni donganna. Nunga lam neang na ampe tu hita, ala rade do Jesus mamorsan silang i. Dipasombu Jesus do dohot si Simon mamorsan silangNa, dang ala so tolapsa mamorsan silang i, alai ala mansai denggan do pambahenan ni si Simon i, lumobi ma molo so pola dietong-etong rohana ulaon na binahenna i.

Dang pola maol mangalului halak na marsitaonon di tonga-tongatta. Alai tasukkun ma dirinta, aha ma naung tabahen maradophon nasida? Manang tagoari do hita na mura manundalhon halak na marsitaonon? Didok Jesus do: “Nasa na binahenmu tu sasada anggikku na metmet on, na tu ahu do i dibahen hamu”

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, Ho do na patudu dalan tu si Simon na sian Kirene asa pajumpang dohot Ho. Dung i rade do rohana laho mamorsan silangMu na borat i. Marhite tiruan ni si Simon on nunga diajari Ho hami ale Tuhan asa rade masiurupan laho paneanghon sitaonon ni dongannami. Sai unang ma biar rohanami mangurupi dongannami.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BUKU ENDE 86)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan VI

Ro do au nuaeng tu Ho, sai palambas ma rohaM.

Nunga pola mate Ho, ala asi ni rohaM.

Jangkon au na dangol on, sai ulosi tondingkon.

Paradianan VI: Diapusi si Veronika do Bohi ni Jesus

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L6: Dinunuti Jesus do dalan silangNa i. Di tonga dalan, pajuppang ma ibana dohot si Veronika. Dang mabiar si Veronika ditihai jala didok aleale ni Jesus, naung hona uhum jala naung hona burai. Dijonoki si Veronika ma Jesus. Diapusi si Veronika ma bohi ni Jesus naung sap mudar i. Takkas dihalomohon Jesus do pambahenan ni si Veronika on. Takkas ma tarida nuaeng, dang sude hape marsogo ni roha mida Jesus, dang sude mangaleai ibana.

Nian metmet do pambahenan ni si Veronika on, hira so marlapatan do i. Alai di pudi ni pambahenan na metmet on, adong do sipujion disi, ima: tanda ni ilu manetek, mangapuli halak na marsitaonon. Alai jotjot do lemba rohatta disi. Manang biar rohatta patuduhon na dohot hita marsitaonon dohot dongan na humaliang hita. Hira na so adong tikkitta, dang adong sihumisik silehononta. Barani do hita maniru pambahenan ni si Veronika?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, nunga diapusi si Veronika bohiM naung maluha jala sap mudar i. Hape jotjot do hami magigi, molo pajupang dohot halak na marsahit manang na marsitaonon. Sai anggiat ma tiruan ni si Veronika i mangarahon hami mangulahon na denggan nang pe metmet, laho paneanghon angka auga na ampe tu nasida be.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan VII

Sai patudu holong roha,

dompak Jesus i Tuhanta,

di bagasan ngolumi.

Paradianan VII: Jesus Madabu Paduahalihon

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L7: Nunga lam loja Jesus. Silang na tuak di abaraNa i nunga lam borat. Madabu ma Ibana paduahalihon. Didondoni silang na borat i do Ibana. Mansai paet jala parir do parniahapan ni Jesus dison. Alai apala na umpaet jala na humansit dihilala Jesus, i ma angka dosanta. Tung i nama holong ni roha ni Debata maradophon hita. Dihalupahon do dosa ni jolma i. Nang pe songon i ndang jora, ndang maradi jolma i mardosa.

Hita do sasintongna na mandabuhon Jesus, rupani molo taparoaroa goar ni donganta, molo tasegai hatuaon ni halak na asing. Ai molo tapaburukburuk halak, tadabuhon do muse Jesus peak ditinggang silangNa.

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, jotjot do hami madabu tu dosa marhite na paburukburuk goar ni halak na asing manang manegai dongan, gariada tahe manegai dirinami sandiri. Lehon ma tu hami hagogoon dohot habarion laho pasidinghon sude dosa. Jala molo madabu dope hami muse tu dosa, lehon ma tu hami hagogoon laho paturehon dirinami jala ndang maila paubahon roha. Jesus, tambahi ma hagogoonMu tu bagasan dirinami, molo tung madabu pe hami.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan VIII

Di na ganggu rohanami,

jala susa ngolunami,

pargogoi hami Tuhan.

Paradianan VIII: Diapuli Jesus do Angka Boruboru n Tumatangis

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L8: Godang do jola mamereng Jesus mengkatengkat mamorsan silangNa. adong do na mamarengkeli, adong na mangaleai, adong na mangarehei. Angka boruboru sian Jerusalem tumatangis do nasida marnida sitaonon ni Jesus na borat i. Alai nang pe songon i diparrohahon Jesus do angka jolma na pajumpang dohot Ibana di dalan silang i. Gariada tahe diapuli Jesus do boruboru na tumatangis i huhut dipasingot Jesus. Didok Jesus do tu nasida, “Hamu, Angka boru Jerusalem, Unang ma Ahu tangisi hamu, dirimuna dohot anakhonmuna ma”

Jotjot do ndang taparade roha dohot tingkinta tu angka dongan na asing, lumobi molo di bagasan las ni roha jala denggan ulaonta. Dung i muse molo hona toru, ro sahit manang ro parmaraan tu hita, susa ma pingkiranta. Holan dirinta sandiri nama taparrohahon, sai hira so adong be dongan na asing. Sai hira holan sitaononta ma na umborat. “Hita pe susa do, sai boha ma bahenon mangapuli dongan na asing?” ninna rohanta ma laho mamintori dirinta be. Dilehon Jesus do tiruan tu hita: tumagon do mangapuli halak na asing, nang pe di bagasan sitaonon  hita. Alai tahe rumingkot sian i, porlu do tangisanta dirinta sandiri, porlu do hita paubahon diri, jala manosoi halak na asing, lumobi angka iankhonta asa paubahon roha jala sumolsoli dosana be. tongon do hita naung paubahon diri?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, ajari ma hami asa unang holan mamingkiri dirinami sandiri sambing hami. Martahi do hami mangihuthon Ho, na mamparrohahon halak na asing, lumobi angka na marsitaonon. Alai lobi sian i, ajari ma hami patuduhon i marhite pambahenan na tarida.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan IX

 

Bahen ma ahu manghilala

natinaon ni Tuhanhu

naung manghophop hami on.

Paradianan IX: Jesus Madabu Patoluhalihon

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L9: Nunga lam mandoit mata ni ari. Lam nangkok dalan tu Golgota. Lam gale do Tuhan Jesus. Ujungna madabu ma Jesus patoluhalihon. Silang na borat i do mandondoni pamatangNa. Sian nasa gogoNa jongjong ma Jesus muse. Ingkon porsanonNa do silang na borat i sahat tu dolok Golgota. Ndang manontong hape gulmit ni parngoluan on, ndang lemes jala tigor hape sude dalan ni hangoluan on. Jotjot do godang bobon ni ngolu on, martinditindi do tahe angka na borat na ampe tu ganup jolma. Angka i ma na jotjot mambahen madabu jolma tu pardosaon.

Alai na mambahen lam borat silang na pinorsan ni Jesus, alani pardosaonta do. I ma molo tadabuhon halak tu dosa, manang manambai boban tu halak, ala so pola olo hita manuhuk deba sian i. alai nunga diajari Jesus hita asa unang olo mandele. Molo tung denggan pe usahanta, molo so denggan pe na taula jala alani i madabu hita tu dosa, sai marungkil ma hita hehe. Unang ma taoloi lam gale jala mandele, baliksa tahe, hehe ma hita songon Tuhanta Jesus Kristus. Nang pe borat situtu do mangihuthon Jesus, sai taihuthon ma Ibana.

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus tung mansai holong situtu do rohaM mida hami. Tangkas do diantusi Ho arsak ni rohanami molo so denggan na huula hami. Jotjot muse do hami madabu tu dosa. Olo do hami hehe, jala tongtong unduk tu Ho.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan X

Sai apuli hami Tuhan,

di tingki targogot hami,

sai paherbang tanganMi.

Paradianan X: Ditanggali Pahean ni Jesus

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L10: Dang marna puas akka soldadu i mangaleai dohot mangarehei Jesus. Ditanggali ma paheanna. Dipaila do Ibana di jolo ni natorop.

Jotjot do tubu pangalaho ni akka soldadu i dibagasan dirinta. Ra jotjot do tapaila akka donganta, jala jotjot las rohatta mamereng dongan molo tapaila hagaleonna di tonga-tonga ni na torop. Akka hahurangan dohot hagaleon ni dongan taturiturihon tu halak na so patut, jala na so porlu umbotosa.

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, marsaemara do Ho jala diparengkeli di jolo ni na torop. Ndang holan soldadu na mambahen i tu Ho, alai hami pe dohot do pailahon Ho. Ai molo mardosa hami, na pailahon jala na mangarehei dongan na asing do hami disi.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

Ende (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon muse sahat tu paradianan XI)

Ditanggali paheanNa,

dipalea Ho, Tuhanhu,

na manghophop jolma i.

Paradianan XI: Jesus Diparsilanghon

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L11: Tung mansai parir jala dangol do sitaonon ni Jesus, dung marsaemara ibana, dilabang ma tanganna dohot patna tu silang i. Lam parir jala paet ma sitaononna i, alai dang tarida na marsak Jesus. Otik pe attong so adong dosa ni Jesus. Nang pe songon i dang tubu late di roha ni Jesus tu nasida. Dang hosom roha ni Jesus mida na mangalinsingi ibana. Dialo Jesus do sude dosa i. Dang dihosomi Ibana pardosa i, baliksa asi do rohaNa mida pardosa i. Ditangianghon ibana do angka algojo na mamparsilanghon ibana, ninna: “Ale Amang, marpamuati ma rohaM mida nasida, ai dang diboto nasida aha na binahen nasida i”.

Diajari Jesus do hita mangalo nasa ragam ni hajahaton, nasa ragam ni dosa. Alai molo adong na mardosa, diajari do hita manghaholongi pardosa i. Dilehon do tu hita tiruan laho manghaholongi dongan jolma, garida musutta pe ikkon haholonganta do. Tung so boi do hajahaton taluhonon dohot hajahaton. Holan na denggan do bahenon manaluhon na jahat. Tasukkun ma dirinta: “Olo do hita marpangalaho songon Jesus i?”

