Bagaimana Memahami Keesaan Allah Tritunggal?

Doktrin Trinitas sangat mendasar bagi iman Kristiani. Itu sebabnya sangat krusial bagi orang Kristen untuk memahami dengan tepat: Allah itu sebenarnya apa, atau Allah itu seperti apa, bagaimana Dia berelasi denganku, dan bagaimana aku seharusnya berelasi denganNya.

Tentu saja ini memunculkan banyak pertanyaan sulit.

Bagaimana aku bisa berelasi atau menjalani hubungan dengan sesuatu yang tidak kukenal?

Bagaimana mungkin Allah itu sekaligus satu dan tiga?

Bagaimana Mungkin Ada Tiga Pribadi Satu Allah? Apakah Trinitas itu kontradiksi? Jika Yesus adalah Tuhan, mengapa dalam Injil ditulis membaca Yesus berdoa kepada Tuhan (seperti ketika di Taman Getsemani)?

Persoalan ini menjadi semakin rumit dan membutuhkan energi yang lebih besar dan studi yang lebih kuat ketika aku bertanya: Apa perbedaan konsep Trinitarian Kristen dengan kepercayaan-kepercayaan kuno ini?

  • Babilonia: Nimrod, Simeramus, dan Tammuz
  • Mesir Kuno: Osiris, Isis, dan Horus
  • Mekkah Kuno: Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat
  • Yunani Kuno: Zeus, Poseidon, dan Adonis
  • Romawi Kuno: Jupiter, Juno, dan Minerva
  • Hinduisme: Brahma, Vishnu, dan Shiva

Satu fakta yang terpampang di depan mata ketika berbincang dengan beberapa teman Kristen ialah: Banyak Orang Kristen sendiri bingung bagaimana memahami dan menjelaskan Trinitas.

Seperti biasa, jika orang bingung, hanya ada dua kemungkinan:

  1. Tidak puas dengan situasi kebingungan itu. Penasaran. Lalu mencari lebih jauh dan lebih dalam.
  2. Menerima saja situasi kebingungan itu. Ya udahlah ya. Namanya juga seruan iman. Pokoknya, percaya aja udah. Biarlah para ahli yang menjelaskan.

Kamu termasuk golongan yang mana?

Sementara aku tidak akan bisa sepenuhnya memahami segala yang berkaitan dengan Trinitas (sama halnya dengan aku juga tidak bisa memahami hal lain apapun secara penuh), tetapi aku yakin bisa menjawab pertanyaan semacam ini. Sebab jika tidak yakin, aku tidak akan memulai tulisan ini sejak awal. Syukur-syukur aku bisa sampai pada pemahaman yang cukup perihal arti dari Allah Tritunggal.


Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amen.

Sejak dibaptis hingga dikuburkan, orang Kristen beribadah dan mengucapkan atau mendengarkan kalimat ini. Konsep Trinitas begitu lekat dengan orang Kristen. Tetapi sayangnya sangat jarang orang Kristen di zaman sekarang yang bisa mengerti dan menjelaskan Tritunggal. Jika Allah itu Satu, kenapa ada Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus? Jika ketiganya bisa dibedakan, apa  tidak menjadi 3 Tuhan?

Benarkah konsep Trinitas ini begitu sukar untuk dimengerti bagi orang Kristen? Apakah harus sekolah teologi dan sepintar professor dulu baru bisa mengerti Trinitas?

Jika Trinitas tidak bisa dipahami oleh orang yang kurang pendidikan formal teologi, apakah ini berarti orang yang kurang cerdas tidak bisa menjadi orang Kristen yang baik?

Seharusnya tidak.

Jika doktrin Trinitas adalah pondasi paling dasar yang diatasnya dibangun ajaran lain Kekristenan, bukankah seharusnya orang Kristen memahaminya?


Doktrin Trinitas ada untuk menjelaskan tentang Allah yang tidak mungkin bisa dijelaskan. Maka, doktrin Trinitas tidak melampaui akalku. Allah Tritunggal-lah yang melampaui akalku. Sedangkan Trinitas adalah doktrin yang dipakai-Nya untuk menyatakan Diri-Nya secara sistematis.

Problematika Pemahaman Trinitas

Dulu aku berpikir bahwa Allah itu bapak tua berjenggot putih, duduk di tahta, dan ada di sorga sebagaimana digambarkan di kitab Wahyu, dalam lukisan-lukisan dan film yang bercerita tentang Allah.

Ini tidak salah. Tetapi akan menjadi salah jika aku memahaminya sebagai wujud sebenarnya Allah.

Yang tertulis pada kitab Wahyu tentang penglihatan itu adalah wujud teofani/ bagaimana Allah menyatakan diri dalam kesaksian yang bisa digambarkan oleh mata. Theos (Allah) tidak sekedar Theopani (penampakan Allah). Hakikat sebenarnya Allah lebih daripada itu, karena Dia tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Allah yang sesungguhnya bahkan tidak bisa dilihat oleh mata (Kolose 1 : 15).

Ini sah saja ketika aku masih duduk di bangku sekolah minggu, tetapi sebagai orang Kristen dewasa, aku harus memiliki pandangan yang lebih dewasa. Ketika aku berpikir Allah duduk di tahta dan bersemayam di Sorga, maka aku membayangkan secara visual bahwa Sorga lebih besar ukurannya dari Allah, atau tahta Allah lebih besar dari Allah. Ketika ketika Allah di sorga berarti Allah tidak ada di bumi. Ketika Allah duduk di tahta, maka di sebelah kiri dan kanan dari tahta tersebut tidak ada Allah.

Ini tidak benar.

Pola pikir anak sekolah minggu sudah saatnya kutinggalkan sebab aku bukan anak-anak lagi.

Sebagai orang yang pernah belajar filsafat metafisika, mengapa tidak kugunakan saja metafisika untuk berbicara tentang sesuatu yang ada di “seberang” dunia fisik.

Contoh:

Pernyataan pertamaFirman Allah keluar dari Bapa tanpa meninggalkan Bapa.

Jika Anda membayangkan Firman Allah sebagai bakpau, yang keluar dari kulkas, Anda akan gagal memahami pernyataan tersebut, bahwa bakpau tersebut ketika keluar dari kulkas, meninggalkan kulkas sehingga di dalam kulkas tidak ada lagi bakpau.

Statement keduaFirman Allah bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman Allah / Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa.

Jika Anda membayangkan Firman Allah dan Allah Bapa seperti Petrus dengan Paulus, yang ketika Petrus sedang bersama-sama dengan Paulus, dan duduk di sebelah kanan Paulus, maka Petrus bukanlah Paulus.

Dengan analogi tersebut kita akan gagal memahami Trinitas. Akan sangat sulit memahami Allah sehingga pernyataan-pernyataan tersebut terkesan tidak masuk akal, benarkah demikian?

Tidak!

Pernyataan tersebut sangat masuk akal, tetapi gagal dalam analogi. Ketika memahaminya kita harus memahami dengan logika metafisika. Jangan memilih analogi yang bersifat fisik, sehingga kita akan gagal memahaminya (dan bisa menjadi seorang “Bible banger“, opppss).

Pilihlah analogi yang sesuai dengan logika metafisika tersebut, contoh :

Pernyataan pertama: analogikan Firman Allah sebagai ide / pikiran yang ada dalam diri saya. Ketika saya menulis buku, maka pikiran saya keluar dari diri saya dan dinyatakan dalam bentuk buku. Tetapi ketika saya menulis, saya tidak kehilangan sedikitpun pikiran saya, dan pikiran itu tidak meninggalkan saya.

Pernyataan kedua: jangan analogikan dengan hal fisik. Karena Paulus dan Petrus terpisah secara fisik, sedangkan Allah tidak mungkin terpisah secara fisik. Allah penuh dalam segala sesuatu, maka kita tidak bisa bilang di sebelah kiri Allah bukan Allah hanya dengan analogi Petrus — Paulus tadi.

Allah bukan benda, yang terbatas secara fisik, yang bisa kita jumlahkan. Allah tidak terbatas dengan jumlah. Tidak semua yang ada di muka bumi ini bisa ditambah dan dikurang, misal : ketika pikiran saya keluar dari diri saya, pikiran saya tidak berkurang.

Pikiran tidak bisa dijumlahkan

Ketika kita melogikakan Allah dengan fisik yang terbatas, maka kita akan gagal memahaminya. Kita harus memahaminya dengan logika metafisika dalam filsafat. Teologi pada mulanya berkembang bersama dengan filsafat, namun akhirnya arus teologi semakin bergeser kepada modernitas sehingga orang berusaha memahami dengan cara termudah. Akhirnya orang akan kehilangan akan ketika dia harus membayangkan Tuhan dalam logika metafisika, yang bahkan tidak pernah diajarkan dalam pengajaran firman.

Siklus Kebingungan Orang Kristen

Orang Kristen akan berputar-putar memahami Trinitas dengan analogi. Akhirnya mereka tak cenderung paham dan akhirnya menyatakan bahwa Trinitas tidak bisa dipahami, hanya bisa dipercaya saja.

Trinitas sangat bisa untuk dipahami, bahkan oleh orang Kristen dari latar belakang apapun.

Karena dengan menyatakan demikian, maka orang Kristen tidak mau dialog/mengajar perkara Trinitas. Padahal Trinitas adalah salah satu doktrin yang sangat digunjang-ganjing di luar sana.

Banyak orang luar yang menyatakan orang Kristen menyembah tiga Tuhan dan jarang orang berani menjawab. Sedikit orang Kristen berani menjelaskan keesaan Allah dalam Trinitas.

Maka orang Kristen tidak bisa menjadi saksi imannya. Trinitas bukan tidak bisa dipahami/ tidak masuk akal/ membuat kita kehilangan akal dalam memahaminya. Trinitas adalah doktrin gereja dalam menjelaskan mengenai Allah yang Maha Segala-Nya.

Pola pikir yang benar adalah kodrat Allah susah dipahami dan melampaui akal, maka Dia menyatakan diri-Nya dalam Allah Trinitas. Allah-lah yang susah dipahami dan melampaui akal kita, tetapi Trinitas-Nya sangat bisa dipahami, karena itu adalah bentuk penjelasan yang dikaruniakan Allah mengenai Diri-Nya melalui firman-Nya di Alkitab. Jadi mengatakan Trinitas tidak bisa dipahami artinya menolak pengenalan akan Allah yang telah dinyatakan-Nya melalui Alkitab.

Jadi kita harus meninggalkan dua pola pikir ini :

1. Trinitas rumit dan tidak bisa dipahami.

2. Cara mudah pemahamannya adalah analogi.

JANGAN MEMBAYANGKAN TRINITAS SEPERTI ANALOGI BENDA

Ketika Anda membayangkan / menganalogikan Allah seutuhnya, maka Anda akan gagal memahami Allah. Anda boleh menganalogikan penjelasan tentang Allah, yaitu ketika membahas sifat-sifat-Nya, seperti bagaimana Firman Allah keluar tanpa meninggalkan Allah Bapa tadi, tetapi tidak bisa menganalogikan Allah seutuhnya itu sendiri dengan analogi. Allah tidak bisa disamakan dalam hal apapun oleh ciptaan-Nya.

Yesaya 40:25, Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.

 Belajar pada Bapa-Bapa Gereja

Salah satu yang harus kita lakukan dalam memahami Trinitas secara utuh adalah dari tulisan bapa-bapa gereja pada gereja mula-mula. Trinitas pada zaman para rasul sebenarnya sudah dipahami, tetapi belum dirumuskan. Perumusan tersebut dilakukan seiring bermunculnya bidat-bidat yang menentang Trinitas. Kita perlu belajar dari mereka yang merumuskan Trinitas. Jangan disalahpahami, bukan berarti Trinitas baru ada setelah dirumuskan Trinitas, tetapi Trinitas itu sudah ada sejak semula tapi belum dikenal dalam bentuk rumus.

Sama seperti gaya gravitasi, dirumuskan oleh Sir Isaac Newton pada abad 17, tetapi gravitasi itu sendiri sebenarnya sudah ada dan dikenal sifatnya oleh semua orang, hanya belum terumuskan. Rumus mempermudah kita memahami dan menjelaskan. Kita akan kebingungan dalam menjelaskan apabila tidak ada rumusan, sedangkan dengan pengetahuan teologi kita yang dangkal kita berusaha merumuskan sendiri. Akhirnya banyak rumusan teologi yang ngawur oleh para orang yang berusaha menjelaskan Trinitas tanpa sumber bacaan / data.

Maka kita memang harus memakai Alkitab dalam menjelaskannya, tetapi tidak bisa mengabaikan rumusan bapa gereja yang sudah lebih dahulu dari kita.

Memahami Hakikat/Substansi Allah

Kesalahan terutama pemahaman orang Kristen terhadap Trinitas adalah minimnya pemahaman hakikat Allah. Allah selalu dibayangkan dalam wujud tertentu. Hal ini akan membawa kita dalam memahami Allah dalam wujud fisik, bukan metafisika. Akibatnya pemahaman akan Allah hanya terbatas dalam ruang dan waktu. Dia adalah Pencipta ruang dan waktu, sehingga Dia tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Kita akan mulai membahas hakikat Allah dengan pertanyaan : “Siapakah yang menciptakan Allah?

Dari mana Allah?
Ketika ada yang bertanya, “siapa yang menciptakan Allah?”