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, diajari Ho do hami manghaholongi dongannami, dohot angka muse pe ingkon haholongan do i. Nunga tangkas huboto hami poda dohot patikMi ale Tuhan, alai jotjot do hami ndang tolap mangulahonsa hombar tu lomo ni rohaM.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

Ende (sian Buku Ende no 449)
Diulak-ulakhon mangendehon muse sahat tu paradianan XII

PARadianan XII: Jesus Mate di Hau Pinorsilang

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L12: Mansai posi do mataniari. Mohop situtu do di inganan i. Nunga lam gale, lam maheu pamatang ni Jesus. Nunga tolu jom targantung Ibana di silang i. Ujungna marsoara na gogo ma Jesus nina: “Ale Amang, tu bagasan tanganMu ma hupasahat tondingHu”. Dung didok Jesus songon i, tos ma hosaNa.

(Hohom satongkin huhut marsinggang)

Sahat ro di na mate dipatudu Jesus do haunduhon ni rohaNa tu Debata Ama. Haunduhon ni Jesus on do na manaluhon dosa, jala paluahon hita. Nian tung mansai maol situtu do martoruk ni roha, lumobi di tingki gale manang susa rohanta. Nang pe songon i, nunga diajari Jesus hita asa tongtong unduk tu Debata Ama di ganup suhi dohot gulmit ni ngolunta sahat ro di na mate. Diajari Jesus do hita mangatusi na masa tu hita, ia hamatean i ndang ujung, ndang hapatean di ngolunta. songon eme, dung pe mate i asa lam godang parbuena. Tasungkun ma satongkin dirinta: Boha, tongtong do unduk hita tu Debata? Hea do manimbil hita sian dalan na pinatupa ni Debata?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, marunduk ni roha do Ho tu Debata, sahat ro di na mate di hau pinorsilang i. Hami pe olo do maniru haunduhon ni rohaMi. Alai jotjot do talu hami jala jotjot do husoadahon hami Ho. Mansai borat do dihilala Ho, molo husoadahon hami patikMi. Ujungna dipasahat Ho ma i sudena tu tangan ni Debata Ama. Di haunduhon sisongon on ma ale Tuhan, tangkas pangoloionMu tu Ama i di ulaon paluahon jolma manisia i. Sai anggiat ma sahat ro di na mate, olo hami mangulahon lomo ni rohaM.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN Buku ende 449)
Diulak-ulakhon mangendehon muse sahat tu paradianan XIII)

Domu ma tu silangMi, ima tioponhu. Asa unang lilu au, Ho ihuthononhu.

SilangMi Tuhanhi, ima pujionhu. Paima sogot sahat au, i endehenonhu.

Paradianan XIII: Dipatuat Jesus sian Silang

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L13: Nunga lam golap ari. Nunga godang jolma i mamereng sitaonon ni Jesus jala marmulakan nasida tu jabu nasida be. Holan piga-piga halak nama tongtong jongjong disi: rupani si Maria Ina ni Jesus i. Dipatuat ma Jesus siang silang i. Diabing si Maria ma bangke ni Jesus naung manorus i. Diulahon Maria do aha naung nihatahonna hian: “Na poso ni Tuhan i do ahu, sai saut ma tu ahu songon na nidokMi”. Patut jala tama do Maria gabe tiruan ni halak na porsea i. Dibagasan sitaonon ni Jesus, tongtong do jongjong ibana di lambungNa.

Barani do hita marhaporseaon songon si Maria i? Barani do hita manjalo dirinta songon halak na lea, na marsitaonon, na jotjot talu?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, mandok mauliate do hami tu Ho, ala dipatudu Ho do tu hami parngoluon ni halak Kristen na sintong. Olo jala rade do hami maniru si Maria. Lehon ma tu hami Tondi Porbadia, asa margogo jala barani hami gabe aleale ni dongan na marsitaonon, manjalo nasida sian nasa roha, songon Maria na mangabing bangke ni Jesus di abinganna. Urupi ma hami asa margogo manjalo  huhut pajonokhon diri tua angka jolma na lea, na pogos dohot na marsahit.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon muse sahat tu paradianan XIV)

Silang tanda haleaon,

gabe tanda hamonangan

dipatupa Tuhan i.

Paradianan XIV: Jesus Ditaruhon tu Udean

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L14: Nunga mate be Jesus. Ditaruhon ma Ibana tu udean jala ditanom. Masuk ma ibana tu hagolapon ni tanoman i. Alai di ari patoluhon hehe do Ibana. Ndang ujung ni ngoluNa hape hamatean i. Hehe do Jesus. Lapatanna nunga ditaluhon Ibana dosa dohot hamatean i.

Molo digoari do hita siihuthon Jesus, godang do sitaononta, gariada mate, alai hehe do muse songon Jesus. Mate do hita tu dosa, alai dosa porlu taluhononta. Olo do hita mate tu dosa? Barani do hita maninggalhon nasa rumang ni hajahaton na manginsombut di bagasan hajolmaonta?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, nunga bongot jala dihilala Ho hagolapon ni tanoman i. “Ingkon mate do eme i jala ditanom asa tubu, marurat huhut marparbue”. Jotjot do mabiar hami molo tahop sitaonon, biar roha tu hamatean dohot hagolapon ni hamatean. Nang pe nian huboto hami do, parbue ni silang na ampe tu abaranami do i. Bangkol rohanami mate tu dosa jala mangolu di Debata. Jotjot do marungutungut hami, molo ampe sitaonon nang pe lani hasalaannami do i nian. Marpamuati ma rohaM mida hami pardosa on dohot nasa panghorhon ni dosa na huae hami.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)

Tuhan Jesus Sipalua,

nunga mate laos ditanom,

alai hehe do muse.

Manomunomu Barita na Uli

P: Hamu ale angka dongan na hinaholongan!

Nunga tapaihutihut be dalan silang ni Tuhan i. Nunga taingot balga ni holong ni Debata maradophon hita jolma. Alai jotjot do ndang ungkap rohanta manjalo holong ni roha ni Debata hombar tu lomo ni rohaNa. Jotjot do ndang tolap hita manghaholongi Debata dohot dongan jolma. On ma angka dosanta. Sude dosa on mambahen lam ganjang dalan silang ni Jesus i, lam borat jala lam hansit parniahapanNa. Nian ndang pola ingkon mandele hita disi, alana Debata do tongtong mian di bagasan hita, Debata Sipangapul, Parasi jala Siparholong roha i. Tahilalahon ma satongkin hinabalga ni holong ni Debata maradophon hita, jala tasolsoli ma angka dosanta.

(Hohom satongkin)

P: Ale Debata, mansai holong do rohaM mida hami. Nunga ditompa Ho hami gabe anak haholonganMu. Di tingki madabu hami tu dosa, didapothon Ho do hami. Nunga disuru Ho AnakMi laho manobus hami. Sai anggiat ma hinadenggan ni rohaMi pabagashon holongnami dompak Ho. Lomo jala olo do hami unduk tu lomo ni rohaM, nang pe tahop sitaonon, hamatean dohot hagolapon tu hami songon naung nihilalahon ni Tuhan Jesus. Parmudumudu ma hami asa mangolu hombar tu ngolu ni Kristus AnakMi.

Sudena elekelek, pujian, tangiang pangidoan on hupasahat hami tu Ho, ale Amang, marhite Kristus, Tuhannami, na mangolu jala mangarajai raphon Ho dibagasan hasadaon ni Tondi Porbadia, nuaeng dohot tongtong sahat ro di saleleng ni lelengna

R: Amen.

P:

 

R:

Panjahaon sian Barita Na Uli ni Jesus Kristus (PJ)
Jamita na jempek (PJ)
Ende Pasahat Pelean (BETK 592)

 

2) Ndang boi patudoshonhu, basaM marnida ahu. Ai ho do Debatanghu, sumarihon ahu. Pasu-pasu ...

3) Boha do bahenonhu manjalo sian Ho. Na ramun do rohanghu, ai pardosa do. Pasu-pasu ...

4) O Ama na di surgo sai tatap anakMon. Na ro tu Ho mangido, basabasaMi. Pasu-pasu ....
 Mangido Pasupasu dohot Tangiang Parujungan

P: Martampak na uli ma hita

(olat ni na tarbahen)

laho manjalo pasupasu ni Tuhan i

(hohom satongkin)

P: Tuhan i mandongani hita

(huhut paherbanghon tangan)

R: Saonari sahat ro di saleleng ni lelengna

Dungi dilompit partogi ma tanganna huhut mandok:

P: Debata Pargogo Nasohatudosan jala Parasiroha i ma patoguhon huhut pahothon haporseaonta. Tuhanta Jesus Kristus i ma tongtong manggohi rohanta, jala Tondi Porbadia ma mandongani jala mangaramoti hita saluhutna,

Huhut mambahen tanda silang tu dirina sandiri

P:  (+) Di bagasan goar ni Ama, dohot Anak dohot Tondi Porbadia.

R: Amen.

PABORHATHON

P: (diendehon) Hamu ale angka dongan sahaporseaon

saonari nunga marujung ulaon partangiangan on, sai anggiat ma hata ni Tuhan naung tatangihon sadari on, mian di rohanta be, jala dapot tapatuduhon marhite parniulaanta tu sude jolma na di hasiangan on.

R: (diendehon) Mauliate ma di Debatanta. Amen, Amen, amen.


 

=== MANGIHUT MA ACARA SIAN NAGORI = = =

Kata-kata Sambutan
  1. Sian Undangan Pemerintah Kecamatan/Kabupaten (molo adong)
  2. Sian Ketua Panitia
  3. Sian Pengurus Lingkungan St. Laurentius Brindisi Sihemun Baru
  4. Sian Uluan HKBP Syalom
  5. Sian Pengurus GPDI Kampung Baru
  6. Sian GPP Getsemane Kampung Saroha
  7. Sian Uluan HKBP Sihemun
  8. Sian Maujana
  9. Sian Pangulu Sihemun Baru
Tangiang Mangan sian Uluan HKBP SYaLOM KAMPUNG BARU
RAP MARSIPANGANON

 

Facebook Comments

Membabat Akar Permasalahan Desa bersama Wahyu Anggoro Hadi

Panggungharjo dan Wahyu Anggoro Hadi adalah dua nama yang beberapa tahun terakhir menjadi buah bibir ketika kita membahas desa di Indonesia.