Kita harus menjawab: “Tidak ada yang menciptakan Allah.”

Mereka berpikir: “Tidak mungkin, seharusnya sesuatu ada akibat dari sesuatu yang terjadi sebelumnya. Kita menjadi ada karena pernah diciptakan. Allah juga harus ada karena pernah ada sesuatu yang membuat Dia ada.”

Mereka menggunakan hukum rasio/sebab-akibat untuk bertanya tentang apakah/ siapakah yang membuat Allah ada.

Kita harus kembali bertanya: “Kalau begitu, siapa/ apa yang menciptakan hukum rasio/sebab-akibat? Sejak kapan hukum sebab akibat itu ada? Dan bagaimana bisa ada?”

Mereka menjawab: “Hmm.. mungkin itu ada dengan sendirinya tanpa diciptakan.”

Kita harus menjelaskan: “Berarti sangat mudah untuk memahami bahwa Allah sudah ada sejak semula tanpa diciptakan.”

Bagi saya argumen yang salah jika menyatakan rasio tidak diciptakan. Sebab-akibat ada karena ada ruang dan waktu. Rasio menyatakan “Ada sesuatu (berdasarkan ruang) yang terjadi (berdasarkan waktu).” Sedangkan ruang dan waktu itu pernah tidak ada, dan menjadi ada setelah diciptakan oleh Allah.”
Grafik Dimensi dari Sebab-Akibat

Kita percaya Allah adalah Pencipta segalanya. Allah selalu ada, tidak pernah ada waktu dimana Allah tidak ada. Ada dua hal yang harus kita pahami di dalam hidup ini, yaitu tentang Pencipta dengan Ciptaan.

Memahami Hakikat/ Substansi

Substansi/ esensi/ hakikat/ natur adalah sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri ada karena dirinya sendiri, dan tidak memerlukan hal lain untuk ada. Sebagai contoh unsur oksigen ada dengan sendirinya tidak memerlukan sesuatu lain di luar dirinya. Sedangkan air terdiri dari hidrogen dan oksigen, maka disebut gabungan/ campuran dari dua natur. Begitu juga mengenai Allah, Allah adalah substansi sekaligus Pribadi. Bahasa asli dari esensi ini dalam mendefinisikan Allah adalah Ousia dalam bahasa Yunani atau dalam bahasa Arab yang digunakan orang Islam adalah Dzat.

Memahami Pencipta dan Ciptaan

Pencipta adalah sesuatu yang menciptakan dan tidak diciptakan. Karena Pencipta tidak pernah diciptakan, maka tidak ada momen di mana Pencipta tidak ada. Pencipta selalu ada. Pencipta menciptakan sesuatu dari ketidakadaan menjadi ada. Bayangkan di mana segala sesuatu belum diciptakan, Allah sudah ada di dimensi tak terbatas, yang tidak bisa dilampaui oleh pikiran manusia.

Allah ada di Dimensi Allah

Penciptaan adalah menciptakan sesuatu yang pernah tidak ada menjadi ada dengan ketidakadaan.

Kejadian 1 : 1
Pada mulanya Allah menciptakan ( ברא‬ — bara, menciptakan sesuatu dari ketiadaan) langit dan bumi.

Ayub 26 : 7
Allah membentangkan utara di atas kekosongan ( תֹּהוּ — to hu), dan menggantungkan bumi pada kehampaan ( בְּלִי־מָה — beli mah, ketiadaan).

Maka pada momen penciptaan, Allah menciptakan ciptaan dari ketidakadaan (creatio ex nihilo):

Allah menciptakan dengan Firman-Nya. Dalam hal ini bukan berarti Firman Allah berubah menjadi ciptaan, tetapi ciptaan itu ada dari ketidakadaan dari Firman. Dalam penciptaan tidak dibutuhkan bahan baku yang berubah wujud, tetapi segala sesuatu menjadi ada dari ketidakadaan. Ciptaan tidak berasal dari unsur Allah yang berubah menjadi sesuatu tetapi berasal dari ketidakadaan. Karena jika Firman berubah wujud menjadi ciptaan, maka ciptaan adalah Allah karena memiliki “hakikat Allah”, itu sama sekali salah!

Firman membuat ciptaan menjadi ada dari ketiadaan

Ciptaan adalah sesuatu yang diciptakan. Ciptaan pernah tidak ada dan menjadi ada karena diciptakan dari ketidakadaan. Ciptaan tidak pernah bisa menciptakan. karena ciptaan tidak sanggup mengadakan sesuatu dari ketidakadaan.

Bingung?

Pakai perumpamaan singkat saja:

Hanya Allah yang sanggup menciptakan cabai dari ketidakadaan. Sedangkan ciptaan (manusia, binatang, alam, dan lain-lain) tidak sanggup menciptakan cabai dari ketidakadaan. Tetapi ciptaan mampu merubah/ mengonversi/ menjadikan sesuatu yang ada menjadi sesuatu yang lain.

Misal:

Cabai diolah oleh alam dari biji menjadi pohon cabai, pohon cabai bisa besar karena menyerap energi alam. Alam tidak bisa mengeluarkan cabai dari ketidakadaan, harus minimal ada biji cabai baru bisa muncul pohon cabai.

Manusia juga tidak bisa menciptakan cabai, tetapi manusia bisa mengolah cabai menjadi sambal. Manusia tidak bisa mengadakan cabai dari ketidakadaan, harus minimal ada biji cabai yang semula diciptakan oleh Allah.

Maka Santo Dionysius the Areopagite berkata mengenai Allah dan ciptaan.

Allah adalah sebab dan muasal dari segala sesuatu, esensi dari semua esensi, pemberi kehidupan bagi setiap yang hidup, alasan dari semua sebab-akibat, pemberi kecerdasan dari semua makhluk cerdas.

Perbandingan Kodrat Pencipta dengan Ciptaan

Pada titik ini, kita bisa membandingkan bahwa jauh sekali antara Allah dengan ciptaan.

Jika ada sesuatu yang pernah tidak ada menjadi ada, pastinya itu Ciptaan

Jika ada sesuatu yang punya kuasa tidak terbatas, pastinya itu adalah Allah.

Jika sesuatu itu adalah Allah, maka Dia tidak bisa dibagi-bagi atau dipisahkan, dikalkulasikan.

Pencipta juga tidak dapat membelah diri atau kehilangan apapun dari diri-Nya.

Trinitas bukanlah pembagian Allah, atau Allah kurang lengkap sehingga sepertinya Allah adalah gabungan antara Bapa, Putera, dan Roh Kudus yang tidak sempurna menjadi sempurna. Seperti yang dikatakan dan direnungkan oleh Santo John Damascus dalam bukunya The Fount of Knowledge: The Exact Exposition of Orthodox Faith Book 1 Chapter XI,

For when I think of one of the subsistences, I recognise it to he perfect God and perfect essence: but when I combine and reckon the three together, I know one perfect God. For the Godhead is not compound but in three perfect subsistences, one perfect indivisible and uncompound.

Konsep Infinity (Ketakterbatasan)

Mari memakai perumpamaan filsafat mengenai infinity. Infinity bukan angka, bukan bilangan. Infinity sebenarnya adalah konsep filsafat untuk memahami sesuatu yang bersifat tak terbatas/tidak dapat dihitung atau dijangkau dengan pikiran manusia. Infinity tidak memiliki ujung angka negatif (permulaan) dan tidak memiliki ujung angka positif (akhir). Kita tidak perlu menemukan awal dan akhir dari infinity, tetapi kita hanya perlu paham bahwa hakikat infinity adalah tidak berawal dan tidak berakhir.

Infinity tidak bisa dikalkulasikan.

Sebagai contoh: berapakah hasil Infinity + 4?

Jika Anda menjawab infinity maka jawaban tersebut kurang tepat tetapi tidak juga salah. Bagi sebagian matematikawan berkata bahwa infinity tidak bisa dikalkulasikan, hanya sebuah konsep filosofis saja. Andaikata ada suatu angka yang bernilai limit mendekati infinity, maka jawaban perhitungan ini adalah infinity. Tetapi kita bisa menganggap bahwa infinity tidak perlu ditambahkan apapun, karena dia sudah lengkap dan tidak memerlukan tambahan, berapakah hasil infinity / 4?

Jika Anda menjawab hasilnya adalaha 1/4 infinity maka Anda salah besar. Karena definisi infinity adalah tidak bisa dikalkulasikan. Infinity tidak bisa berkurang maupun dibagi-bagi.

Demikian juga mengenai Allah. Dalam konsep filsafat ini kita bisa mengenal bahwa Allah adalah tanpa batas, sehingga tidak mungkin mengalkulasikan Allah. Trinitas bukan berarti Allah terbagi menjadi tiga, atau tiga Allah yang bergabung menjadi satu Allah yang infinity.

Trinitas bukanlah infinity + infinity +infinity karena Allah tidak memerlukan penjumlahan seakan-akan Dia berkekurangan.

For the Godhead is not compound but in three perfect subsistences, one perfect indivisible and uncompound God. — St. John Damascus

Penjelasan mengenai Pribadi Allah dalam Trinitas ini akan saya jabarkan di part berikutnya.

Memahami Dimensi Allah dengan Dimensi Kita

Kita tak akan bisa memahami dimensi Allah, karena Allah ada di dimensi yang tak terbatas/infinity. Sebagai perumpamaan, kita harus mempelajari logika metafisika ini.

Bagaimana, sudahkah dimengerti?

Logika Semut

Umpama bagi semut yang tinggal hanya dua dimensi, ketiga ada makhluk tiga dimensi yang meletakkan permen dari sumbu Z, maka tiba-tiba akan muncul permen entah dari mana dari sudut pandang semut. Semut tidak bisa menoleh ke atas atau bawah, sehingga tidak bisa melihat tangan yang meletakkan permen dari sumbu Z (atas/bawah).

Demikian juga kita dalam memahami Allah. Adanya dimensi yang jauh lebih tinggi dari kita membuat kita tidak bisa memahami secara utuh pekerjaan Allah dan dimensinya. Kita hanya perlu percaya dengan apa yang Allah nyatakan di hidup kita, karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang imanen, yaitu Allah yang menyatakan diri-Nya bagi ciptaan yang serba terbatas.

Setelah kita belajar mengenai hakikat Allah, maka kita akan belajar mengenai Allah yang Esa.

Memahami Keesaan Allah

Tuhan-nya orang Kristen Tiga ??

Salah satu kesalahpahaman terbesar pada iman Kristen adalah menyangka bahwa orang Kristen punya 3 Allah / Tuhan. Di tengah kebingungan ini justru orang Kristen sendiri tidak bisa menjelaskan bagaimana keesaan Allah-nya, dan kenapa ada Trinitas ? Orang Kristen gugup, gagap, dan linglung ketika harus menjelaskan mengenai keesaan Allah dalam Trinitas.

Pada beberapa dekade terakhir, muncul suatu gerakan baru yang menekankan keesaan Allah tetapi membantah Trinitas. Gerakan Oneness Pentacostal yang mulai bangkit dari teologi ini sering kali membangunkan kembali bidat Praxeas dan Sabellius yang dinyatakan sesat di abad ke-2/3, yang sudah dirumuskan pada Pengakuan Iman Nicea tahun 325 M. Gerakan ini justru berusaha menjelaskan keesaan Allah dan menolak Trinitas.

Pemahaman keesaan Allah yang salah

Pertama saya ingin mengajak Anda memahami ajaran yang sesat, yang mungkin sedang Anda pahami sekarang. Karena MAYORITAS orang Kristen sekarang memahami Trinitas semacam ini. Kita akan mulai pelajaran kita dengan memahami apa yang salah.

Karena ada pepatah :

“Ketahui apa yang benar dengan ketahui apa yang salah.”

Tinjauan kesesatan Oneness Pentacostal
Sumber :
1. https://en.wikipedia.org/wiki/Oneness_Pentecostalism,
2. Bernard, David K., A HISTORY Christian Doctrine The Post–Apostolic Age to the Middle Ages A .D. 100–1500.
3. dan berbagai video-video doktrin Oneness Pentacostal yang ada di Youtube/internet.

Pernahkah Anda memahami Trinitas seperti ini:

Trinitas seperti Allah dalam 3 peran. Perannya sebagai Pencipta adalah Allah Bapa, Allah sebagai Penyelamat Manusia adalah Allah Anak / Yesus, dan Allah sebagai Penolong setiap orang percaya adalah Allah Roh Kudus. Ketiganya satu.

Sama seperti seorang Bapak yang bernama Edi adalah seorang dosen teologi:
1. di rumah dia dipanggil “bapak”,
2. di kampus dia dipanggil “Pak dosen”,
3. di gereja dia dipanggil “Pak pendeta”.

Tetapi hanya ada satu Edi, yang melakukan tiga peran yang berbeda.

Jika Anda memahami seperti itu, maka itu adalah pemahaman yang salah bahkan bidat mengenai Trinitas, karena penjelasan tersebut tidak mengakui 3 Pribadi Allah, tetapi hanya SATU Pribadi dalam 3 tugas.

Teologi Oneness Pentacostal: Allah hanya Satu Pribadi yang terwujud dalam 3 manifestasi. Yaitu sebagai Allah Bapa yang menciptakan segala sesuatu, dan menjadi manusia yaitu Yesus, dan ketika naik ke sorga Dia tetap menyertai kita sebagai Allah Roh Kudus.