Yang pertama adalah sebuah desa mandiri di bilangan Bantul, Yogyakarta dengan beragam program yang terbukti membangun warganya. Yang kedua adalah kepala desanya.

Tentu saja, tidak ada yang terjadi kebetulan. Apalagi sesuatu yang too good to be true, pasti akan segera mendatangkan kritisisme di kepala kita.

Ini wajar.

Sesuai hukum inersia (kelembaman/kemalasan): Sesuatu yang tidak bergerak (kecepatan = nol), akan tetap dalam keadaan diam sampai ada gaya yang menyebabkannya bergerak.

Sesuatu yang nyaman akan sulit sekali berubah, sekalipun “yang nyaman” itu termasuk desa yang tidak pernah mandiri, kepemimpinan lokal yang korup dan kental politik kroni, tidak ada inisiatif negara untuk benar mengurusi desa, dan permasalahan desa lainnya.

Situasi ini pasti tidak asing bagi kamu yang tinggal di desa. Maka dapat kita sebut sebagai zona “nyaman”, meskipun sebenarnya semua orang menggerutu tentang bagaimana mereka tidak merasakan manfaat yang mereka duga patut dapatkan dari negara lewat desa. Semua orang mengkritiknya tetapi tidak ada yang mau menempuh resiko untuk mewujudkannya. Dengan kata lain, karena semua warga desa sama-sama merasa sama-sama “tidak nyaman” tetapi tidak ada yang mau mengubahnya, inilah justru zona nyaman sesungguhnya itu. Padahal, kalau mau maju, bukankah kita harus keluar dari zona nyaman (comfort zone) ini?

WAH!

Maka ketika kita mendengar kisah bagaimana pemerintah Desa Panggungharjo di bawah komando Kades Wahyudi Anggoro Hadi (WAH) berhasil

membebaskan pemeriksaan kehamilan dan biaya kelahiran,

menerapkan kebijakan satu rumah satu sarjana,

mewujudkan indeks hingga 73 persen warga bahagia dan menargetkan bisa mencapai 100 persen pada 2024,

sangat pantas kita menanyakan: bagaimana WAH melakukannya?

Pertanyaan ini kemudian mengajak kita untuk berfikir runtut dan kembali ke  realitas paling awal yang menjadi asal mula semua keruwetan di desa. Untuk bisa melakukan sesuatu yang kita duga sudah banyak orang mencoba melakukan tetapi tidak banyak yang berhasil atau malah tidak ada, pertanyaan yang harus dijawab sebelumnya: memangnya, apa saja permasalahan yang ada di desa?

Bersama Wahyu Anggoro Hadi, mari kita lihat satu persatu akar permasalahan desa yang umum terjadi di Indonesia. Semoga sesudahnya kita memiliki semangat yang sama untuk membabatnya segera. Jika pun tidak, setidaknya kita memiliki pemahaman yang lebih baik sehingga ketika diberi kesempatan, kita bisa mewujudkan niat baik memandirikan bahkan mem-berdaulat-kan desa.

Butuh Waktu Lama untuk Lahirnya Kesadaran Kolektif

Kerap butuh waktu yang lama bahkan sangat lama untuk sampai pada kesadaran kolektif  bahwa desa yang kita tinggali itu memiliki keunikan. Keunikan yang bisa dimanfaatkan jika warga mau memberdayakan diri dan memanfaatkan keunikan yang ada. Sampai kesadaran kolektif ini ada, jadi masuk akal bahwa apapun upaya untuk memajukan desa selalu gagal, atau tidak maksimal.

Dalam pengalaman Wahyudi, pengalaman kesadaran kolektif itu ditemukannya muncul di Kampung Dolanan justru datang dalam situasi kebencanaan, yakni 2006.

Transformasi Sosial Lebih Cepat jika Lewat Jalur Kekuasaan

Bagaimanapun, kekuasaan punya otoritas untuk memaksa orang berubah.

Sehebat apapun kiai atau pendeta tidak bisa memaksa tetangganya untuk shalat atau beribadah di gereja.

Tetapi kalau pemerintah yang memaksa harus pakai masker selama masa pandemi COVID – kalau tidak pakai masker bisa dipentungi – warga akan memakainya.

Melawan Politik Uang Itu Sulit

Semua orang di media sosial akan mencitrakan diri sebagai pihak yang anti terhadap politik uang. Tetapi, kita tahu sendirilah bagaimana kenyataan di lapangan berbicara seperti apa.

Jadi, faktanya uang memang bisa dan terbukti sering berhasil memenangkan kontestasi pemilihan kepala desa.

Untuk melawan ini, setidaknya calon kepala desa harus memenuhi prasyarat ini:

  1. tidak punya track record buruk: sebab ketika seorang calon kepala desa masih berada di luar kekuasaan, membangun narasi jujur bahwa ia sudah pernah berhasil melakukan ini itu di tempatnya berkarya selama ini, akan sulit.
  2. memiliki visi-misi yang memberikan gambaran yang membangun imajinasi warga desa: sebab imajinasi warga desa umumnya sangat singkat, melulu soal perbaikan jalan, bantuan tunai langsung dan sejenisnya. Sulit bagi warga untuk menerima imajinasi bagaimana
    menjadikan desa itu sebagai ruang hidup yang layak, patut dan bermartabat bagi semua warga bangsa
  3. untuk melakukan perlawanan terhadap politik uang, maka upaya yang kita keluarkan itu harus setara dengan uang yang kita lawan. Maka harus dikuantifikasi. Jika satu kali blusukan untuk mensosialisasikan visi misi ke sekelompok warga itu kita anggap senilai Rp 500 ribu (tempat, kopi, cemilan dan lain-lain) maka untuk melawan uang sebanyak 10 juta, kita harus melakukan blusukan seperti itu sebanyak 20 puluh kali.

Reformasi Birokrasi Desa Harus Dibangun mulai Fondasi hingga Selesai

Wahyudi meniatkan ini sejak pertama kali menerima jabatan sebagai kepala desa. Ia undangkan bahwa ia ingin

mewujudkan pemerintahan desa yang bersih transparan dan bertanggungjawab dalam rangka untuk mewujudkan masyarakat desa Panggungharjo yang demokratis, mandiri, sejahtera serta berkesadaran lingkungan.

Hal inilah yang dikerjakannya pada periode 5 tahun pertama, yakni menata kelola pemerintahan desa.

Prasyarat Kapasitas Pemerintah Desa

Kemudian menetapkan prasyarat bagi siapapun yang terpilih berikutnya haruslah memiliki kapasitas politik yang baik, lahir dari sebuah proses politik yang baik, setidaknya ikut menjaga proses politik sehingga
siapapun yang terpilih relatif punya prasyarat yang cukup untuk membangun desa.

Ini mencakup 5 kapasitas dasar:

  1. kapasitas regulasi (mengatur)
  2. kapasitas ekstraksi (mengumpulkan, mengerahkan dan mengoptimalkan aset-aset desa)
  3. kapasitas distributif (membagi sumberdaya desa secara seimbang dan merata sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat desa)
  4. kapasitas responsif (peka atau tanggap terhadap aspirasi atau kebutuhan warga masyarakat)
  5. kapasitas jaringan dan kerjasama (mengembangkan jaringan dan kerjasama dengan pihak-pihak luar)

Ini berarti seorang kepala desa harus belajar cepat dan cepat belajar. Dan semua kapasitas itu harus dibingkai dengan keteladanan. Jika tidak, sehebat apapun seorang pemimpin desa programnya tidak akan berjalan jika perangkat desanya tidak bisa berjalan cepat seperti dirinya.

Satu orang tidak mungkin menyelesaikan semua hal, tapi 1 orang sangat cukup menjadi penggerak penyelesaian banyak hal jika ia menunjukkannya lewat teladan.

Ketika Wahyudi terpilih akhir 2012, hingga pertengahan tahun 2015 ia masih membersihkan sendiri toilet kamar mandi di kantor kepala desa. Dengan sendirinya ini merambat pada perangkat desa lainnya.

Ini tidak mudah. Sebab orang akan berkata: “Ayo, taruhan. Dia kuat sampai berapa lama”

Sejak 1979, Negara Tidak Pernah Mengurusi Desa

Situasi ini terjadi karena sejak lama kultur birokrasi pemerintah kita memang lamban, korup dan bias kepentingan elit desa.

Ini bukan murni kesalahan perangkat desa. Ada persoalan mendasar yang menyebabkan  itu terjadi.

Sejak UU Nomor 5 Tahun 1979 desa tidak pernah diurusi oleh negara. Ada proses negara-isasi oleh Orde Baru, kemudian proses liberalisasi pada zaman Reformasi.  Ini yang menjadikan entitas politik yang ada di desa itu memang sengaja dilemahkan.

Contoh konkret: sebelum tahun 2014 kira-kira berapa tahun sekali perangkat desa dilatih oleh Pemerintah Kabupaten? Hampir tidak pernah.

Begitulah berlangsung hingga 20-an tahun. Tidak pernah diurus.

Tidak Ada Jenjang Karir dalam Sistem Pemerintahan Desa

Ketika seseorang masuk sebagai seorang Kaur (Kepala Urusan), maka sampai ia lumutan akan terus menjadi Kaur. Ini susah ditingkatkan.

Birokrasi ini yang harus direformasi. Tetapi yang perlu dipahami ialah reformasi yang dimaksud tidak persis seperti tingkatan karir seperti kita bekerja di perusahaan, tetapi memperluas dimensi pelayanan publik.

Hal yang paling substantif itu adalah merubah pola relasi antara warga desa dengan pemerintah Desa karena selama ini relasinya itu relasi administratif. Hampir tidak ada alasan lain bagi warga desa dan pemerintah desa di luar urusan KTP, mau menikah dan mengurus sertifikat tanah.

Maka, relasi harus diperluas menjadi dimensi pelayanan publik. Tidak hanya administrasi publik, tetapi juga pelayanan barang dan jasa publik.

Misalnya, ketika ada seorang anak yang putus sekolah, ini harusnya menjadi urusan negara. Ketika ada ibu hamil, maka akses layanan kesehatan adalah urusannya negara. Sebagai entitas negara terakhir, maka Desa-lah yang harus melakukannya.