Dalam sistematika ini dinyatakan :

1. Allah berubah-ubah wujud/mode, ada waktu di mana Allah Bapa tidak menjadi Putera, dan menjadi Putera, dan ada waktu Dia menjadi Roh Kudus. Maka ini disebut teologi modalist. Alirannya disebut modalisme.

2. Allah Bapa turun ke dunia menjadi manusia (Yesus).

3. Yesus menyertai kita ketika Dia menjadi Roh Kudus, artinya Yesus sudah datang kedua kalinya ketika Dia adalah Roh Kudus.

Ini adalah teologi modalist dari Kekristenan mula-mula yang sudah ditentang. Sangat bodoh bagi saya apabila Gereja mengulangi kesalahan yang sama, dengan mengulang kembali ajaran sesat yang pernah terjadi di gereja mula-mula. Tetapi ajaran sesat ini tidak akan banyak kita bahas di disini, karena akan lebih spesifik. Kita akan membahas tentang keesaan Allah. Dan akan dilanjutkan mengenai tiga Pribadi/Hypostasis Allah.

Kekristenan mewariskan iman bahwa Allah itu ESA

Agama Samawi (Yahudi, Kristen, Islam) memahami Allah itu Esa, hanya satu, bukan terdiri dari banyak dewa-dewa atau Tuhan yang menjadi satu. Trinitas tidak mengajarkan ada Tiga Allah / Tiga Tuhan yang menjadi satu kesatuan. Kita hanya percaya ada SATU ALLAH.

Keesaan Allah yang dinyatakan Yesus dan orang Yahudi

Apakah hukum yang terutama bagi kita ?
Sebagian orang Kristen akan teringat apa yang dikatakan Yesus.

Markus 12 : 29-31
29. Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
30. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. 31. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”

Apa yang dikatakan Yesus bukanlah ajaran yang baru didengar oleh orang-orang saat itu. Yesus TIDAK MERANGKUMKAN HUKUM TAURAT seperti apa yang biasa dikhotbahkan oleh pendeta yang tidak baca Perjanjian Lama / mengerti kultur Yahudi. Setiap orang Yahudi tahu akan hal itu, dan menggemakannya setiap hari!

Apa yang Yesus ucapkan seperti yang kita baca di Markus 12:29 tersebut sudah ada di Perjanjian Lama, dan diletakkan sebagai dasar Taurat yang dikatakan oleh Nabi Musa.

Ulangan 6 : 4–5
4. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
5. Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

Yesus sama sekali tidak membawa pengajaran yang menyimpang di antara orang Yahudi, terutama mengenai keesaan Allah. Yesus menyatakan keesaan Allah adalah yang terutama. Ajaran Yesus mengenai keesaan Allah itu pun diamini oleh Ahli Taurat.

Markus 12 : 32
32. Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.

Maka ajaran Kekristenan sebagai ajaran Yesus yang diwariskan kepada para rasul harus memulai dari iman dasar dan pengetahuan bahwa Allah itu ESA! Selama kita gagal memahami Trinitas, bisa jadi kita memahami bahwa Allah orang Kristen itu ada tiga, yang dimana itu adalah agama pagan (penyembah berhala), atau sebaliknya menjadi kaum modalist/oneness seperti yang saya jelaskan di poin pertama.

Keesaan Allah yang menjadi Dasar Iman para Rasul

Para rasul tidak meninggalkan prinsip keesaan Allah/tauhid. Kekristenan bukanlah agama buatan Paulus seperti yang dituduhkan oleh polemikus. Bahkan dalam keesaan Allah ini, rasul Paulus adalah rasul yang paling sering menyatakannya!

Santo Paulus

1 Korintus 8: 4, 6

4. …..“tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.”
6. …..namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Efesus 4: 6

satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

Roma 3: 30

Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.

Galatia 3: 20

Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu orang saja, sedangkan Allah adalah satu.

1 Timotius 2: 5

Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus

1 Timotius 1: 17
Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.

Santo Yohanes

1 Yohanes 2: 20

Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus (Holy One), dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya.

1 Yohanes 5: 7

Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.

Santo Yakobus

Yakobus 2: 19

Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.

Keesaan Allah yang harus jadi Dasar Iman Orang Kristen Zaman Sekarang

Bagi saya, orang Kristen yang tidak memahami keesaan Allah adalah kekristenan yang yang tidak berakar. Maka bisa jadi orang Kristen yang tidak memahaminya dilakukan menyembah Allah dengan konsep tritheis/modalis/oneness seperti tadi. Sebagian dari kita percaya Trinitas, tetapi tidak mau belajar lebih dalam sehingga kita takut mengomunikasikan iman kita kepada mereka. Selain itu kita akan terus dianggap pagan/menyekutukan Allah, maka tidak ada orang Yahudi/Islam yang mau mendengarkan iman kita, karena mereka menganggap kekristenan itu sebagai agama pagan.

Hanya ada Pencipta dan Ciptaan

Kita belajar bahwa hanya ada Pencipta, yang tidak diciptakan dan sudah ada sejak semula, yang tidak pernah berubah, yang Mahakuasa. Dan ciptaan adalah sesuatu yang pernah tidak ada, yang dijadikan, yang terbatas. Kita harus paham bahwa Pencipta itu tak terbatas, Pencipta tidak bisa dikurangi dan dijumlahkan, karena Dia tidak bisa berubah.

Hanya satu Pencipta, yang tidak punya saingan

Dengan definisi itu, sangat masuk akal bahwa hanya ada Satu Pencipta, Satu Allah. Jika Allah adalah yang Mahakuasa, maka tidak ada yang setara dengan-Nya. Jika tidak ada yang setara dengannya, maka tidak ada Allah lain. Sedangkan sangat tidak masuk akal bila ada Tiga Allah, karena ada 3 yang Maha Kuasa, maka Allah bersaing dan Dia tidak lagi Maha Kuasa, karena ada yang setara kuasa-Nya dengan Dia.

Satu Kuasa, Satu Kehendak yang dinyatakan dalam 3 Pribadi

Maka dalam Allah, hanya ada satu kuasa dan dan satu kehendak saja. Dalam Pribadi Trinitas, tiap Pribadi Trinitas tidak memiliki kuasa yang berbeda dan tidak memiliki kehendak yang berbeda. Jika kuasa dan kehendak-Nya berbeda, maka tidak bisa dikatakan satu Allah, tetapi tiga Allah. Tidak mungkin kehendak dari Allah berbeda, kalau begitu akan terjadi kekacauan

Hanya Satu yang Infinity/Tak Terbatas,

Keesaan Allah bukan bisa diartikan sebagai satu buah apel, yang bisa dibatasi oleh ruang dan waktu. Satunya Allah adalah satu yang Infinity, tidak ada batas bagi Allah. Sehingga kita bisa nyatakan, hanya satu yang punya natur ilahi / satu yang punya natur Pencipta, yaitu Allah.

Hanya Allah yang mampu menciptakan kita dari ketiadaan, dan Allah tidak memerlukan bantuan siapapun dalam menciptakan. Menurut Saksi Yehovah, Yesus adalah ciptaan yang membantu Allah dalam menciptakan. Ini tidak benar, karena jika Yesus pun mampu mencipta, maka Yesus adalah Allah. Penjabaran mengenai hypostasis ini akan saya jabarkan di bab selanjutnya.

Maka pada intinya, kita diciptakan oleh Satu Allah, dalam Satu Kuasa, dan Satu Kehendak Ilahi. Tidak ada tiga Pencipta, tetapi satu Pencipta. Tidak ada yang tidak terbatas selain hanya DIA, yaitu Satu Allah yang kita sembah.

Hanya ada Satu yang kekal, yaitu Allah. Allah Tritunggal eksis sebelum segala sesuatu dan semua bersifat tak terbatas. Kita sendiri terbatas dan tidak kekal. Kita memang akan hidup selamanya, tetapi definisi kekekalan bukanlah hidup selamanya, tetapi ada selamanya. Ada waktu di mana kita tidak ada. Maka kita tidak kekal, tetapi diciptakan dan mewarisi kuasa hidup Allah melalui Roh Kudus, sehingga kita tidak bisa dimusnahkan / lenyap secara roh. Tetapi kita harus sadari, ada waktu dimana kita tidak ada, maka kita bukanlah infinity.

Elohim: Satu Kemajemukan dalam Diri Allah

Kejadian 1: 1 (MT)

בְּרֵאשִׁ֖ית בָּרָ֣א אֱלֹהִ֑ים אֵ֥ת הַשָּׁמַ֖יִם וְאֵ֥ת הָאָֽרֶץ:
Bereshit bara Elohim, et hashamayim ve et haarets

Kata Allah ditulis dalam bahasa aslinya yaitu Elohim (bentuk jamak dari kata Eloah). Uniknya bahwa penggambaran kata Allah dalam bahasa Ibrani ini sendiri digunakan kata jamak. Ini bukan berarti ada banyak Allah, tetapi menyatakan bahwa Allah ada dalam kebesaran-Nya/ketidakterbatasan-Nya.

Ulangan 6: 4 (MT)

שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה | אֶחָֽד
Shema Israel, Adonay Eloheinu, Adonay Echad.

Echad ( אֶחָֽד) pada kata tersebut diartikan menjadi esa. Kata echad sendiri menyatakan kata tunggal kesatuan (oneness in unity, not a number), bukan tunggal gundul (yachid, tunggal nomor satu, yang pertama). Di sini ditunjukan bahwa keesaan Allah ditunjukan dalam kesatuan, bukan angka. Menunjukan bahwa keesaan Allah sebenarnya bisa dinyatakan dalam konsep infinity yaitu suatu yang tak terbatas, dan hanya ada satu yang tak terbatas, tetapi bukan berjumlah 1 (terbatas). Echad menunjukan satu yang Maha Tak Terbatas, bukan satu angka yang terbatas.

Ada situs yang bagus untuk mempelajari kata echad dan yachid ini dalam studi Tritunggal:

http://www.bible.ca/trinity/trinity-oneness-unity-yachid-vs-echad.htm

Satu Nama dalam 3 Pribadi

Matius 28 : 19

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama (Bhs Yunani: onoma → nama yang tunggal) Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

Dalam konteks orang Yahudi dan orang zaman dahulu, kata nama menunjukan tentang kesaksian di balik nama tersebut.

Maka dalam Allah, hanya ada satu kuasa dan dan satu kehendak saja. Dalam Pribadi Trinitas, tiap Pribadi Trinitas tidak memiliki kuasa yang berbeda, kehendak yang berbeda. Ketika seseorang menerima Yesus sebagai Allah / bersifat ilahi, dan Roh Kudus sebagai Allah / bersifat ilahi, maka Dia adalah penyembah satu Allah. Karena dalam tiga Pribadi tersebut hanya ada satu nama, yaitu satu Allah. Namun Pribadi itu sendiri tidak bisa disamakan, karena mereka berbeda, namun mengandung satu kehendak ilahi, sehingga ketika kita menyembah Allah, maka kita menyembah ketiga-Nya yang Esa.

Satu Allah dalam Tiga Pribadi yang tak terpisahkan

Pribadi Allah tidak bisa terpisahkan, karena apabila berpisah, maka bisa dikatakan 3 Allah bukan satu Allah. Allah Maha Hadir, maka Allah Bapa, Putera (Firman Allah), dan Roh Kudus (Roh Allah) Maha Hadir dan selalu ada secara bersama-sama. Firman Allah (Yesus Kristus) yang menjadi manusia keluar dari diri Allah tanpa meninggalkan Allah.

Yoh 1: 14

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Yoh 1: 18

Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Bagaimana bisa?

Bisa, jika kita menulis buku, pikiran kita menjelma menjadi buku. Kita tidak kehilangan pikiran kita ketika pikiran kita tertuang dalam satu buku. Tetapi pikiran kita keluar dan disaksikan orang banyak melalui buku tersebut.

Demikian juga dengan Roh Kudus, yang ada dan keluar dari Sang Bapa tanpa meninggalkan Bapa. Karena jika Roh Kudus meninggalkan Bapa, maka Bapa kehilangan Roh-Nya. Tidak mungkin Allah kehilangan sesuatu dari diri-Nya, karena Allah tidak dapat terbagi-bagi.

Yoh 15: 26

Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.

Maka di sini diartikan bahwa Allah tidak terbagi-bagi dalam 3 Allah / 3 Tuhan yang menjadi satu. Tetapi Allah sejak semula ada bersama-sama tanpa pernah berpisah antar Pribadinya. Jika sepertinya berpisah, seperti ketika Pembaptisan Yesus, itu hanyalah keterpisahan secara kesaksian / teofani, tetapi tidak ada keterpisahan secara natur dan hakekat, di mana tidak ada waktu bagi mereka tidak saling hadir. Karena Allah adalah satu tidak bisa dibagi-bagi, dan Allah bukan organisasi bagi 3 Pribadi-Nya. Allah eksis sebagai Allah.

Bandingkan dengan diri kita: Eksistensi kita tidak akan terpisah dari pikiran kita, tidak akan terpisah dari roh kita. Kita hidup, maka kita pastinya punya pikiran dan kita eksis sebagai seorang manusia.

Mungkinkah Tiga Pribadi Allah memiliki Kesamaan Kehendak?