Dengan situasi ini, maka mendirikan BumDes menjadi pilihan logis. Ini upaya rasional untuk berdamai dengan mindset bahwa layanan publik adalah semata layanan instansi publik alias administrasi publik. Sebab untuk menampung pelayanan barang dan jasa publik, perlu tata kelembagaan desa yang bisa mewadahinya, tidak mungkin semuanya dibebankan kepada perangkat desa.


 

 

Facebook Comments

Sermon on Week XIV of Ordinary Time 2024

TAKING UP THE CROSS

PREACHER: Frater Arnoldus Siagian

“Anyone who wants to follow me, he must deny himself, take up the cross and follow me.”

Dear brothers and sisters,

Today in the Gospel, Jesus greets us through many teachings. Jesus did not want His followers to misunderstand his presence and existence. He did that through his teaching words and miracles such as healing the deaf, the blind and so on.

Because at the time there hardly any people who really understood about Jesus’ Messianism. From the beginning the apostles saw Jesus as a political leader. Jesus knew this. This is why Jesus taught the people, especially the apostles, so hard. The goal is to make sure the people have the right motivation in following Jesus and so that they can understand Jesus’ Messianism from ones’ own direct encounters with Him, not mainly because of other people’s reports.

When Jesus asked to apostles who are Jesus for them, Peter answered “Messiah”. Peter’s answer showed that the apostles slowly understood God’s statements in Jesus’ works and words. Indeed, Peter’s understanding of Jesus was not yet perfect. Peter recognized Jesus as the Messiah, but not the Messiah who suffered and died on the cross. Then, Jesus corrected Peter’s concept of Messianism he had in Jesus. At the first place, it was Peter’s own point of view. But, then it was shifted to God’s point of view.

It is that Jesus was sent by God His father into this world, not to merely please the mind and the desire of human, but to save human from their sinfulness through His suffering, cross, death and rising. In the Gospel, Jesus also said, “every one who wants to follow Me must deny him self and take up the cross and follow Me. For whoever wants to save his life will lose it, but whoever loses his life for My sake and for the sake of the Gospel will safe his life. “

Dear brothers and sisters,

Jesus said this so that we as His followers bravely bear our own crosses and not fearful of insults, rejections and bullies. So that we may encourage ourselves to stand with the work of salvation that Jesus brings. This is our main starting point in our seemingly endless journey from our humanity up to the throne of His Kingdom. This vocation postulates sacrifices that is moved by our original experience of being loved by God Himself and our own authentic encounter with God.

Doing so, dear brothers and sisters, We should understand how important it is for us to experience the presence of God within ourselves and realize His work of salvation provided for us. For that, as Catholics, we need to deny ourselves for the way of life which is appropriate and worthy in God’s eyes. We need to live by God and with God by diligently praying, going to the Church, doing our jobs, living in love and peace, supporting each other to move forward together.

This kind of way of life surely requires us to lower the position of our own personal interests for the good of the community. The good of all is the first priority. It is not easy of course. Therefore, let us ask the strength from Lord Jesus, who has sacrificed His life first for our salvation. Have a trust, asking for God’s strength and mercy: we will be enabled to create a way of life that God Himself prefers.

God bless us. Amen.


Ini adalah teks kotbah/renungan dalam Bahasa Inggris yang disusun, diterjemahkan dan disampaikan oleh seorang calon imam diosesan Keuskupan Agung Medan, Frater Arnoldus Siagian. Saat ini Arnoldus berada pada formasi awal pembinaan calon imam sebagai seorang frater Pra-TOR (Pra-Tahun Orientasi Rohani).

Sebagai calon imam yang baru saja menamatkan pendidikan dari SMA Seminari Menengah, maka patut diduga mereka belum dibekali dengan cukup terkait pengetahuan filsafat dan teologi yang perlu untuk itu. Maka, guna memastikan ortodoksi dengan ajaran Gereja, maka sebelum kami – frater pembawa renungan dan Saya – menterjemahkan dan melatih cara penyampaiannya, maka terlebih dahulu setiap teks diperiksa dan dikoreksi oleh Pastor pendamping (chaplain), entah oleh Pastor Rektor Pra-TOR RD Johannes Sihombing atau oleh Magister Spiritualis RD Anton Nguyen van Viet.

Sesuai dengan maksud dari tulisan ini, maka artikel ini dapat pembaca gunakan menjadi sarana untuk memberikan masukan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang kami lakukan sehingga terjadi penyempurnaan berkelanjutan.

Saran terkait apa saja? Kita boleh menyasar aspek manapun dari sebuah kotbah: aspek penyampaian (delivery), isi, struktur atau bahkan aspek teknikal seperti gestur, pengucapan dan pelafalan dan sejenisnya. Saran dan diskusi membangun selalu penting dan berguna, sebagaimana yang kita semua harapkan terjadi pada semua institusi pendidikan, terutama pembinaan calon imam kita. Bagaimanapun, pembinaan calon imam sekarang akan ikut menentukan keberlangsungan Gereja di masa depan.

Video penyampaian kotbah ini dapat kita saksikan di kanal Youtube SPP Kabanjahe.

Facebook Comments

Sermon on Week XXIII of Ordinary Time 2024

EFFATA

Happy Sunday to all of us,

Dear brothers and sisters,

Today God greets us through the readings we have heard. God invites us to be aware of our actions and faith. God also invites us to open ourselves to realize God’s grace that we have received.

In the Gospel, we are told the story in which Jesus healed a deaf and stuttering man in an unusual way. Firstly, Jesus separate Himself from the crowd then put His fingers in his ears, then spat and touched the man’s tongue. Then, Jesus looked up into heaven and said: “Efata!”, which means: “Be open!” Then, a miracle happened. The person suddenly could hear and his mouth could move and spoke.

Dear brothers and sisters,

Through this story, Jesus did not only heal the man’s stuttering and deafness, but also opened his heart to be open to Jesus. This was evident from his testimony to the crowd. After his full recovery, he never stopped talking about the power and work of Jesus that he has experienced. And that action of him brought people into amazement.

“Efata!” Be open!

This saying also applies to all of us who gather here in this church. Therefore, my brothers and sisters, let us open our hearts and minds to the Word of God and be thankful for all His graces we have everyday received in our daily lives.

“Efata!” Be open!

This means that we should not close ourselves from our very concrete reality and plurality. We are told not to discriminate people, precisely like the message of the second reading. For this, let us not be picky in making friends and well behave to any kinds of surrounding neighbors, just because someone is richer than others, more educated than others, and so on. Instead, we are invited to really treat all people equally because all humans are the images of God. For that to happen, we should understand that openness also means sincere acceptance to ourselves and our fellow human beings.

God bless us. Amen.


Ini adalah teks kotbah/renungan dalam Bahasa Inggris yang disusun, diterjemahkan dan disampaikan oleh seorang calon imam diosesan Keuskupan Agung Medan, Frater Owen Rizky Damanik. Saat ini Owen berada pada formasi awal pembinaan calon imam sebagai seorang frater Pra-TOR (Pra-Tahun Orientasi Rohani).

Sejak awal – Saya sebagai pengajar Bahasa Inggris dan para frater tersebut – menyepakati untuk menantang diri untuk mencoba melakukan hal-hal baru dalam Bahasa Inggris. Kesepakatan ini adalah buah dari keinginan dari Owen dan teman seangkatannya untuk terus mengasah kemampuan berbahasa Inggris mereka melalui praktek dan/atau proyek yang berkaitan dengan tugas-tugas mereka di masa depan ketika mereka ditahbiskan sebagai imam. Berkotbah atau menyampaikan renungan adalah salah satunya.

Harapannya, mereka semakin terdorong dan percaya diri untuk semakin total memberi diri dalam target jangka panjang, yakni “to immerse oneself into English” sebagai konsekuensi konret dari keinginan untuk menguasai Bahasa Inggris (mastering English) sedemikian sehingga nanti di masa depan mereka dapat berkomunikasi secara aktif.

Sebagai calon imam yang baru saja menamatkan pendidikan dari SMA Seminari Menengah, maka patut diduga mereka belum dibekali dengan cukup terkait pengetahuan filsafat dan teologi yang perlu untuk itu. Maka, guna memastikan ortodoksi dengan ajaran Gereja, maka sebelum kami – frater pembawa renungan dan Saya – menterjemahkan dan melatih cara penyampaiannya, maka terlebih dahulu setiap teks diperiksa dan dikoreksi oleh Pastor pendamping (chaplain), entah oleh Pastor Rektor Pra-TOR RD Johannes Sihombing atau oleh Magister Spiritualis RD Anton Nguyen van Viet.

Oh iya. Sesuai dengan maksud dari tulisan ini, maka artikel ini dapat pembaca gunakan menjadi sarana untuk memberikan masukan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang kami lakukan sehingga terjadi penyempurnaan berkelanjutan.

Saran terkait apa saja? Kita boleh menyasar aspek manapun dari sebuah kotbah: aspek penyampaian (delivery), isi, struktur atau bahkan aspek teknikal seperti gestur, pengucapan dan pelafalan dan sejenisnya. Saran dan diskusi membangun selalu penting dan berguna, sebagaimana yang kita semua harapkan terjadi pada semua institusi pendidikan, terutama pembinaan calon imam kita. Bagaimanapun, pembinaan calon imam sekarang akan ikut menentukan keberlangsungan Gereja di masa depan.

Video penyampaian kotbah ini dapat kita saksikan di kanal Youtube SPP Kabanjahe.

Facebook Comments

Sermon on Week XXII of Ordinary Time 2024

SINCERE HEART

PREACHER: FrATER Brain Septianus Haloho

All of us must have ever carried out our activities merely as a formality. Expression “as long as the boss is happy” is one of effective way to deceive ourself and others. As a result, when we are told to do something, we do not sincerely love the job. We only “appear to be doing the work”, but in our hearts, we are grumbling about doing it.

My beloved brothers and sisters,

Today’s Gospel, Mark chapter 7 verses 1 to 8 entails the criticism that Jesus addressed to the Pharisees. “Jesus’ criticism” was motivated by “The hypocrisy of the Pharisees”. The Pharisees were very rigid and strictly adhered to the traditions of their ancestors. So, it makes sense that Jesus was angry. Because, they are prioritized human tradition over God’s commandments. As a result, everything they do and say is a “mask and bullshit”. Not pure from their hearts.

Condemnation on unfaithfulness is also delivered by Moses as we have heard in today’s first reading from the book of Deuteronomy. Moses also emphasized that the Israelites should adhere to God’s commandments, without reducing or adding any other part on it. Because if the Israelites were determined to add or to subtract the God’s law outside of His provisions, then it is clear that their aim in doing this is to glorify themselves. Not to glorify our God.

My beloved brothers and sisters,

Now our reflection is “Have we really listened and carried out God’s law? What is actually our reason for carrying out God’s law? For His glory? or For our own glory?” This criticism from Jesus was also conveyed to us. We were invited by Jesus to really believe in Him. We were invited to always be openly and appear as we are when doing something. In fact, He invited us to face difficulties and challenges in our lives.

Jesus’ criticism is in accordance with today’s second reading, that is taken from The Letter of James. James the Apostle emphasizes that all of us should be the doers of His Word. Not only hearers. But we are also asked to implement His Word in our daily lives. In another word, Word of God today invites us to stop looking the difficulties as things that can not be solved. Instead, let us stop deceiving ourself and start believing the process that we initiate from the first place.

Therefore, anything that come out from our hearts: words, actions, and our attitude are the reflection and the depth of our understanding in believing God. The more we complain, the more we doubt Him. The other way around, the more we express gratitude wholeheartedly, the more we represent and reappear Him as the source of truth, salvation, and purity.

My beloved brothers and sisters,

Those are the values that we should promote in our daily lives. May God bless us in our endeavor to do good things and preserve good values.

Amen.


Ini adalah teks kotbah/renungan dalam Bahasa Inggris yang disusun, diterjemahkan dan disampaikan oleh seorang calon imam diosesan Keuskupan Agung Medan, Frater Brain Septianus Haloho.

Video penyampaian kotbah ini dapat kita saksikan di kanal Youtube SPP Kabanjahe.

Facebook Comments

Sermon on Week XXI of Ordinary Time 2024

preacher: Frater noza ginting

Don’t Just Put in Your Mouth

My beloved brothers and sisters,

On this 21st Sunday in Ordinary Time we should be awakened by the Word of God to realize our faith in our daily lives. In today’s first reading we learn that the covenant of Shechem is a continuation of the Sinai covenant. The bestowal of the promised land was a continuation of the liberation from slavery. The Israelites realized that they were the chosen people so they told the prophet Joshua, they would not leave God.

Well, now the agreement also applies to us. Jesus Christ saved us by laying down His life for us. He has fulfilled His promise while we have not fully fulfilled our promise not to leave God by not sinning again.

In today’s second reading specifically reminds husband and wife of their marriage vows. In the Apostle Paul’s letter to the people in Ephesus, he emphasized that the love of husband and wife must show similarities with Christ’s love for His Church.

This love is a love that is willing to sacrifice, a love that sanctifies and a love that gives attention. Let’s look back to the book of Genesis where God took one of Adam’s ribs to make Eve. Why should the ribs be taken? Aren’t there other bones like leg bones or hand bones? Women were made from ribs with the intention that men would love women because ribs are close to the heart which has the meaning of love. We can give without having to love someone, but there is no way we can love someone without giving them anything.

In today’s Gospel reading, we as believers are expected not to follow the students
who withdrew. We know that faith is not just said, but also to be realized in real
life. Faith carries severe consequences; one concrete example is that when we are active in the Church we are said to be self-righteous. The lack of courage to bear the consequences is what drives the disciples to resign and no longer follow Christ. Why? Because our tendency is to look for our own comfort zone. Whereas, following Jesus requires us to get out of our comfort zone.

To come to know Christ requires personal effort and most importantly God’s grace. The effort we can make is to love one another both within the family, community, church and state. If we cannot love our fellow human beings who are visible in this world, how can we love the invisible God. So, let us show our faith in our daily lives by faithfully following His path. Remember the letter of James which says that faith without works is essentially dead. Lord Jesus bless us all.

Amen.


Ini adalah teks kotbah/renungan dalam Bahasa Inggris yang disusun, diterjemahkan dan disampaikan oleh seorang calon imam diosesan Keuskupan Agung Medan, Frater Noza Nazarius Ginting Suka. Noza saat ini berada pada formasi awal pembinaan calon imam sebagai seorang frater Pra-TOR (Pra-Tahun Orientasi Rohani).

Guna memastikan ortodoksi dengan ajaran Gereja, maka sebelum kami – frater pembawa renungan dan Saya – menterjemahkan dan melatih cara penyampaiannya, maka terlebih dahulu setiap teks diperiksa dan dikoreksi oleh Pastor pendamping (chaplain), entah oleh Pastor Rektor Pra-TOR RD Johannes Sihombing atau oleh Magister Spiritualis RD Anton Nguyen van Viet.

Oh iya. Sesuai dengan maksud dari tulisan ini, maka artikel ini dapat pembaca gunakan menjadi sarana untuk memberikan masukan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang kami lakukan sehingga terjadi penyempurnaan berkelanjutan.

Saran terkait apa saja? Kita boleh menyasar aspek manapun dari sebuah kotbah: aspek penyampaian (delivery), isi, struktur atau bahkan aspek teknikal seperti gestur, pengucapan dan pelafalan dan sejenisnya. Saran dan diskusi membangun selalu penting dan berguna, sebagaimana yang kita semua harapkan terjadi pada semua institusi pendidikan, terutama pembinaan calon imam kita. Bagaimanapun, pembinaan calon imam sekarang akan ikut menentukan keberlangsungan Gereja di masa depan.

Video penyampaian kotbah ini dapat kita saksikan di kanal Youtube SPP Kabanjahe.

Facebook Comments

There Is Something Great Happen At 6 A.M. Everyday in the Church: Come and See for Yourself

COME TO ME

PREACHER: Frater Dimas Sembiring Brahmana

My lovely brothers and sisters,

There is a story about a strong women, her name is Ibu Mirna. She is fourty years old and she is a Catholic from Saint Peter and Paul Parish Kabanjahe. Ibu Mirna is a kind person, humble, and very honest. After her husband passed away eight years ago, Ibu Mirna take the role as the “back bone” in her family. Even though she is thin, she must work ten hours every day in the field as a farmer.  Sometimes she makes cassava chips to increase her income and help her family.
To afford her six children, Ibu Mirna often fell stress. Sometimes she hates her fate. However, Ibu Mirna never stop working, still conscious and always try to come up from her problems.

My lovely brothers and sisters,

When you have a problem in your life, can you still be conscious and consistent like Ibu Mirna? Or do you stay in your sadness? What do you think about her spirit? From where does she get her spirit? Turns out, the power and spirit that she has are sourced from Eucharist that she attend every morning in Saint Peter and Paul Parish. In all her burdens and responsibility that many times depress her, Ibu Mirna still manages to gain the spirit and strength from the Body and Blood of Jesus Christ. Thus, Eucharist becomes the source of her strength to keep struggling for her family.

My lovely brothers and sisters,

The story of Ibu Mirna invited us to involved our God in our life. I am inspired from the Gospel. Matthew 11 verse 28 until 29 says

“… come to Me all you that are weary and are carrying heavy burdens, and I will give you rest. Take my yoke upon you and learn from Me, for I am gentle and humble in heart, and you will find rest for your souls …”.

As a social being, can we involve God in our daily life? Yes, we can and we should. The people often become arrogant. We think that we can carry all the burdens all by ourselves, until all of our efforts failed. For that, my brothers and sisters, we must give our life to God. We can ask Him to lead our life, to hold His hand, and trust Him.

Sometimes we are also arrogant. We forget to fill ourselves with prayer and Eucharist. We bring tremendous ambitions along with us to produce money. We spend almost every time that we had. We do not reserve time to attend Eucharist. As a Catholic, we know that the Eucharist is the source and the culmination of our expression of faith. We delve too much into our routines; doing our things in Pajak, our jobs at the office and so on, all the activities that separate us from God.

I invite all of us to take a break from your activity. For a moment, take a deep breath. Try to remember all the experiences that we have been through. Start realizing God’s presence in our life.

My brothers and sisters,

We know that in our Parish, Saint Peter and Paul Kabanjahe, our priests celebrate the Eucharist everyday in the morning at six o’clock. The number of the
congregation tend to get lower and lower.

So, I invite all of us to be like Ibu Mirna. She always surrender her life to our God. We can do the same: surrendering our lives to God through Eucharist.

The last but not the least, let us be honest, aware and conscious that as Catholics we are asked to go to Church and attend the Eucharist. Our busy schedule and routines are not excuses to stop attending the Mass, loving God and giving our life to Him. Simply because, as Gospel Matthew said, God is the Giver of reliefs to all the problems we face in our daily lives.

Lord Jesus bless us all.

Amen.


Ini adalah teks kotbah/renungan dalam Bahasa Inggris yang disusun, diterjemahkan dan disampaikan oleh seorang calon imam diosesan Keuskupan Agung Medan, Frater Dimas Sembiring Brahmana. Saat ini Dimas berada pada formasi awal pembinaan calon imam sebagai seorang frater Pra-TOR (Pra-Tahun Orientasi Rohani).

Sejak awal – Saya sebagai pengajar Bahasa Inggris dan para frater tersebut – menyepakati untuk menantang diri untuk mencoba melakukan hal-hal baru dalam Bahasa Inggris. Kesepakatan ini adalah buah dari keinginan dari Dimas dan teman seangkatannya untuk terus mengasah kemampuan berbahasa Inggris mereka melalui praktek dan/atau proyek yang berkaitan dengan tugas-tugas mereka di masa depan ketika mereka ditahbiskan sebagai imam. Berkotbah atau menyampaikan renungan adalah salah satunya.

(Masih ada beberapa proyek lain. Ingatkan Saya untuk tetap memberi update tentang proyek-proyek mereka. Jangan ragu: Semua orang beriman memiliki hak dan kewajiban untuk memberi perhatian pada pembinaan calon imam mereka).

Harapannya, mereka semakin terdorong dan percaya diri untuk semakin total memberi diri dalam target jangka panjang, yakni “to immerse oneself into English” sebagai konsekuensi konret dari keinginan untuk menguasai Bahasa Inggris (mastering English) sedemikian sehingga nanti di masa depan mereka dapat berkomunikasi secara aktif.

Sebagai calon imam yang baru saja menamatkan pendidikan dari SMA Seminari Menengah, maka patut diduga mereka belum dibekali dengan cukup terkait pengetahuan filsafat dan teologi yang perlu untuk itu. Maka, guna memastikan ortodoksi dengan ajaran Gereja, maka sebelum kami – frater pembawa renungan dan Saya – menterjemahkan dan melatih cara penyampaiannya, maka terlebih dahulu setiap teks diperiksa dan dikoreksi oleh Pastor pendamping (chaplain), entah oleh Pastor Rektor Pra-TOR RD Johannes Sihombing atau oleh Magister Spiritualis RD Anton Nguyen van Viet.