Sangat mungkin dan masuk akal, bahkan yang tidak mungkin adalah jika Tiga Pribadi Allah ini memiliki perbedaan kehendak. Kenapa? Karena Allah itu sempurna, Dia Maha Tahu, Maha Adil, dan Maha Baik. Jangan samakan Pribadi Allah dengan pribadi manusia.

Kata “pribadi” di sini bukan berarti orang, bahasa asli dari pribadi Allah adalah hypostasis. Hypostasis tidak berarti “orang” tetapi memiliki arti yaitu spesifikasi dari suatu natur.

Allah adalah yang tercerdas, yang paling tahu yang mana yang benar, Dia tahu tanpa berpikir seperti kita manusia. Sehingga Tiga Pribadi Allah tidak memunculkan keterbatasan-keterbatasan, seperti bisa beda pendapat, tidak saling tahu, dan lainnya. Maka karena sama bijaknya, sama tahunya, dan sama benarnya, yaitu hanya satu yang bijak, baik, dan benar, yaitu Allah saja. Sehingga dalam Tiga Pribadi itu justru hanya memiliki satu kehendak ilahi, yang sempurna, yang dikerjakan secara serempak oleh ketiga-Nya.

Mengapa perlu Tiga Pribadi? Bukan Satu?

Jawabannya adalah kita perlu belajar mengenai apa itu Pribadi dari bahasa asli hypostasis. Jangan coba memahami kata pribadi dengan sudut pandang kita, karena kita lupa bahwa pribadi yang kita maksudkan bernatur Allah, yaitu yang tanpa terbatas. Sedangkan pribadi manusia terbatas, sehingga kita berbeda satu sama lain dan tidak pernah bisa disamakan / diesakan.

Memahami Pribadi Allah
Kalau Allah itu satu kenapa ada Tiga Pribadi?

Ini adalah pertanyaan kunci dan misteri bagi orang Kristen. Tetapi Allah tidak perlu menyatakan Diri dalam Tiga Pribadi jika memang Allah tidaklah demikian atau tidak sanggup menjelaskan umat-Nya mengenai hal ini. Adanya doktrin Trinitas sebenarnya menunjukan bahwa doktrin ini bisa dijelaskan. Allah yang begitu misteri dan transenden mau menyatakan diri kepada kita sehingga bisa dipahami, terutama mengenai 3 Pribadi dalam diri Allah. Suatu sikap ignorance yang begitu parah bagi saya apabila orang Kristen tidak mau mempelajari hal ini, karena tutup kuping dan tutup pikiran untuk mengenali Allahnya berarti tidak pernah mau menjumpai Allah-nya.

Mari kita memulai dengan pembahasan mengenai apa itu arti kata “Pribadi” yang sebenarnya.

Apakah 3 Pribadi Allah sama dengan 3 Orang?

Kata Pribadi sendiri sebenarnya tidak berarti orang yang berbeda dan terpisah. Kata “pribadi” dalam diri Allah berarti Allah Bapa dan Allah Putera itu berbeda dan terpisah secara Pribadi, yang artinya ada dua Allah, sama seperti Petrus dan Paulus yang adalah dua manusia. Ini adalah pengertian kita yang umum mengenai kata “pribadi”. Mari kita pelajari bahasa asli dan pengertiannya tentang asal usul kata “pribadi” ini dalam doktrin rumusan bapa-bapa gereja.

Dalam pengakuan iman dan perumusan Tritunggal pertama tidak menggunakan kata “pribadi” dengan konteks yang kita mengerti sekarang (yaitu orang yang terpisah secara kesadaran dan kehendak). Kata yang digunakan oleh bapa gereja untuk menyatakan kata “pribadi” dalam doktrin Trinitas ini adalah hypostasis.

Hypostasis ini memiliki arti yaitu:

The term hypostasis has two meanings. Sometimes it means simple existence. In this sense, substance and hypostasis are the same thing, which is why certain of the holy Fathers have said: ‘the natures, that is to say, hypostases. At other times, it means the existence of an individual substance in itself.
— John Damascus, The Fount of Knowledge, Chapter XLII, paragraph 1.

Atau secara mudahnya dapat didefinisikan menjadi: suatu karakteristik dan spesifik dari suatu hakikat yang bisa dibedakan, entitas atau realitas individu dari suatu hakikat.

“I shall state that essence has the same relation to hypostasis as the common has to the particular” — St. Gregory of Nyssa.

Atau dalam arti teologinya hypostasis dari Allah adalah suatu bentuk unik dalam diri Allah/natur Allah atau pembedaan/spesifikasi sifat dari diri Allah yang esa. Jadi dalam hypostasis ada karakter / sifat yang unik yang bisa dibedakan dalam hipostasis lainnya. Jadi dalam diri Allah setiap hipostasisnya memiliki sifat yang unik yang tidak dibagikan kepada hipostasis lainnya.

Contoh dari pengertian hypostasis ini misalnya :

Api terdiri dari kobaran api, terang, dan panas. Hypostasis kobaran api, terang, dan panas adalah hal yang berbeda secara sifat/karakteristik tetapi dari unsur yang sama yaitu api.

Matahari terdiri dari inti matahari, terang, dan panas. Inti matahari tidak bisa dilihat, sedangkan yang menyatakan matahari tersebut adalah terangnya yang keluar dari matahari, dan keberadaan matahari bisa dirasakan lewat panasnya.
Pohon terdiri dari inti pohon, bentuk pohon dan hidup pohon. Hypostasis inti pohon, bentuk pohon, dan hidup pohon bisa dibedakan secara logis tetapi tidak bisa dipisahkan, dan menceritakan satu pohon.

Manusia terdiri dari eksistensi orang tersebut, pikiran, dan roh. Eksistensi menceritakan orang tersebut yang kita kenal lewat pikirannya dan adanya roh menunjukan bahwa dia hidup.

Jadi Trinitas tidak berbicara mengenal 3 Pribadi Allah yang menjadi satu, tetapi satu Allah yang dikenal dalam 3 Pribadi. Maka kita perlu mengenal Pribadi Allah dari apa yang dinyatakan dalam Alkitab itu sendiri. Dalam setiap Pribadi ini ada sifat-sifat unik yang tidak dibagikan/terdapat pada Pribadi lainnya.

Allah Bapa

Hypostasis Allah Bapa adalah Allah yang menjadi Bapa dari segala sesuatu, yang sudah ada sejak semula, yang ada dalam terang yang tak terhampiri, yang tidak kelihatan.

Keluaran 33: 20

Lagi firman-Nya: “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.”

1 Korintus 8: 6a

namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup

Kolose 1: 15

…. Allah yang tidak kelihatan, …

Yohanes 1: 18a

Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah;

1 Timotius 6: 16

Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.

Maleakhi 2: 10

Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Bukankah satu Allah menciptakan kita?

Dalam ayat-ayat tersebut kita mengetahui bahwa Allah Bapa adalah Pribadi yang menjadi mula dari segala sesuatu, yang ada sejak semula, yang tidak muncul dari siapapun, dan Dia adalah Allah yang tidak kelihatan, yang tidak bisa dijumpai, dan menyatakan diri-Nya lewat Firman-Nya dan Roh-Nya.

Sifat unik:

Transenden, tidak keluar dari apapun, yang tidak kelihatan, tersebut tidak di-share kepada Firman-Nya dan Roh-Nya.

Jadi bisa dikatakan Allah Bapa adalah Unbegotten God, yang sejak semula ada dan ada dengan sendirinya, yang tidak dilahirkan / keluar dari mana pun, yang melahirkan (bukan menciptakan) Firman Allah, dan memiliki Roh-Nya yaitu Roh Kudus.

Allah Putera

Hypostasis Allah Putera adalah Firman (Logos) Allah / Pikiran Allah, yaitu pernyataan diri Allah kepada segala sesuatu, menjadi gambar dari Allah yang tidak kelihatan, yang keluar dari Sang Bapa sebelum segala sesuatu.

Filipi 2: 5 -7

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Kolose 1: 15–17

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.

Ibrani 1: 1-3

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi.

Yohanes 1: 18

Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Yohanes 8: 42

Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.

Yohanes 14: 9 -10

Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya

Maka Firman Allah adalah hypostasis pernyataan diri Allah atau gambar Allah yang mengenalkan diri Allah Bapa kepada segala sesuatu.

Sama seperti ketika saya bersembunyi di balik bilik dan ada orang di luar bilik. Saya tidak bisa dilihat oleh orang tersebut. Dan bagaimana saya menyatakan diri saya, saya harus berbicara dan orang tersebut mengenal diri saya yang berada di balik tembok tersebut, yang tidak dia lihat.

Atau perumpamaan seperti pohon. Kita mengenal jenis pohon tersebut dari bentuk / rupa pohon yang ada. Dengan begitu kita bisa mengenal inti / eksistensi dari pohon tersebut yang tidak kelihatan.

Dalam hal ini, Firman Allah-lah yang menjadi manusia, bukan Allah Bapa yang menjadi manusia, seperti kesesatan teologi oneness/modalist.

Sifat unik

Begotten from God, keluar dari Sang Bapa tanpa meninggalkan Bapa, alasan segala sesuatu ada/dengan-Nya Allah menciptakan, sebagai wujud / gambar dari Bapa yang menyatakan diri Bapa, menjadi manusia untuk keselamatan manusia.

Allah Roh Kudus

Hypostasis Allah Roh Kudus adalah Hidup Allah, yang keluar dari Sang Bapa sebelum segala sesuatu dan aktif menyatakan diri Allah dalam memberi kehidupan.

Kejadian 1: 2

Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Kejadian 2: 7

ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

Yesaya 17: 13

Ya Pengharapan Israel, TUHAN, semua orang yang meninggalkan Engkau akan menjadi malu; orang-orang yang menyimpang dari pada-Mu akan dilenyapkan di negeri, sebab mereka telah meninggalkan sumber air yang hidup, yakni TUHAN.

Yohanes 4: 24

Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.

Yohanes 6: 63

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

 

Because the Holy Spirit is the bond between Father and Son, it thereby shares the qualities of the other two Persons. This unique character takes the best of both, as it were, and offers it to us “that he might renew the path to human salvation which had been corrupted — St Gregory of Nyssa

Maka Roh Kudus adalah Roh Allah/Hidup Allah. Allah adalah Sang Pemberi Hidup, pastinya memiliki Roh / Hidup. Roh manusia ada karena diciptakan/diberikan oleh-Nya, tetapi bukan berarti Roh Allah dihembuskan menjadi roh manusia, tetapi kuasa kehidupan diberikan Allah menjadi roh manusia. Roh manusia tersebut beserta dengan Roh Allah sehingga ada kuasa kehidupan dibaliknya.

Sifat unik

Proceeding from God, sifat dinamis / aktif bekerja yang menunjukan hidup Allah, Sang Pemberi Hidup.

Roh manusia mati ketika manusia jatuh dalam dosa, sehingga manusia dikatakan binasa (Kejadian 3 : 3, Roma 6 : 23). Manusia terpisah dari Allah (Yesaya 59 : 2) dan Roh Allah tidak ada lagi pada manusia (Kejadian 6 : 3). Maka manusia binasa, ketika raganya mati, rohnya akan mengalami keterpisahan kekal dengan Allah / sumber hidup, sehingga rohnya binasa di neraka. Maka ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita diberikan hidup kembali (Roma 6 : 23), sehingga roh kita yang mati dihidupkan kembali (Yohanes 4 : 14, Yohanes 7 : 37–38).

Yohanes 4: 14

tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.

Yohanes 7: 37–39

Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup. Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”

Bagi orang yang menerima Yesus, pastinya akan memperoleh hidup kembali, karena kesaksian Injil Kristus dihidupi oleh Roh Kudus. Bagi yang percaya kepada-Nya, akan mengalirkan air hidup dalam dirinya, itu adalah Roh Kudus (Yoh 7 : 37–39). Maka sangat salah bagi orang Kristen yang menganggap adanya Baptisan Roh Kudus supaya orang penuh dengan Roh Kudus, setelah dia telah lama menjadi orang percaya (atau biasa disebut Second Blessing). Tidak ada pembaptisan kedua kalinya oleh Roh Kudus, karena sekali dia percaya dan dibaptis, dia dipenuhi oleh Roh Kudus dan itulah yang disebut dengan lahir baru. Dan dia penuh oleh hidup, karena rohnya yang mati telah dihidupkan, sehingga membuahkan buah-buah Roh (Galatia 5 : 22–23).

Yohanes 3: 5–6

Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Maka dalam iman Kekristenan, hanya ada satu Allah, yaitu Bapa, yang ada bersama Firman dan Roh-Nya, yang dipuja dalam satu nama (Matius 28: 19). Di dalamnya hanya ada satu kuasa, satu kehendak, tidak terbagi, dan tidak dipisahkan.

Trinitas dari Gereja Ortodoks Timur

Allah itu kasih, maka kasih selalu mengalir dalam diri Allah. Di dalam kasih harus ada yang mengasihi dan dikasihi. Maka ada siklus kasih dalam diri Allah, yaitu Bapa mengasihi Firman dan Roh dan sebaliknya sesuai dengan firman yang berkata:

Yohanes 17: 24

…. sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

Jadi Allah tidak menciptakan karena membutuhkan sesuatu untuk dikasihi, tetapi sebelum segala sesuatu Allah sudah kasih, dan kasih itu mengalir dalam diri-Nya, yaitu 3 Pribadi-Nya.

Apakah 3 Pribadi menunjukan adanya pembagian dalam diri Allah?

Tidak, Allah tidak terbagi-bagi. Dia sempurna, maka dari itu Dia memiliki Eksistensi, Firman, dan Roh. Maka Eksistensi (Bapa), Firman (Putera), dan Roh (Roh Kudus) tidak merupakan pembagian dalam diri Allah yang satu, tetapi merupakan kesaksian dari kita yang melihat Allah yang satu. Sama seperti kita merasakan panasnya api, panas tersebut tidak terpisah dari eksistensi api dan nyala api.

Allah tidak terbagi, sehingga Allah Bapa tidak sempurna tanpa Roh-Nya, atau tidak sempurna tanpa Firman-Nya. Allah itu sempurna, maka Dia memiliki Firman dan Roh.

Kenapa terkesan ada tiga? Karena pikiran kita mencetaknya menjadi 3 di dalam pikiran kita, tetapi sebenarnya adalah satu. Jika kita berpikir mengenai Allah Bapa, kita tidak sedang memisahkan Allah Bapa dengan Putera dan Roh Kudus di pikiran kita, tetapi hakikatnya mereka adalah satu. Tetap sempurna yaitu eksistensi Allah yang punya Firman dan Roh, dan tiga-tiganya ada. Antar Pribadinya tidak bisa berpisah, karena hanya ada Satu Allah.

Prinsip yang harus diketahui tentang Hubungan antar Pribadi Allah
Kesalahan pemahaman dalam Trinitas umumnya adalah gagal memahami hubungan antar Pribadi-Nya. Dalam hal ini sering muncul bidat-bidat ajaran agama Kristen karena tidak memahami Trinitas dengan memahami sifatnya. Misalnya dalam teologi Oneness Pentecostal yang saya bahas di bagian sebelumnya, teologi ini tidak membedakan antara hypostasis Allah, sehingga dalam pemahamannya Allah Bapa menjadi manusia, dan menjadi Roh Kudus karena ketiganya tidak dibedakan. Atau beberapa teologi yang memisahkan Allah dalam Trinitas, sehingga menjadi tritheisme (penyembahan 3 Allah).

Sifat dalam Diri Allah antar Pribadi-Nya:
1. Satu kesatuan, tidak bisa dipisahkan
2. Bisa dibedakan
3. Tidak bisa dibagi
4. Sama dalam kehormatan, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah.

Konsep ini bisa dipahami sebagai berikut.

1. Tanpa unity, maka akan jatuh dalam pemahaman polytheis atau penyembahan 3 Allah.

2. Tanpa diversity, maka akan jatuh dalam pemahaman modalistic atau hanya ada satu Pribadi Allah.

3. Tanpa equality, maka akan jatuh dalam pemahaman subordinasi, yaitu Allah terdiri dari komponen-komponen yang lebih rendah kehormatannya satu dibanding lainnya.

Pengakuan Iman Nikea (325 M) — Konstantinopel (381 M)

Dalam kehidupan gereja mula-mula, banyak terpaan bidat-bidat atau pengajar-pengajar palsu yang mencoba mengaburkan iman kekristenan. Maka dalam 4 abad perjalanan gereja, melalui konsili-konsili bapa gereja, dibuatlah pengakuan iman sebagai pernyataan bahwa orang-orang Kristen pada zaman itu mewarisi iman para rasul yang adalah saksi mata langsung dari Yesus. Pengakuan ini diucapkan dan diakui oleh seluruh orang percaya, di mana orang di luar orang percaya yaitu bidat-bidat tidak mengakuinya dan memisahkan diri dari gereja (misal bidat Arius dan pengikutnya yang tdak mengakui Yesus adalah Allah, atau Macedonius yang tidak mengakui Roh Kudus sebagai Allah).

Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan;

dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus, Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan. Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir.

Aku percaya akan Roh Kudus, Tuhan yang memberi hidup; Ia berasal dari Bapa, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan Akan penghapusan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di dunia yang akan datang. Amin.

Apakah Tritunggal adalah produk kekeliruan Bapa Gereja?

Pandangan Allah Tritunggal bukanlah sesuatu yang asing bagi orang Yahudi, meskipun istilah Tritunggal tersebut tidak pernah dikenal oleh orang Yahudi. Tetapi intisari keesaan Allah dalam rumusan Tritunggal bukanlah suatu yang asing bagi orang Yahudi.

Doktrin Tritunggal memang baru ada dalam agama Kristen. Pertanyaan yang sering dilontarkan bagi orang Kristen: sejak kapan doktrin Tritunggal ada?
Dan kenapa tidak ada kata Tritunggal pada Perjanjian Baru sedangkan orang Kristen memercayainya?

Tritunggal adalah Rumusan Doktrin

Tritunggal secara istilah memang belum dikenal pada masa kekristenan purba. Dengan begitu jelas juga bahwa istilah Tritunggal tidak terdapat pada Alkitab atau ditulis langsung oleh para rasul. Tetapi berdasarkan fakta ini

  • bukan berarti Allah bukan Tritunggal atau dengan kata lain rumusan Tritunggal itu salah/bisa diragukan
  • bukan berarti orang Kristen di zaman gereja purba tidak memercayai dan tidak mengenal doktrin Tritunggal.

Orang Kristen di zaman purba memahami Allah Tritunggal, sesuai pesan ajaran para nabi dan para rasul. Tritunggal adalah rumus dari ajaran para rasul dan iman yang dipegang oleh orang Kristen pada masa itu, yang secara huruf dan istilah memang belum ada, tetapi definisinya sudah ada.

1. Tritunggal dalam Ajaran Para Rasul

Para rasul konsisten dengan ajaran Yesus. Para rasul mengajarkan bahwa Allah itu esa. Itu terdapat pada surat-surat para rasul dan Injil :

Markus 12:29, Yohanes 5:44, 17:3, Roma 3:30, 10:12, 16:27, 1 Korintus 8:4,6, 12:6, Galatia 3:20, Efesus 4:6, Yakobus 2:19, 1 Timotius 1:17, 2:5, Yudas 1:25

Tetapi keesaan Allah itu harus dipahami, apakah tunggal mutlak/gundul seperti yang dipahami oleh Islam/Unitarian/Saksi Yehovah? Ternyata tidak, pada ajaran para rasul tersebut dijelaskan bahwa Keesaan Allah itu terdapat 3 realitas yang unik, yang kekal, dan yang esa.

Maka resume ajaran para rasul ini adalah sebagai berikut:

1., Allah yang satu itu adalah Bapa, sumber dari segala sesuatu (1 Korintus 8:6), yan tidak kelihatan (1 Timotius 1:17).

2. Allah memiliki Firman (Mazmur 119:89) dan Roh (Kejadian 1:2, Ayub 33:4)

3. Yesus adalah Firman Allah (Yohanes 1:1), Gambar Allah (Kolose 1:15, Ibrani 1:3), dan Firman adalah Allah (Yohanes 1:1).

4. Roh Kudus adalah Roh Allah, yang menyertai para rasul (Yohanes 20:22), Kisah 1:8), Gereja (Yohanes 14:26) dan setiap orang percaya, dan Roh Kudus adalah Allah (1 Tesalonika 4:8).

5. Gereja membaptis orang dalam nama Allah yang esa, dalam nama (“onoma” = satu nama) Bapa, Putera, dan Roh Kudus. (Matius 28 :19).

Mereka paham bahwa Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, Mereka juga tahu, bahwa Bapa bukan Yesus, Yesus bukan Roh Kudus, Roh Kudus bukan Bapa, tetapi tidak ada 3 Allah, tetapi hanya satu Allah. [1]

2. Tritunggal dalam Ajaran Bapa-Bapa Gereja

2.1 Bapa-Bapa Rasuli

Ketika para rasul wafat, mereka telah menahbiskan penerus-penerus mereka, hal tersebut dinamakan paradosis rasuliah. Hal ini memang dilakukan oleh para rasul, supaya ada penerus yang mewarisi iman yang sama (Matius 28:19, Kisah 1:21–22, 20:28, Yudas 1:3, 2 Tesalonika 2:15), Generasi pertama yang menjadi murid para rasul ini, yang tulisannya masih bisa kita baca hingga sekarang, kita sebut sebagai Bapa Rasuli [2]. Misalnya:

Rasul Petrus memiliki murid bernama Klemens dari Roma, dan Ignatius dari Antiokhia, Markus yang disebut Yohanes, yang akhirnya mewarisi pelayanan para rasul sebagai uskup / penilik jemaat di daerah tersebut.

Rasul Yohanes memiliki murid bernama Ignatius dari Antiokhia, Polycarpus dari Smirna, Papias dari Hierapolis, dsb yang akhirnya mewarisi pelayanan para rasul sebagai uskup / penilik jemaat di daerah tersebut.

Para bapa rasuli tersebut masih memiliki tulisan yang eksis pada zaman sekarang. Sehingga tulisan itu bisa kita baca dan pelajari, apa yang dipahami oleh para bapa rasuli tersebut.

Maka tuduhan bahwa ajaran para rasul hilang dan Gereja menjadi rusak ini tidak terbukti dengan menunjukan tulisan bapa-bapa rasuli.

Tulisan ini sekarang bisa kita akses melalui buku-buku bapa gereja, maupun bisa diakses online di situs http://earlychristianwritings.com/

Berikut ini adalah pandangan para bapa gereja mengenai Allah:

1. Klemens dari Roma

St. Klemens, uskup Roma (sekitar 96), sering disebut sebagai Bapa Apostolik yang pertama, juga berulang kali merujuk pada Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam tulisannya. Misalnya, ia menulis dalam tulisannya kepada jemaat Korintus.

1 Clement 46:6
“Apakah kita tidak memiliki satu Allah dan satu Kristus dan satu Roh anugerah yang dicurahkan ke atas kita? Dan apakah tidak ada seorang pun yang memanggil Kristus? “

Klemens juga mengakui bahwa adalah Dia yang berbicara melalui Roh dalam Mazmur Daud, dan kepada siapa yang menerima ‘tongkat keagungan’, yaitu instrumen yang melaluinya Tuhan menjalankan kedaulatan-Nya. Dia juga “jalan keselamatan”, “imam besar persembahan kami “; melalui Dia kita memandang ke ketinggian surga’. Klemens juga menganggap Roh Kudus mengilhami nabi Allah di segala zaman. Namun Klemens tidak menjelaskan hubungan antara Bapa, Putera, dan Roh Kudus.

2. Ignatius dari Antiokhia

Ignatius, uskup dari Antiokhia adalah murid dari Rasul Yohanes. Ignatius sering menyebut bahwa Yesus adalah Allah dan berkata bahwa Putra co-existent dengan Sang Bapa sebelum segala zaman. Dalam suratnya kepada gereja di Magnesia dan Efesus

Epistle to the Magnesians 6:1
“Yesus Kristus. Dia, diperanakkan oleh Bapa sebelum awal waktu, adalah Allah Firman, sang Anak tunggal, dan tetap sama untuk selamanya; karena “dari kerajaan-Nya tidak akan ada akhirnya,” kata nabi Daniel.

 

Epistle to the Ephesians 7:2
Ada satu Tabib yang memiliki tubuh dan jiwa; keduanya dibuat dan tidak dibuat; Allah yang ada dalam daging; hidup sejati dalam kematian; baik Maria dan Tuhan; pertama mungkin dan kemudian tidak mungkin, bahkan Yesus Kristus, Tuhan kita.

3. Polycarpus dari Smirna

Polycarp adalah uskup Smirna dan juga seorang murid Rasul Yohanes. Dia mati syahid di arena Romawi, tetapi sebelum kematiannya dia memberi pemujaan pada Allah Trinitas.

The Martyrdom of Polycarp 14:1–2;
Ya Tuhan Allah Yang Mahakuasa, Bapa dari Putramu yang terkasih, Yesus Kristus . . . Saya memuji Engkau karena Engkau telah menganggap saya layak untuk ini hari dan jam, agar saya dapat menerima tempat di antara bilangan para martir. . . untuk kebangkitan menuju kehidupan kekal. . . dalam Roh Kudus yang tanpa cela. “

4. Surat Rasul Barnabas

Dalam tulisan surat yang dipercaya ditulis oleh Barnabas pada abad pertama (berbeda dengan Injil Palsu Barnabas), surat ini juga mendukung keilahian Yesus dan adanya doktrin seputar Trinitas di dalamnya.

Surat Barnabas 5: 5-7
Dan lebih lanjut, saudara-saudaraku: jika Tuhan bertahan menderita untuk jiwa kita, Dia menjadi Tuhan atas seluruh dunia, kepada siapa Allah berfirman pada dasar dunia, “Mari kita menjadikan manusia menurut gambar kita, dan menurut rupa kita,” pahami bagaimana Dia menanggung penderitaan di tangan manusia. Para nabi, setelah memperoleh kasih karunia dari-Nya, bernubuat tentang Dia. Dan Dia (karena itu menghendaki Dia muncul dalam daging), agar Dia dapat menghapuskan kematian, dan mengungkapkan kebangkitan dari kematian, bertahan [apa dan seperti yang Dia lakukan], agar Dia dapat memenuhi janji yang dibuat kepada para ayah, dan dengan mempersiapkan orang-orang baru untuk diri-Nya, dapat menunjukkan, sementara Dia tinggal di bumi, bahwa Dia, ketika Dia telah membangkitkan umat manusia, juga akan menghakimi mereka.