Oh iya. Kotbah yang disusun oleh Dimas ini – Saya hanya membantu menterjemahkan dan melatih penyampaiannya – cukup menarik sebab Dimas benar-benar berusaha untuk menerapkan struktur formal dalam kotbah Katolik yang baik yang sering dikenal dengan struktur 3-Is, yakni

  • to illustrate,
  • to instruct, and
  • to invite

Terutama pada bagian ilustrasi, meminjam nama ‘Ibu Mirna’ alih-alih mempertahankan anonimitas, ternyata tidak hanya membuat ilustrasi ini mudah dipahami sebagaimana layaknya setiap upaya untuk membuat pesan lebih hidup melalui metode bertutur (storytelling), tetapi juga semakin mendaratkan kotbah sehingga umat merasa relevan dengan isinya.

Anyway, who the heck is Ibu Mirna though?”, you might ask. Tetapi fokusnya bukan itu. Siapapun sosok Ibu Mirna yang dibayangkan oleh Dimas tidak lagi menjadi poin utama, melainkan relevansi dari kisah ilustrasinya membuat umat merasa: “Oh iya. Saya juga seperti Ibu Mirna. Pesannya relevan dengan apa yang Saya alami juga”. Kupikir, jika ilustrasi sudah relevan, maka tugas berikutnya untuk menyampaikan ajaran Gereja sesuai ortodoksi yang lurus akan lebih mudah. Dalam konteks kotbah ini, Dimas mengajak umat Katolik untuk mengikuti perayaan Ekaristi setiap hari jam 6 pagi di Gereja Paroki Santo Petrus dan Paulus Kabanjahe.

Meski demikian, sesuai dengan maksud dari tulisan ini, maka artikel ini tetap dapat pembaca gunakan menjadi sarana untuk memberikan masukan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang kami lakukan sehingga terjadi penyempurnaan berkelanjutan.

Saran terkait apa saja? Kita boleh menyasar aspek manapun dari sebuah kotbah: aspek penyampaian (delivery), isi, struktur atau bahkan aspek teknikal seperti gestur, pengucapan dan pelafalan dan sejenisnya. Saran dan diskusi membangun selalu penting dan berguna, sebagaimana yang kita semua harapkan terjadi pada semua institusi pendidikan, terutama pembinaan calon imam kita. Bagaimanapun, pembinaan calon imam sekarang akan ikut menentukan keberlangsungan Gereja di masa depan.


Post Scriptum:

This is a late post. This sermon was delivered almost a year ago. Somehow, due to several limitations on my behalf, I have been only able to publish its update this content to all of you my dear readers. Mistakes are on my side.

Video penyampaian kotbah ini dapat kita saksikan di kanal Youtube SPP Kabanjahe.

Facebook Comments

Sermon on the Indonesian Independence Day 2024: “Don’t Forget Your Obligations”

Don’t Forget Your Obligations

Preacher: Frater Noza Nazarius Ginting Suka

MERDEKA!!!

My beloved brothers and sisters,

We should be grateful for the increasing age of our nation today. This independence is the result of the hard work of the heroes who were willing to  sacrifice everything for this nation. It is only right that we continue their struggle  by filling this Independence. However, in reality many people  today blame this Independence. Especially people who have positions in government who sometimes forget their obligations and often act based on lust.

This independence is God’s gift to the Indonesian nation. With independence, we envision a country that is united, sovereign, just and prosperous. Therefore, it is appropriate for people who hold positions in government to strive to promote general welfare, make the life of the nation intelligent, and provide a sense of security for the citizens of their nation. In accordance with the advice from the book of Sirach which is the first reading today.

Jesus answer to those who wanted to test Him in today’s Gospel reading should make us aware that we tend to forget our obligations; we only remember our rights. We forget our obligations both as God’s people and as Indonesian citizens.

A concrete example that can be seen in everyday life is where we only ask God to grant our requests and ask the government to listen to the voice of the people; but we forget to do our duty to dedicate our lives to God and help government programs. We already have a perfect model to imitate, namely Christ who did not forget His obligations.

Let us dedicate our lives to God and honor our heroes by filling this Independence. The steps we can take are: fighting for justice and love; fostering unity and harmony, both within the family and within this nation. Don’t ask what God has given us because in fact He has given us a lot, including our breath of life; but ask what we have done for God. Also don’t ask what this country has given you but ask what you have given to your country. So that at the age of 79 years of our nation’s founding we can focus on preparing ourselves for a “Golden Indonesian” later.

Happy Independence Day.

Lord Jesus bless us all.

Amen.


Post Scriptum:

This is a late post. This sermon was delivered almost a year ago. Somehow, due to several limitations on my behalf, I have been only able to publish its update this content to all of you my dear readers. Mistakes are on my side.

Ini adalah teks kotbah/renungan dalam Bahasa Inggris yang disusun, diterjemahkan dan disampaikan oleh seorang calon imam diosesan Keuskupan Agung Medan, Noza Nazarius Ginting Suka. Saat ini Noza berada pada formasi awal pembinaan calon imam sebagai seorang frater Pra-TOR (Pra-Tahun Orientasi Rohani).

Sejak awal – Saya sebagai pengajar Bahasa Inggris dan para frater tersebut – menyepakati untuk menantang diri untuk mencoba melakukan hal-hal baru dalam Bahasa Inggris. Kesepakatan ini adalah buah dari keinginan dari Noza dan teman seangkatannya untuk terus mengasah kemampuan berbahasa Inggris mereka melalui praktek dan/atau proyek yang berkaitan dengan tugas-tugas mereka di masa depan ketika mereka ditahbiskan sebagai imam. Berkotbah atau menyampaikan renungan adalah salah satunya.

(Masih ada beberapa proyek lain. Ingatkan Saya untuk tetap memberi update tentang proyek-proyek mereka. Jangan ragu: Semua orang beriman memiliki hak dan kewajiban untuk memberi perhatian pada pembinaan calon imam mereka).

Harapannya, mereka semakin terdorong dan percaya diri untuk semakin total memberi diri dalam target jangka panjang, yakni “to immerse oneself into English” sebagai konsekuensi konret dari keinginan untuk menguasai Bahasa Inggris (mastering English) sedemikian sehingga nanti di masa depan mereka dapat berkomunikasi secara aktif.

Sebagai calon imam yang baru saja menamatkan pendidikan dari SMA Seminari Menengah, maka patut diduga mereka belum dibekali dengan cukup terkait pengetahuan filsafat dan teologi yang perlu untuk itu. Maka, guna memastikan ortodoksi dengan ajaran Gereja, maka sebelum kami – frater pembawa renungan dan Saya – menterjemahkan dan melatih cara penyampaiannya, maka terlebih dahulu setiap teks diperiksa dan dikoreksi oleh Pastor pendamping (chaplain), entah oleh Pastor Rektor Pra-TOR RD Johannes Sihombing atau oleh Magister Spiritualis RD Anton Nguyen van Viet.

Oh iya. Ada yang unik dengan sosok frater yang satu ini. Saat perkenalan pada pertemuan pertama di kelas, sebenarnya Noza mengaku bahwa ada banyak hal yang dialaminya di masa lalu yang membuat dia tidak begitu tertarik untuk belajar Bahasa Inggris. Namun, setelah mendengar bahwa sebagai calon imam diosesan yang oleh Uskup diminta untuk serius belajar terutama sebagai persiapan atas banyak hal untuk tugas-tugasnya sebagai imam di masa depan kelak, Noza menawarkan diri untuk tampil pertama kali di antara para frater Pra-TOR angkatan 2024/2025. Seperti biasa: another credit for any student who show initiative. Good job.

Sesuai dengan maksud dari tulisan ini, maka artikel ini dapat pembaca gunakan menjadi sarana untuk memberikan masukan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang kami lakukan sehingga terjadi penyempurnaan berkelanjutan.

Saran terkait apa saja? Kita boleh menyasar aspek manapun dari sebuah kotbah: aspek penyampaian (delivery), isi, struktur atau bahkan aspek teknikal seperti gestur, pengucapan dan pelafalan dan sejenisnya. Saran dan diskusi membangun selalu penting dan berguna, sebagaimana yang kita semua harapkan terjadi pada semua institusi pendidikan, terutama pembinaan calon imam kita. Bagaimanapun, pembinaan calon imam sekarang akan ikut menentukan keberlangsungan Gereja di masa depan.


Video penyampaian kotbah ini dapat kita saksikan di kanal Youtube SPP Kabanjahe.

Facebook Comments

Kotbah Hari Minggu Paskah VII (Hari Komunikasi Sedunia 2025): “Ut Omnes Unum Sint”

Sermon on the World Communication Day 2025

“Ut Omnes Unum Sint”
(That They May All Be One)

My beloved brother and sisters,

Through words we express all our affections, thoughts, and all other things that we can understand. That is what we called by “communication”, the process in which we share our thoughts and ideas in a way that we understand and connect to each other. However, in today’s world there are kinds of communication and unfortunately some of them turn out to head another way.

Dear brothers and sisters,

The world we know today faces various events and sadly conflicts are many among them. The term “battle” does not only the old school physical place, but also occur in mind, words, and deeds that often result in unending chaos. This kind of realisation make the communication appear allegorically as “two-bladed knife”: is it a unifying device or the other way around, a dividing means?

Brothers and sisters in Christ,

“We must first listen” said Pope Francis following an extract from the message of His Holiness on the occasion of the 50th World Communication Day celebrated on 8th May 2016. The exact same message is also pronounced by His Holiness Pope Leo (the) XIV, congratulating to Napoli football club in Italy, when he emphasizes the importance of the unifying spirit in football just like any other sport due to their philosophy and core values. As Catholics we do not regard this saying as a source for controversy but rather as a beautiful example that even as the highest leader of more than one million of Catholic faithful around the world, representing the whole Church he truly listens to what happen with his people. Only after listening to the joy and sorrow of the people, the Church later gives response. On this case it is Pope Francis to the football fans.