Sehingga kesimpulannya, menurut bapa gereja yang sezaman dengan para rasul, mereka memercayai adanya unsur Trinitas dalam mengenal Allah. Meskipun pada saat ini harus diakui bahwa belum terumuskan dengan baik apa itu Trinitas, tetapi saat itu orang Kristen bahwa Allah itu satu, yaitu Bapa, yang memiliki Firman sebagai Anak (yang co-existense atau pra-ada, bukan Anak dalam arti dilahirkan secara fisik) dan Roh Allah yang adalah sumber hidup dan berbicara melalui para nabi.

3. Teolog abad kedua, Murid dari Bapa Rasuli

Pada masa setelah para rasul dan bapa rasuli, sudut pandang ini tidak berubah. Dari tulisan murid-murid yang ditahbiskan para rasul dan bapa rasuli menjelaskan bahwa pandangan tersebut terjaga dalam gereja. Para penerus ini semakin merumuskan keesaan Allah dan kejamakan Pribadi ini dalam rumusan yang lebih jelas dan tegas. Hal itu terjadi karena pada masa tersebut semakin banyak bidat yang tumbuh dan pengajar-pengajar palsu yang menceritakan Yesus yang berbeda, Allah yang berbeda. Tulisan bapa-bapa gereja ini adalah:

1. Yustinus Martir (110–165 M)

Salah satu apologet yang paling menonjol selama periode ini adalah Yustinus Martir, seorang penyembah berhala yang berubah menjadi filsuf. Yustinus menggunakan keterampilannya sebagai penulis untuk menyangkal bidat dan memajukan kerajaan Kristus. Dua bidat yang ia tolak dalam tulisannya adalah dualisme Gnostik dan Marcionisme.[4]

Menanggapi Marcion, dan sehubungan dengan masalah-masalah Tritunggal, Yustinus mulai memperjelas hubungan antara Bapa dan Putra, mempromosikan keilahian Kristus dan juga menjelaskan bahwa Kristus memiliki fungsi yang berbeda dalam hubungannya dengan Bapa. Misalnya, dalam buku Second Apology (150M), Yustinus mengungkapkan gagasannya tentang hubungan Kristus dengan Allah Bapa ketika dia mengatakan bahwa Anak itu “bersama Allah dan diperanakkan sebelum semua ciptaan.”

Second Apology 6.
“The Father of all has no name given him, since he is unbegotten. For a being who has a name imposed on him has an elder to give him that name. ‘Father,’ ‘God,’ ‘Creator,’ ‘Lord,’ and ‘Master’ are not names, but appellations derived from his benefits and works. His Son (who alone is properly called Son, the Word [Logos] who is with God and is begotten before all creation, when in the beginning God created and ordered all things through him) is called Christ because he was anointed.”

2. Ireneus dari Lyon

Ireneus adalah murid dari Polycarpus, atau cucu dari rasul Yohanes. Untuk mempertahankan keesaan Tuhan melawan Gnostisisme dan Marcionisme, Ireneus meletakkan dasar bagi doktrin Tritunggal. Kalau tidak, tanpa
penekanan pada satu sifat Tuhan, kepercayaan pada tiga pribadi bisa
dipandang sebagai tipe pengajaran politeisme.[5] Dalam bukunya Against Heresies, Ireneus merangkum argumennya melawan kaum Gnostik, beliau menulis:

Adversus Haereses II Preface:
“Saya membuktikan juga itu hanya ada satu Allah, Pencipta, dan bahwa Ia bukan buah dari cacat apa pun, juga tidak ada sesuatu di atas Dia, atau setelah Dia. ”

Alih-alih teologi dualistik dari kaum Gnostik, Irenaeus dalam buku jilid keempatnya mengajarkan bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu Allah, namun Allah yang satu ini dimanifestasikan dalam Tiga Pribadi.

Against Heresies IV : Bab 33.7.
“Dalam satu Allah yang Mahakuasa, daripada-Nya segala sesuatu berasal adalah, … dan di dalam Anak Allah, Yesus Kristus, Tuhan kita, yang melaluinya adalah segala sesuatu, dan dalam dispensasi yang menyelamatkan di mana Anak Allah menjadi manusia; dan dalam Roh Allah, yang dalam setiap generasi secara terbuka mengungkapkan di antara umat manusia dispensasi penyelamatan dari Bapa dan Putra, sebagaimana yang Bapa kehendaki. “

Dalam beberapa hal, Irenaeus tampaknya lebih maju dari zamannya. Dia menolak sebelumnya bidat Arian ketika dia menyatakan bahwa Anak “tidak mulai menjadi; dia selalu ada bersama Bapa. ”

Against Heresies 3.18.1;

Seperti telah ditunjukkan dengan jelas bahwa Firman, yang ada pada mulanya bersama Allah, yang dengannya segala sesuatu diciptakan, yang juga selalu hadir bersama umat manusia, ada di hari terakhir ini, sesuai dengan waktu yang ditunjuk oleh Bapa, dipersatukan untuk tugas-Nya sendiri, sejauh Ia menjadi manusia yang harus menderita, [selanjutnya] bahwa setiap keberatan dikesampingkan dari mereka yang berkata, “Jika Tuhan kita lahir pada waktu itu, maka Kristus sebelumnya pernah tidak ada.” Karena saya telah menunjukkan bahwa Anak Allah pada waktu itu sudah ada, bersama Bapa sejak awal; tapi ketika Dia menjelma, dan menjadi manusia, Dia memulai lagi sebagai manusia,

Dia menekankan kesatuan Tuhan, namun menjelaskan bagaimana Bapa, Anak dan Roh Kudus bekerja dalam “Persatuan dan harmoni dalam penciptaan, pemeliharaan, dan keselamatan, karena mereka ada di dalamnya satu sama lain sebelum penciptaan. “

2. Teofilus dari Antiokhia

Sekitar 181 M, Theophilus dari Antiokhia, seorang bapa gereja Timur, yang adalah seorang apologet, merupakan tokoh yang pertama menggunakan istilah “Trinity” (atau Τριάδος). Hal itu terdapat pada tulisan beliau untuk membantah Autolycus, seorang penyembah berhala/Discourse to Autolycus II Bab 15.

Sama dengan bapa gereja sebelumnya, Teofilus dari Antiokhia juga menjelaskan bahwa Roh Kudus berbicara melalui para nabi, dan melalui Sang Firman/Sang Anak, Allah menciptakan segala sesuatu. Teofilus dari Antiokhia juga salah satu yang pertama yang menyatakan bahwa Roh Kudus berbeda dari Logos/Sang Firman.

3. Athenagoras dari Athena

Pada 160 M, Athenagoras, yang menulis menentang modalis (orang yang mengatakan Allah adalah 3 Mode, bukan Pribadi) yaitu Noetus. Athenagoras mengatakan bahwa “meskipun Firman itu adalah lahir dari Allah, ia bukanlah Allah kedua. Sebaliknya, setelah bersama Tuhan dan di dalam Tuhan selamanya ia dikeluarkan pada suatu titik waktu.” Rujukan kepada Kristus, Firman Tuhan ini, sebagai tidak memiliki permulaan adalah langkah penting dalam menyangkal para modalis, yang tidak menerima perbedaan Pribadi di dalam Allah. Demikian juga Athenagoras, sang apologet, menulis sesuatu mengenai sifat Allah dalam Trinitas, kesatuan dan perbedaan dari Bapa, Putera, dan Roh Kudus dalam tulisannya ketika orang Kristen dianggap atheis.

A Plea for the Christians Bab 12 — Consequent Absurdity of the Charge of Atheism

bahwa mereka mengenal Tuhan dan Logos — Nya, apa itu
kesatuan Anak dengan Bapa, apa persekutuan Bapa dengan Anak, apa itu
Roh, apakah kesatuan dari ketiganya, Roh, Anak, Bapa, dan perbedaan mereka dalam kesatuan;

4. Hippolytus dari Roma

Juga, sekitar tahun 190 M, Hippolytus, murid dari Ireneus (cicit rohani Rasul Yohanes) juga menulis menentang Noetus, setelah mengutip bagian dari Yohanes 1: 1, dengan tegas menyatakan kasusnya untuk tiga Pribadi dalam Allah, di mana “Bapa di atas semua Anak adalah melalui semua dan Roh Kudus . . . ada di semua. ”

The Refutation of All Heresies : Against the Heresy of One Noetus. 14

Bapalah yang memerintahkan, dan Anak yang taat, dan Roh Kudus yang memberi pengertian: Bapa yang di atas segalanya, dan Anak yang melalui semua, dan Roh Kudus yang ada di dalam semua. Dan kita tidak bisa tidak berpikir tentang satu Tuhan, tetapi dengan percaya pada kebenaran di dalam Bapa dan Anak dan Roh Kudus …… Dan dengan ini Dia menunjukkan, bahwa siapa pun yang menghilangkan salah satu dari ini, gagal memuliakan Allah dengan sempurna. Karena melalui Tritunggal inilah Bapa dimuliakan. Karena Bapa berkehendak, demikian Anak, Roh dinyatakan. Jadi, seluruh Alkitab menyatakan kebenaran ini.

Jadi, pada akhir abad kedua, sudah ada pemahaman yang kuat akan Allah sebagai Trinitas dari tiga pribadi yang memiliki peran berbeda dan entah bagaimana, hanya menunjukan satu Allah.

5. Tertulianus dari Kartago

Tertullianus adalah seorang awam dan seorang apologet yang dikatakan memiliki “salah satu pemikiran teologis terbaik untuk muncul di Barat Latin.” Dia dikenal sebagai penulis istilah pertama yaitu “trinitas”, “una substansia thres personae”, yaitu satu substansi, tiga Pribadi.

Against Praxeas Bab 2

dalam itu Semua adalah Satu, oleh kesatuan (yaitu) dari substansi; sementara misteri dispensasi masih dijaga, yang mendistribusikan Persatuan ke dalam suatu Tritunggal, menempatkan dalam urutannya tiga Pribadi — Bapa, Putra, dan Roh Kudus: tiga, bagaimanapun, tidak dalam kondisi, tetapi dalam derajat; tidak secara substansi, tetapi dalam bentuk; bukan dalam kekuasaan, tetapi dalam aspek; namun dari satu substansi, dan satu kondisi, dan satu kekuatan, karena Dia adalah satu Allah, dari siapa derajat dan bentuk dan aspek ini diperhitungkan, dengan nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.

Formula dan pembelaannya yang gigih akan kesatuan dan keunikan Tuhan melawan kaum politeis Gnostik seperti Marcion serta para modalis seperti Praxea. Sebagai seorang apologet, Tertullianus, seperti orang lain yang mengikutinya, dipaksa untuk menghadapi peningkatan penganiayaan dan bidat dengan mengklarifikasi ajaran Alkitab mengenai Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan mengembangkan bahasa yang lebih tepat untuk mengungkapkan kebenaran inti Alkitabiah.

Dalam debatnya melawan pandangan modalistik Praxeas, Tertullianus berpendapat:

Against Praxea Chapter XXV
Dengan demikian hubungan Bapa dalam Putra, dan Putra dalam Sang Penolong (Roh Kudus -red), menghasilkan tiga Pribadi yang koheren, yang belum membedakan Satu dari yang Lain. Ketiganya adalah satu esensi, bukan satu Pribadi, sebagaimana dikatakan, “Aku dan Bapaku adalah Satu,” dalam hal kesatuan substansi, bukan singularitas angka.

Dalam pembelaannya melawan modalisme Praxeas, maka, Tertullian mengembangkan penjelasan yang lebih jelas tentang bagaimana persatuan Tuhan dapat didamaikan dengan Pribadi yang jamak.[7] Namun Pribadi yang dimaksudkan Tertulianus bukanlah Pribadi yaitu orang yang berbeda dan terpisah, sama seperti Andi berbeda dan terpisah dengan Budi. Tertulianus menegaskan:

Sang Penolong, atau Roh Kudus. Dia Berbeda dari Bapa dan Putra sama seperti Keberadaan Pribadi mereka. Tetapi Satu dan Tak Terpisahkan dari Mereka untuk Sifat Ilahi Mereka. — Against Praxeas Chapter 25

Sehingga ungkapan “Trinitas, satu substansi tiga Pribadi, yang bisa dibedakan tetapi tidak terpisahkan” dari Tertulianus ini adalah langkah yang sangat penting dalam pengembangan bahasa yang dapat digunakan untuk menggambarkan seluk-beluk Trinitas.

4. Bidat, menyelewengkan Ajaran Benar tentang Allah dan Yesus

Dari berikut-berikut ini adalah nama-nama pengajar palsu yang dicatat dalam sejarah, yang mengajarkan berbagai macam pandangan yang berbeda dari yang para rasul ajarkan. Berbeda dengan nama bapa-bapa gereja yang saya tulis sebelumnya, nama-nama ini adalah pengajar palsu yang mengajarkan Allah dan Yesus secara berbeda, sehingga disebut bidat atau tidak ortodoks. Seluruh gereja universal memercayai ajaran yang ortodoks, berbeda dengan bidat-bidat ini hanyalah sekte dalam kekristenan saat itu, yang akhirnya terpisah atau dikeluarkan dari gereja universal.

  • Gnostisisme, Dualisme, Doketisme: memercayai bahwa Yesus bukanlah manusia, tetapi Allah. Kaum Gnostik menggabungkan ilmu filsafat Yunani seperti Plato dan Neo-Platonis dalam mendefinisikan iman Kristen. Salah seorang pengikutnya yaitu Marcion bahkan memercayai dua Allah, yaitu Allah di Perjanjian Lama dan Allah di Perjanjian Baru. Seorang bidat bernama Basilides mengatakan bahwa Yesus tidak benar-benar disalib tetapi diserupakan dengan Simon dari Kirene. Teori sesat dalam kacamata sejarah dan kesaksian nyata di lokasi peristiwa ini entah kenapa bisa masuk dalam pemahaman orang Islam mengenai Yesus/Isa Al-Masih yang menurut mereka tidak benar disalib, tetapi diserupakan
  • Adoptionism, yang diajarkan oleh Paulus dari Samosata, seorang bidat yang percaya bahwa Yesus baru menjadi ilahi ketika menerima baptisan dari Yohanes.
  • Noetus, Praxeas, Sabellius, Cerrulius, dan beberapa muridnya dan pengikutnya mengajarkan ajaran modalisme, monarkianisme, patrepasianisme yaitu ajaran yang intinya percaya bahwa Allah adalah satu Pribadi dalam tiga mode. Mereka percaya bahwa Allah Bapa menjadi manusia bernama Yesus, dan Roh Kudus hanyalah manifestasi Allah, bukan Pribadi yang berbeda dengan Allah.
  • Arianisme, yang diajarkan oleh Arius, adalah ajaran yang mengatakan bahwa Yesus adalah ciptaan Allah yang pertama, sehingga Yesus / Firman Allah bukanlah Allah.

Begitu banyak ajaran yang tidak konsisten, berbeda dengan yang diajarkan gereja universal. Akhirnya mereka adalah bidat/penyeleweng dari ajaran rasul yang tengah dijaga oleh keturunan rohani atau suksesi para rasul. Mereka muncul secara bergiliran di abad demi abad, sebagai ajaran sesat yang dilawan oleh gereja saat itu, bahkan hingga saat ini.

5. Konsili sebagai Penegasan Iman Kristen yang dipercaya secara universal

Dalam menghadapi kebidatan dan banyaknya ajaran-ajaran asing muncul dari gereja, maka gereja melakukan sidang konsili untuk menunjukan ajaran mana yang diajarkan oleh Yesus dan para rasul. Hal itu sesuai dengan pesan Kitab Suci:

Matius 18:17 — 20
Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

 

Kisah Para Rasul 15:6, 28
6. Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu.
28. Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini:

Setelah adanya Edict Milan, di mana kekristenan diakui sebagai salah satu agama yang sah dalam negara, saat itu orang Kristen berhenti dipersekusi di era Kaisar Konstantinus. Maka pada saat itu, seluruh pemimpin umat (uskup /penilik jemaat) yang tersebar di daerah-daerah dapat menghadiri konsili dengan lebih mudah tanpa aniaya.

Pada tahun 320–336, ada seorang presbiter bernama Arius dari Aleksandria, yang mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Allah, tetapi ciptaan pertama dari Allah. Hal ini meresahkan uskup Aleksandria, yaitu Alexander. Namun Arius adalah orang yang pandai bersilat lidah, yang saat itu berhasil mendapatkan banyak pengikut dan sulit untuk dilacak kesesatan ajarannya. Dalam perseteruannya selama bertahun-tahun dengan uskup Aleksandria, akhirnya Kaisar Konstantin menyelenggarakan konsili oikumensi perdana di Nikea pada tahun 325. Seluruh uskup dari berbagai daerah kekristenan di undang pada acara tersebut.

Ketika Arius menyampaikan pendapatnya: “Ada suatu waktu di mana Firman Allah pernah tidak ada”, uskup Nikolas dari Myra langsung menampar Arius, dan mengatakan bahwa Arius melakukan penghujatan.

St. Nicholas dari Myra menampar Arius karena menghujat Yesus, Sang Anak Allah, yang diakuinya tidak satu hakikat / dzat dengan Allah. Arius mengatakan Yesus diciptakan.

Di konsili itu, Athanasius, seorang diakon muda, murid dari Uskup Aleksander dari Aleksandria menyampaikan bantahannya. Hingga akhir dari konsili tersebut, maka dinyatakan demikian:

But those who say: ‘There was a time when he was not;’ and ‘He was not before he was made;’ and ‘He was made out of nothing,’ or ‘He is of another substance’ or ‘essence,’ or ‘The Son of God is created,’ or ‘changeable,’ or ‘alterable’ — they are condemned by the holy catholic and apostolic Church. 

Pengakuan Iman Nikea

Dari 318 uskup yang hadir di Konsili Nikea, hampir seluruh uskup menandatangani bahwa ajaran Arius adalah ajaran sesat. Pada konsili tersebut dinyatakan bahwa Gereja memercayai bahwa Yesus adalah Allah sejati, yang keluar dari Allah Bapa, bukan merupakan ciptaan. Hanya Arius dan dua uskup lainnya yang tidak mau menandatanganinya. Hal ini membuktikan bahwa gereja saat itu memercayai bahwa Yesus adalah Allah, bukan ciptaan Allah, dan itu adalah kepercayaan universal yang tidak perlu diperdebatkan atau dipertanyakan lagi, mengenai apa yang dipercaya oleh gereja saat itu

Mengenai kisah lengkap dari Konsili Nikea 325 M dan apa saja yang terjadi, bisa kita baca lebih lengkapnya di tulisan Dr. Bambang Noorsena, SH, MA yang menjelaskannya lebih rinci: http://www.sarapanpagi.org/konsili-nikea-325-apa-yg-sesungguhnya-terjadi-vt6396.html

Dan ajaran gereja Trinitas ini akhirnya semakin rampung ketika muncul kembali golongan Semi-Arianisme, Macedonianisme yang berkata bahwa Roh Kudus ada di bawah Allah. Maka di titik ini, gereja mempertegas kepercayaannya akan Roh Kudus, bahwa Roh Kudus adalah Allah, dan saat itu merampungkan Pengakuan Iman Gereja Universal, di mana Trinitas adalah pokok kepercayaan yang ditekankan. Hal itu menyatakan bahwa inilah yang gereja percaya sejak semula, yang diajarkan oleh Yesus, yang iman tersebut diwariskan kepada para rasul, yang dijagai Roh Kudus sepanjang gereja berdiri, sehingga ajaran sesat seperti yang sebutkan di atas tidak berkuasa atas gereja.

Matius 16 : 18
Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku (Gereja-Ku — red) dan alam maut tidak akan menguasainya.


PREKONKLUSI

Dengan berbagai data dan pendapat dari tokoh-tokoh pra-konsili Nikea, bisa digambarkan bahwa seluruh bapa gereja ortodoks memercayai bahwa Allah itu Esa, yaitu Bapa (1 Kor 8:6), dan dalam Sang Bapa terdapat Sang Anak yaitu Firman-Nya (Mazmur 119:89, Yoh 1:1), dan memiliki Roh yaitu Roh Kudus (Ayub 33:4, Yoh 14:26). Allah terdiri dari Tiga Pribadi, yang bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Tiga Pribadi mengisahkan sesuatu yang unik dan menceritakan Allah. Trinitas bukanlah suatu yang asing dari pengajaran para rasul, juga murid-murid para rasul.

Pengajaran para rasul juga bukanlah hal yang membingungkan saat itu, karena sejak zaman para rasul ketritunggalan tersebut sudah jelas, hanya memang belum terumuskan. Seluruh para rasul sepakat, karena menyaksikan sendiri ajaran Yesus, juga menerima Roh Kudus yang sama. Tidak ada salah satu dari para murid yang memiliki kesaksian berbeda, misalnya berkata bahwa Yesus bukan Allah, atau berkata bahwa Yesus bukan manusia. Dan ajaran tersebut sangat terbukti, konsisten, dan teruji dalam sejarah. Tidak ada kekuatan militer atau politik yang memaksakan doktrin, karena saat itu orang Kristen pun masih ditindas.

Sebaliknya tokoh-tokoh yang disebut sebagai bidat/pengajar palsu itu muncul sebagai sempalan, yang memang menyimpang dari ajaran yang asli. Mereka mengajarkan berbagai macam tentang Allah dan Yesus, tidak ada kesepakatan, justru sangat heterodoks, saling bertentangan satu sama lain, tidak ada kekonsistenan. Mirisnya, dibandingkan dari komentar seluruh bapa gereja di zaman itu, yang tidak berbeda satu sama lain, semuanya mengisahkan hal yang sama dan mendukung ketritunggalan dalam diri Allah.


Sumber:

  1. Katekismus Gereja Katolik
  2. Alkitab Deuterokanonika
  3. CRU.ORG
  4. Church Life Journal
  5. Eric Ongkowijoyo di Medium

 

 

DEVOSI TU YESUS KRISTUS: DALAN SILANG NAGORI SIHEMUN BARU 2024

TEKS DEVOSI TU JESUS KRISTUS: DALAN SILANG NAGORI SIHEMUN BARU TAHUN 2024

(P = Partogi, L = Lektor, R = Ruas, PJ: Parjamita)
Di Nagori Sihemun Baru, diadonghon do Dalan Silang masuk tu horong ni Devosi. Ido asa digoari ulaon on Devosi tu Jesus Kristus: Dalan Silang Nagori Sihemun Baru.

Tung dihirim dongan sahuta Nagori Sihemun Baru do asa dipatupa ulaon on, hombar tu hasomalan ni halak Kristen di Nagori Sihemun, pola do dipamasuk tu Rencana Kegiatan Pemerintah (RKP) Nagori Sihemun Baru Taon 2024, jala ditahi do asa diihuthon muse tu taon-taon na lao ro songon na nienet sian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagori Sihemun Baru 2023-2029. Olat ni na tarbaen, ekumenis ma dipatupa ulaon on ala adong piga-piga sekte Kristen di Sihemun Baru. I do umbaen asa dang dipamasa on di Ari Rea Jumat Nabolon, asa boi ruas i mangareahonsa di huriana be. 

Ulaon parningotan di sitaonon ni Kristus dang tarsirang sian haheheonN, suang songon i do nang ulaon Dalan Silang on, ingkon tarida do hadomuanna dohot ulaon Paska. Hadomuan ni Dalan Silang dohot Paska dipataridahon do di bagian parujungan ni ulaon on.
Ende Pamungkaan: “Mambahen Tanda Silang i” (BETK 471)

2) Sude na laho salpu i, na huargahon uju i. Tadinghononhu nama i, marhite-hite Silang i.
Tanda Silang dohot Hata HuhuasI
Hata PatujolO

P: Hamu ale angka dongan, marpungu do hita sadari on laho pahusorhusorhon sitonon ni Tuhanta Jesus Kristus. Marhite na marningot sitaonon ni Tuhanta Jesus, naeng lam tahilalahon do balga ni holong ni roha ni Debata tu hita. Asing ni i, sai tahirim do asa lam tatanda angka hahurangan na jotjot taulahon, ai siala ni angka dosanta do umbahen marsitaonon Tuhan Jesus i, pola sampe mate Ibana di hau pinorsilang.

Tangiang Pamungkaan

P: Martangiang ma hita.

(Hohom satongkin)

Ale Debata, Ama Nasunburju. Mandok mauliate do hami tu Ho, ala nunga dipapungu Ho hami di ombas on, laho pahusorhusorhon sitaonon ni AnakMu, Jesus Kristus. Sai anggiat ma Tondi Porbadia, naung niusehonMu tu bagasan rohanami pabagashon haporseaonnami dohot holongnami tu Ho. Parmudumudu ma hami, asa rade manadinghon angka dosanami. Ajari ma hami, asa unang mabiar manghaholongi Ho nang dongannami jolma pe.

Marhite Kristus, Tuhannami, na mangolu jala mangarajai raphon Ho dibagasan hasadaon ni Tondi Porbadia, nuaeng dohot tongtong sahat ro di saleleng ni lelengna.

R: Amen

Ende (BETK 100)

Paradianan I: Jesus Diuhumi

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tano on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L1: Dipalua si Barabas parjahat i, hape na lias sian dosa i diuhumi Silatus. Dijalo Jesus do uhuman i,  dang alani biarNa manang ala naung talu. Tangkas do diboto Jesuus lomo ni roha ni Debata do i sude, bahen haluaon di torop jolma. Ndang tarpatupa haluaon, molo so adong na rade sumeahon dirina. Na umporlu di Jesus ima pasauthon lomo ni Debata. Pambahenan ni Silatus na so sintong i, ndang pola manegai haporseaonNa tu Ama i. Pos situtu do roha ni Jesus na so marisuang sitaononNa, ai bahen tobus ni jolma do i dirajumi gariada tahe on do dalan laho paluahon jolma.

Diajari do hita jumolo mangulahon lomo ni roha ni Debata nang pe godang parmaran dohot sitaononta binahen ni i. Alai jotjot do hita tarunjun marpangalaho songon Silatus; patujolohon lomo ni roha dohot hagiot niba, sian apala lomo ni roha dohot hagiot ni Debata. Jotjot do tatundalhon lomo ni Debata ala mabiar dibursikhon halak, manang direhei alani arta portibi, pangkat, parhundul, dohot lan na asing.