In today’s reading of the mass the Church teaches us through the example of Saint Stephen when he responded to those people who despised him, mocked him, and even scorned him with stones. Saint Stephen talked to them with mercy and compassion, not with anger. Even stoned, he did not curse but he begged for mercy upon them because he was full of Holy Spirit. This story might sound cool yet it is so hard to do. In our reality nowadays many people easily offended, almost by anything, and when they feel so, usually, they strike back straight-forward without pausing for a minute to take discernment on what should be done instead.

Brothers and sisters,

People tend to react rather than to respond. What is the difference on those two? Reaction is spontaneous, many times without filters. Meanwhile responding means listening first, giving a fair thought about what is really happening and then and only just then we decide what kind of answer we should reply or not giving any verbal reply at all. This is important so that we are not easily triggered and to keep everything under control.

Beloved brothers and sisters,

As believer we should have love and compassion and communicate using those Christian values. In Revelation, the Church reminds us that Jesus did not leave us in confusion and fear. Jesus clearly said all God’s promises without fear. His way of communicating is convincing and comforting. This should enlighten us on how we communicate on daily basis in which we are bombarded by hoaxes, panicked messages, evil propaganda, and kinds of them: we are called to be the bearer of good news. And what is the good news? It is that Jesus is alive and he will come again.

My beloved brothers and sisters,

We are all unified in Christ. The preaching we deliver in our life eventually will unite us all. Let us together be the preacher full of love and compassion, not judging but giving hope and encouragement instead. May Lord Jesus always be with us, accompanying us in our unending pilgrimage.

Lord Jesus bless us. Amen.


Ini adalah teks kotbah/renungan dalam Bahasa Inggris yang disusun, diterjemahkan dan disampaikan oleh seorang calon imam diosesan Keuskupan Agung Medan, Frater Antonius Sagala. Saat ini Antonius berada pada formasi awal pembinaan calon imam sebagai seorang frater Pra-TOR (Pra-Tahun Orientasi Rohani) di Kabanjahe.

Sejak awal – Saya sebagai pengajar Bahasa Inggris dan kedua belas frater tersebut – menyepakati untuk menantang diri untuk mencoba melakukan hal-hal baru dalam Bahasa Inggris. Yang belum pernah mereka alami di Seminari Menengah. Kesepakatan ini adalah buah dari keinginan dari Antonius dan teman seangkatannya untuk terus mengasah kemampuan berbahasa Inggris mereka melalui praktek dan/atau proyek yang berkaitan dengan tugas-tugas mereka di masa depan ketika mereka ditahbiskan sebagai imam. Berkotbah atau menyampaikan renungan adalah salah satunya.

(Masih ada beberapa proyek lain. Ingatkan Saya untuk tetap memberi update tentang proyek-proyek mereka. Jangan ragu: Semua orang beriman memiliki hak dan kewajiban untuk memberi perhatian pada pembinaan calon imam mereka).

Harapannya, mereka semakin terdorong dan percaya diri untuk semakin total memberi diri dalam target jangka panjang, yakni “to immerse oneself into English” sebagai konsekuensi konret dari keinginan untuk menguasai Bahasa Inggris (mastering English) sedemikian sehingga nanti di masa depan mereka dapat berkomunikasi secara aktif.

Sebagai calon imam yang baru saja menamatkan pendidikan dari SMA Seminari Menengah, maka patut diduga mereka belum dibekali dengan cukup terkait pengetahuan filsafat dan teologi yang perlu untuk itu. Maka, guna memastikan ortodoksi dengan ajaran Gereja, maka sebelum kami – frater pembawa renungan dan Saya – menterjemahkan dan melatih cara penyampaiannya, maka terlebih dahulu setiap teks diperiksa dan dikoreksi oleh Pastor pendamping (chaplain), entah oleh Pastor Rektor Pra-TOR RD Johannes Sihombing atau oleh Magister Spiritualis RD Anton Nguyen van Viet.

Oh iya. Yang unik dari Antonius adalah kemauannya untuk menawarkan diri secara inisiatif untuk menjadi pembawa kotbah pertama ketika teman-teman lainnya masih ragu. Ini hal yang baik. Sebab benar, there is always a first time for everyone. Dan siapa yang berani menawarkan diri tampil pertama kali berarti memiliki kesadaran bahwa kerap kesempatan “first time” itu harus diciptakan dan dijemput, bukan ditunggu.

Sesuai dengan maksud dari tulisan ini, maka artikel ini dapat pembaca gunakan menjadi sarana untuk memberikan masukan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang kami lakukan sehingga terjadi penyempurnaan berkelanjutan.

Saran terkait apa saja? Kita boleh menyasar aspek manapun dari sebuah kotbah: aspek penyampaian (delivery), isi, struktur atau bahkan aspek teknikal seperti gestur, pengucapan dan pelafalan dan sejenisnya. Saran dan diskusi membangun selalu penting dan berguna, sebagaimana yang kita semua harapkan terjadi pada semua institusi pendidikan, terutama pembinaan calon imam kita. Bagaimanapun, pembinaan calon imam sekarang akan ikut menentukan keberlangsungan Gereja di masa depan.


Video penyampaian kotbah ini dapat kita saksikan di kanal Youtube SPP Kabanjahe.

Facebook Comments

Sermon on the Pentecost Day 2025: “Receive the Holy Spirit”

Sermon on the Pentecost Day 2025

“Receive the Holy Spirit”

PREACHER: FRater ANDREO FRANCISCO SITEPU

“Send forth your Spirit and renew the face of the earth”

Happy Birthday! Happy Pentecost Day!

During the whole week after Ascension Day, the Church pray: “Come, Holy Spirit, fill the hearts of Your faithful and kindle in them the fire of Your love”. And here comes today, the day we as Catholic Church commemorate Pentecost, namely the descent of the Holy Spirit upon the apostles.

My beloved brother and sisters,

In the first reading of the Mass today, we listen to the story of Pentecost. Holy Spirit descended with a rushing wind and tongue of fire, resting upon each of them. The disciples initially were afraid, doubtful, anxious but now they are encouraged to go out from their hiding places to preach the Gospel everywhere. Fascinatingly, all the words coming from their mouths can now be understood by multiple people with various background of language and culture.

My brothers and sisters,

In the second reading, Apostle Paul, admonished the faithful in Rome, so that they live in Spirit. Paul urges them to live in the Spirit, not carnal desires because those who are controlled by carnal desires, are not favoured by God. God want His people to put first the heavenly happiness not the earthly one.

“Peace be upon you” (Arab: ‘assalamualaikum‘) 

Jesus said this greeting twice as His earnestness to grant us eternal peace. This took place when Jesus appeared Himself to the apostles. In the Gospel of John today, Jesus send His disciples true the Holy Spirit. From this event of Pentecost, the Church is born. That is why it is correct for us to greet each other “Happy Birthday”. The same Spirit transform our lives and enables us to be the faithful and reliable witnesses of Christ around the world. It is the Holy Spirit who enables us to live according to God’s will, to follow His teachings and to grow our faith in holiness in hope for the eternal heavenly peace.

Dear brothers and sisters,

Wherever and whenever the Holy Spirit works, there and at that time we will see the understanding hearts, compassion, acceptance and forgiveness. Just as the Holy Spirit enables the apostles to understand various people from various cultures and nationalities, let us open our hearts as well to the Holy Spirit so shat as a unity of the Church we can understand other people and to be understood back through our loving, dear and honest way of living.

Beloved brothers and sisters,

Holy Spirit is our guardian in living the love and spread the love to our fellow human beings just as God’s command. Thereby, the event of Pentecost is not just a story in the past, but truly is still happening and will continuingly happen in our live. The Holy Spirit is always be with us, guides us to know God deeper, not in mere cognitive knowledge but also through the living relation in our hearts, personal life and fraternity. May the Holy Spirit enable us to see God with the living faith, not through in our physical eye. Allow me to pray through this verses of classic Pentecost Hymn:

Veni Creator Spiritus
Mentes tuorum visita
Imple superna gratia
Quae tu creasti pectora.

Deo Patri sit gloria
et Filio, qui a mortuis
surrexit, ac Paraclito
in saeculorum saecula. Amen

May God the Father, the Son and the Holy Spirit always be with us and enable us to be His loyal witness in truth and love. Amen.


Ini adalah teks kotbah/renungan dalam Bahasa Inggris yang disusun, diterjemahkan dan disampaikan oleh seorang calon imam diosesan Keuskupan Agung Medan, Frater Andreo Francisco Sitepu. Saat ini Andreo berada pada formasi awal pembinaan calon imam sebagai seorang frater Pra-TOR (Pra-Tahun Orientasi Rohani).

Sejak awal – Saya sebagai pengajar Bahasa Inggris dan para frater tersebut – menyepakati untuk menantang diri untuk mencoba melakukan hal-hal baru dalam Bahasa Inggris. Kesepakatan ini adalah buah dari keinginan dari Andreo dan teman seangkatannya untuk terus mengasah kemampuan berbahasa Inggris mereka melalui praktek dan/atau proyek yang berkaitan dengan tugas-tugas mereka di masa depan ketika mereka ditahbiskan sebagai imam. Berkotbah atau menyampaikan renungan adalah salah satunya.

(Masih ada beberapa proyek lain. Ingatkan Saya untuk tetap memberi update tentang proyek-proyek mereka. Jangan ragu: Semua orang beriman memiliki hak dan kewajiban untuk memberi perhatian pada pembinaan calon imam mereka).

Harapannya, mereka semakin terdorong dan percaya diri untuk semakin total memberi diri dalam target jangka panjang, yakni “to immerse oneself into English” sebagai konsekuensi konret dari keinginan untuk menguasai Bahasa Inggris (mastering English) sedemikian sehingga nanti di masa depan mereka dapat berkomunikasi secara aktif.

Sebagai calon imam yang baru saja menamatkan pendidikan dari SMA Seminari Menengah, maka patut diduga mereka belum dibekali dengan cukup terkait pengetahuan filsafat dan teologi yang perlu untuk itu. Maka, guna memastikan ortodoksi dengan ajaran Gereja, maka sebelum kami – frater pembawa renungan dan Saya – menterjemahkan dan melatih cara penyampaiannya, maka terlebih dahulu setiap teks diperiksa dan dikoreksi oleh Pastor pendamping (chaplain), entah oleh Pastor Rektor Pra-TOR RD Johannes Sihombing atau oleh Magister Spiritualis RD Anton Nguyen van Viet.

Oh iya. Sesuai dengan maksud dari tulisan ini, maka artikel ini dapat pembaca gunakan menjadi sarana untuk memberikan masukan terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang kami lakukan sehingga terjadi penyempurnaan berkelanjutan.

Saran terkait apa saja? Kita boleh menyasar aspek manapun dari sebuah kotbah: aspek penyampaian (delivery), isi, struktur atau bahkan aspek teknikal seperti gestur, pengucapan dan pelafalan dan sejenisnya. Saran dan diskusi membangun selalu penting dan berguna, sebagaimana yang kita semua harapkan terjadi pada semua institusi pendidikan, terutama pembinaan calon imam kita. Bagaimanapun, pembinaan calon imam sekarang akan ikut menentukan keberlangsungan Gereja di masa depan.


Video penyampaian kotbah ini dapat kita saksikan di kanal Youtube SPP Kabanjahe.

 

Facebook Comments

Simon Vaz dan Frater Pra-TOR Keuskupan Agung Medan

Hari ini Jumat, 18 Oktober 2024.

Dua hari lagi, Prabowo Subianto akan dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia. Menggantikan Presiden Joko Widodo yang akan mengakhiri dua periode berturut-turut masa jabatannya. Yupz, benar. Anda, Saya dan ratusan juta penduduk Indonesia sebentar lagi akan memiliki presiden baru.

Berbagai macam dinamika perpolitikan yang malang-melintang di berbagai media massa terkait berbagai ketidakberesan Pemilu, bagaimanapun, akan segera menemukan titik ekuilibrium atau titik keseimbangannya. Entah apapun dan dimanapun posisi Anda saat ini dan masa-masa menjelang Pemilu yang lalu, ini adalah fakta yang akan kita alami bersama. Setidaknya untuk 5 tahun ke depan. Sebaiknya kita isi dengan rasa syukur dan optimisme.

Kita akan mengalami kepemimpinan dengan presiden baru, kabinet baru, dan kemungkinan-kemungkinan situasi baru akibat berbagai janji kampanye yang semoga bisa terlaksana, semata demi Indonesia yang semakin berkemajuan. Sebaiknya tetap kita bekerja sesuai panggilan kita dan berdoa sesuai cara yang kita yakini masing-masing supaya tujuan mulia ini tercapai.


Ini bulan ketiga Saya menjadi seorang pengajar Bahasa Inggris di Rumah Pembinaan Pra-Tahun Orientasi Rohani Santo Yohannes Maria Vianney Keuskupan Agung Medan di Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Biasa disingkat Pra-TOR KAM. Gedungnya bersebelahan dengan pastoran Paroki Santo Petrus dan Paulus Kabanjahe. Beberapa Keuskupan lain di Indonesia juga tampaknya sudah mulai mendirikan rumah pembinaan Pra-TOR untuk calon-calon imam di wilayah mereka. Murid-murid yang Saya ajari Bahasa Inggris ini berjumlah empat belas orang. Mereka angkatan keempat sejak Pra-TOR KAM dibuka (menurut keterangan dari Rektor).

Saya dan para para frater yang menjadi murid-murid Saya menyepakati untuk menamai diri mereka sebagai seorang Presoyan, akronim dari PreSpiritual Orientation Year. Kesepakatan serupa sudah berhasil pula Saya buat dengan kakak tingkat setahun di atas mereka, ketika kami berproses selama 1 bulan dalam Kursus Intensif ESP (English for Special Purpose) di Paroki Santo Yosep Jalan Bali Pematangsiantar bulan Juni – Juli 2024 yang lalu.

Dalam dinamika pembinaan bersama mereka, Saya menangkap nada yang sama dalam harapan mereka secara umum. Mereka ingin dengan lancar menjalani tahun pembinaan ini. Sebagai frater Pra-TOR, mereka berharap dapat dengan lancar mengikuti setiap proses formasi selanjutnya: tamat dari Pra-TOR, lanjut ke TOR (Tahun Orientasi Rohani), menamatkan gelar Sarjana Filsafat dari STFT, menyelesaikan masa TOP (Tahun Orientasi Pastoral), menyelesaikan tesis S-2 di kampus yang sama, ditahbis diakon, hingga akhirnya ditahbis menjadi seorang imam diosesan.

Jika ini terjadi, maka mereka akan mengambil peran dalam melanjutkan karya Simon Vaz, imam diosesan berkebangsaan Portugis yang mengawali berdirinya umat Katolik di Nusantara dengan membaptis orang-orang Moro di Halmahera Utara pada 1534. Simon Vaz kemudian dibunuh di Pulau Moratai setahun kemudian, dan menjadi martir pertama di Indonesia.

Sebagai seorang imam diosesan, nantinya – bersama dengan senior mereka termasuk Pak Rektor RD Yohannes Fransiskus Sihombing, Magister Spiritualis RD Anton Nguyen van Viet (berkebangsaan Vietnam), Parokus RD Sautma Toho Maruba Simanullang, Vikaris Parokial RD Lukman Pandiangan dan imam-imam diosesan lainnya di dalam dan luar Keuskupan Agung Medan – mereka akan diuji: mampukah mereka menunjukkan identitas dan spiritualitas seorang imam diosesan sebagai “akar tunggang Gereja Katolik (di) Indonesia“.


Lantas, apa hubungan imam diosesan Indonesia dan kepemimpinan Presiden baru Indonesia?

Bersama para imam biarawan yang jumlah lebih banyak (meskipun tetap kurang untuk melayani secara maksimal), para imam diosesan akan menjadi klerus yang mendampingi seluruh umat Katolik di Indonesia – yang prosentasinya cukup minor dalam demografi Indonesia. Artinya, segala kegembiraan dan harapan (gaudium et spes) dari umat Katolik dan non-Katolik di Indonesia di bawah kepemimpinan presiden yang baru ini akan menjadi kegembiraan dan harapan mereka juga.

Apa yang istimewa dengan imam diosesan ini? Megapa harus dibedakan dengan imam lainnya dari aneka tarekat dan biara? Sebagai pembantu Uskup, yang tanpa mereka Uskup disebut oleh RD Y. Gunawan seperti “macan ompong”, mereka cukup lama dibiarkan tidak dikenal secara baik oleh umat Katolik sendiri. Sematan julukan sebagai “imam kelas dua” (tweede klas priester) dalam periode yang cukup lama terutama oleh Gereja Zaman Kolonial dan identitas yang kerap dipeyorasi sebagai “imam sekular” adalah dua diantara sekian banyak fenomena yang harus mereka hadapi. Begitu sikap yang harus dimiliki para imam diosesan, pun dengan para frater calon imam diosesan ini.

Sampailah kita pada poin tunggal pembahasan pada tulisan singkat ini: bahwa irisan identitas antara umat dari agama Katolik dan menjadi warga negara Indonesia sebenarnya tak perlu dipersoalkan.

Mengapa demikian? Sebab sejatinya kedua identitas ini bersatu, tidak terpisah apalagi bertentangan. Bukan tanpa sebab, organisasi  berlabel Katolik setua PMKRI, misalnya, sejak awal mendaku akan memperjuangkan kemajuan Indonesia dengan semboyan 100% Katolik, 100% Indonesia. Padahal, embrio PMKRI sudah ada bahkan sebelum Indonesia memproklamasikan diri.

Selanjutnya, bagaimana mereka – para imam diosesan ini – bisa betul secara meyakinkan hadir dan mendengar kegembiraan dan harapan dari umat Katolik Indonesia yang mereka gembalakan?

Inilah yang sejak awal mereka harus tanamkan: bahwa ada hal-hal yang secara keliru dianggap terpisah bahkan bertentangan oleh para penganut ideologi-ideologi sekularistik. Para imam diosesan harus secara meyakinkan memperlihatkan bahwa sebenarnya hal-hal itu satu.

Maka, para imam diosesan dan calon imam diosesan itu – dalam proses panjang formasi dan kehadiran bersama umat Katolik dan non-Katolik di Indonesia, tahu mengapa sejak awal mereka memilih menjadi imam diosesan, pembantu Uskup, pegawai negeri-nya atau pamong praja-nya Uskup; dan bukan imam biarawan yang harus taat pertama-tama dengan petinggi tarekat dan biara mereka.

Ketua STF Driyarkara, RD Simon Petrus L Tjahjadi, dalam epilog buku yang ditulisnya “Mission Breaktrough – Narasi Kecil Imam Diosesan di Indonesia”  meringkas dengan baik bagaimana imam diosesan harus memperlihatkan secara meyakinkan kesatuan yang dimaksud. Saya sadur seperlunya:

Penghayatan hidup imamat seorang imam diosesan perlu memperlihatkan secara meyakinkan bersatunya:

  1. Cinta, kepercayaan dan pelayanan kepada Allah – dan – pelayanan dan kepercayaan kepada manusia
  2. Iman dan akal budi
  3. Karisma dan jabatan
  4. Individualitas dan komunitas
  5. Kepemilikan dan lepas-bebas
  6. Selibat dan seksualitas
  7. Religius dan sekuler
  8. Altar dan pasar
  9. Hidup doa dan kerasulan
  10. Agama dan kemanusiaan.

Demikianlah seorang calon imam diosesan perlu belajar dan memahami pasangan nilai-nilai ini. Nilai-nilai yang dulu diperlakukan dengan dikotomi ketat padahal adalah satu kesatuan, saling melengkapi.

Maka, jika ke depan para frater ini melanjutkan rangkaian pembinaan sebagai calon imam diosesan, mereka memiliki alasan dan semangat yang konsisten untuk membina diri hingga ditahbis menjadi seorang imam diosesan. Sebaiknya seorang frater Pra-TOR menjalani formasi setahun ini dengan rasa syukur dan optimisme.

Jika kelak mereka menjadi imam diosesan dan berkarya di Gereja Katolik Indonesia, mereka memiliki alasan dan semangat yang konsisten untuk tetap hadir bersama warga Indonesia, mendengarkan kegembiraan dan harapan bangsa Indonesia: Katolik dan non-Katolik. Baik pada pemerintahan Presiden Prabowo maupun presiden-presiden selanjutnya.


Sebagai seorang pengajar yang diberi kesempatan untuk terlibat dalam pembinaan mereka, Saya merasa ini tugas yang cukup menantang. Kalau begitu, Saya harus membaca lebih banyak lagi, mendengar lebih banyak, mengalami lebih banyak. Sepertinya memang harus belajar lebih lagi.

Facebook Comments