(Hohom satongkin)

P: Tuhan Jesus Kristus, nunga diajari Ho hami, asa tong marpos ni roha jala mangoloi lomo ni roha ni Debata. Jotjot do ingkon porsanonnami ragam ni sitaonon alani lomo ni rohaM. Sai unang ma mabiar hami mangihuthon Ho, siboan dame di tonga ni hageduhon di portibi on.

Tuhan, asi roham di hami.

R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

Ende (Mangihuthon logu BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan II

Biru biru Nabadia,

sai ajari ma nang hami,

mangoloi Debata.

Paradianan II: Diporsan Jesus do SilangNa tu Golgota

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L2: Dilean ma abit na rara tu Jesus. Dipartumpali ma Ibana dohot sungsang duri. Direhei jala dileai ma Ibana huhut dipaksa mamorsan silangNa tu dolok Golgota. Dijalo Jesus do saluhutna sitaonon on di bagasan unduk ni roha situtu. Jotjot do diajarhon Jesus lapatan dohot porlu ni serep marroha. Ndang holan marhite hata sambing diajari Ibana hita, alai lumobi marhite pambahenan.

Songon halak kristen na marungkil mangihuthon Jesus, ra jotjot do dileai hita, dipaburukburuk goarta, manang hurang diargahon hita. Molo tung masa pe sisongon i, sai unang ma nian pintor hansit rohanta. Manang habalihanna, olo do hita halak Kristen mangarehei halak na asing? Sintong dope pangalaho sisongon i?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus Nasunburju, jotjot do pamurahu hansit rohanami manang hubalos hami angka na jahat dohot na jahat, molo pola do hami mamurai manang mangaleai dongan na asing. Sai anggiat ma tiruan naung pinatuduMi mangonjar hami marserep ni roha.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan III

Ai diporsan do silangNa,

taihuthon ma Ibana,

mamorsan silangta be.

Paradianan III: Jesus Madabu Parjolo Sahali huhut dodondoni Silang i

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong) 

L3: Saborngin manipak dang modom Jesus, nunga lam godang durus mudar sian pamatangNa nabadia i. Ingkon porsanonna do SilangNa na sai borat i. Nakkok situtu do dalan tu Golgota. Dabu ma Jesus huhut, didondoni silangNa borat i.

Alai apala na jumorbot, na mandondoni dirina, akka dosanta do. Hita do na mardosa, alai Jesus do manghilala panghorhonna. Nunga dipatudu Jesus tu hita rumang dohot panghorhon ni dosa i. Sian pangaleaion do tanda dosa i. Tarida do dosa i dibagasan sude pambahenan na manegai na denggan. Borat do dalan laho tu haluaon dohot hasonangan i, nakkok do i jala borat. Molo alani dosanta do Jesus madabu, lapatanna, jumotjotan dope hita madabu tu bagasan dosa. Alai tahe, tongtong do dihaholongi Debata hita. Dihalomohon Debata do asa unang mura hita mandele. Lomo do roha ni Debata molo barani hita hehe sian dosanta jala marsihohot di dalan silangNa i.

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, tangkas do diboto Ho godang dohot boran ni angka dosanami na mambahen madabu Ho didondoni silang i. Tangkas do diboto Ho, tung mansai jotjot do hami madabu tu dosa. Lehon ma tu hami habaranion laho mamorsan sitaononnami. Molo madabu pe hami tu dosa, urupi ma hami asa boi mulak tu Ho, jala margogo mamrosan silang na pinorsanhonMu di abaranami.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

Ende (sian buku Ende HKBP nomor 86)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan IV
 Paradianan IV: Pajumpang Jesus dohot Maria InaNa i 

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L4: Ditorushon Jesus do dalan silangNa i. Pajumpang do Ibana dohot InaNa di tonga dalan. Dang lupa Jesus tu Maria. Maria do InaNa na manubuhon Ibana. Maria do na patarushon, parmudumuduhon, mangajari Ibana. Jala di tingki dileai Ibana, marsitaonon, dang ditinggalhon Maria ibana. Tama situtu do Maria gabe Ina sitiruon di halak na porsea. Dijumpangi Jesus do InaNa jala didok tu hita: Suman tu Maria ma hamu. Songon Ibana ma sahalak na porsea. Rade situtu do rohana mangulahon lomo ni roha ni Debata, nang pe sitaonon do na ro manahop binahen ni i. Dang biar roha ni Maria pajumpang dohot Jesus naung dileai huhut direhei.

Di tonga-tongatta pe godang do jolma na pogos, na lea dohot akka na so diparrohahon. Boha, barani jala olo do hita gabe dongan nasida, gabe aleale nasida? Aha do naung tabahen tu nasida?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, mandok mauliate do hami tu Ho, ala nunga dilehon Ho sada tiruan di hami, i ma Maria. Lehon ma tu hami benget ni roha, molo tung godang pe sitaonon na mandondoni hami. Sai anggiat ma barani hami parsidohot di sitaonon ni halak na asing.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

Ende (Mangihuthon logu sian Buku Ende 86)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan V

Nasa na huula i ndang tau hasonanganhi, Nang ringkot pe rohangki

Pola ro nang ilungki.

Holan asi ni rohaM pangurupi o Tuhan

Paradianan V: Diurupi si Simon sian Kirene do Jesus mamorsan Silang i 

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L5: Nunga mansai gale pamatang ni Jesus, dang lomo rohani akka soldadu i peak Jesus di tonga dalan. Nunga pate di roha nasida laho mangaleai Jesus jala mamereng Jesus tarsilang di Golgota. Tongon disi, dibereng nasida ma si Simon sian Kirene mamolus. Dipaksa ma si Simon mamorsan silang ni Jesus. Dang dijua si Simon mamorsan silang ni Jesus i. Sipujion do jolma na olo mangurupi, paneanghon sitaonon ni donganna. Nunga lam neang na ampe tu hita, ala rade do Jesus mamorsan silang i. Dipasombu Jesus do dohot si Simon mamorsan silangNa, dang ala so tolapsa mamorsan silang i, alai ala mansai denggan do pambahenan ni si Simon i, lumobi ma molo so pola dietong-etong rohana ulaon na binahenna i.

Dang pola maol mangalului halak na marsitaonon di tonga-tongatta. Alai tasukkun ma dirinta, aha ma naung tabahen maradophon nasida? Manang tagoari do hita na mura manundalhon halak na marsitaonon? Didok Jesus do: “Nasa na binahenmu tu sasada anggikku na metmet on, na tu ahu do i dibahen hamu”

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, Ho do na patudu dalan tu si Simon na sian Kirene asa pajumpang dohot Ho. Dung i rade do rohana laho mamorsan silangMu na borat i. Marhite tiruan ni si Simon on nunga diajari Ho hami ale Tuhan asa rade masiurupan laho paneanghon sitaonon ni dongannami. Sai unang ma biar rohanami mangurupi dongannami.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BUKU ENDE 86)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan VI

Ro do au nuaeng tu Ho, sai palambas ma rohaM.

Nunga pola mate Ho, ala asi ni rohaM.

Jangkon au na dangol on, sai ulosi tondingkon.

Paradianan VI: Diapusi si Veronika do Bohi ni Jesus

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L6: Dinunuti Jesus do dalan silangNa i. Di tonga dalan, pajuppang ma ibana dohot si Veronika. Dang mabiar si Veronika ditihai jala didok aleale ni Jesus, naung hona uhum jala naung hona burai. Dijonoki si Veronika ma Jesus. Diapusi si Veronika ma bohi ni Jesus naung sap mudar i. Takkas dihalomohon Jesus do pambahenan ni si Veronika on. Takkas ma tarida nuaeng, dang sude hape marsogo ni roha mida Jesus, dang sude mangaleai ibana.

Nian metmet do pambahenan ni si Veronika on, hira so marlapatan do i. Alai di pudi ni pambahenan na metmet on, adong do sipujion disi, ima: tanda ni ilu manetek, mangapuli halak na marsitaonon. Alai jotjot do lemba rohatta disi. Manang biar rohatta patuduhon na dohot hita marsitaonon dohot dongan na humaliang hita. Hira na so adong tikkitta, dang adong sihumisik silehononta. Barani do hita maniru pambahenan ni si Veronika?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, nunga diapusi si Veronika bohiM naung maluha jala sap mudar i. Hape jotjot do hami magigi, molo pajupang dohot halak na marsahit manang na marsitaonon. Sai anggiat ma tiruan ni si Veronika i mangarahon hami mangulahon na denggan nang pe metmet, laho paneanghon angka auga na ampe tu nasida be.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan VII

Sai patudu holong roha,

dompak Jesus i Tuhanta,

di bagasan ngolumi.

Paradianan VII: Jesus Madabu Paduahalihon

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L7: Nunga lam loja Jesus. Silang na tuak di abaraNa i nunga lam borat. Madabu ma Ibana paduahalihon. Didondoni silang na borat i do Ibana. Mansai paet jala parir do parniahapan ni Jesus dison. Alai apala na umpaet jala na humansit dihilala Jesus, i ma angka dosanta. Tung i nama holong ni roha ni Debata maradophon hita. Dihalupahon do dosa ni jolma i. Nang pe songon i ndang jora, ndang maradi jolma i mardosa.

Hita do sasintongna na mandabuhon Jesus, rupani molo taparoaroa goar ni donganta, molo tasegai hatuaon ni halak na asing. Ai molo tapaburukburuk halak, tadabuhon do muse Jesus peak ditinggang silangNa.

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, jotjot do hami madabu tu dosa marhite na paburukburuk goar ni halak na asing manang manegai dongan, gariada tahe manegai dirinami sandiri. Lehon ma tu hami hagogoon dohot habarion laho pasidinghon sude dosa. Jala molo madabu dope hami muse tu dosa, lehon ma tu hami hagogoon laho paturehon dirinami jala ndang maila paubahon roha. Jesus, tambahi ma hagogoonMu tu bagasan dirinami, molo tung madabu pe hami.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan VIII

Di na ganggu rohanami,

jala susa ngolunami,

pargogoi hami Tuhan.

Paradianan VIII: Diapuli Jesus do Angka Boruboru n Tumatangis

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L8: Godang do jola mamereng Jesus mengkatengkat mamorsan silangNa. adong do na mamarengkeli, adong na mangaleai, adong na mangarehei. Angka boruboru sian Jerusalem tumatangis do nasida marnida sitaonon ni Jesus na borat i. Alai nang pe songon i diparrohahon Jesus do angka jolma na pajumpang dohot Ibana di dalan silang i. Gariada tahe diapuli Jesus do boruboru na tumatangis i huhut dipasingot Jesus. Didok Jesus do tu nasida, “Hamu, Angka boru Jerusalem, Unang ma Ahu tangisi hamu, dirimuna dohot anakhonmuna ma”

Jotjot do ndang taparade roha dohot tingkinta tu angka dongan na asing, lumobi molo di bagasan las ni roha jala denggan ulaonta. Dung i muse molo hona toru, ro sahit manang ro parmaraan tu hita, susa ma pingkiranta. Holan dirinta sandiri nama taparrohahon, sai hira so adong be dongan na asing. Sai hira holan sitaononta ma na umborat. “Hita pe susa do, sai boha ma bahenon mangapuli dongan na asing?” ninna rohanta ma laho mamintori dirinta be. Dilehon Jesus do tiruan tu hita: tumagon do mangapuli halak na asing, nang pe di bagasan sitaonon  hita. Alai tahe rumingkot sian i, porlu do tangisanta dirinta sandiri, porlu do hita paubahon diri, jala manosoi halak na asing, lumobi angka iankhonta asa paubahon roha jala sumolsoli dosana be. tongon do hita naung paubahon diri?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, ajari ma hami asa unang holan mamingkiri dirinami sandiri sambing hami. Martahi do hami mangihuthon Ho, na mamparrohahon halak na asing, lumobi angka na marsitaonon. Alai lobi sian i, ajari ma hami patuduhon i marhite pambahenan na tarida.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan IX

 

Bahen ma ahu manghilala

natinaon ni Tuhanhu

naung manghophop hami on.

Paradianan IX: Jesus Madabu Patoluhalihon

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L9: Nunga lam mandoit mata ni ari. Lam nangkok dalan tu Golgota. Lam gale do Tuhan Jesus. Ujungna madabu ma Jesus patoluhalihon. Silang na borat i do mandondoni pamatangNa. Sian nasa gogoNa jongjong ma Jesus muse. Ingkon porsanonNa do silang na borat i sahat tu dolok Golgota. Ndang manontong hape gulmit ni parngoluan on, ndang lemes jala tigor hape sude dalan ni hangoluan on. Jotjot do godang bobon ni ngolu on, martinditindi do tahe angka na borat na ampe tu ganup jolma. Angka i ma na jotjot mambahen madabu jolma tu pardosaon.

Alai na mambahen lam borat silang na pinorsan ni Jesus, alani pardosaonta do. I ma molo tadabuhon halak tu dosa, manang manambai boban tu halak, ala so pola olo hita manuhuk deba sian i. alai nunga diajari Jesus hita asa unang olo mandele. Molo tung denggan pe usahanta, molo so denggan pe na taula jala alani i madabu hita tu dosa, sai marungkil ma hita hehe. Unang ma taoloi lam gale jala mandele, baliksa tahe, hehe ma hita songon Tuhanta Jesus Kristus. Nang pe borat situtu do mangihuthon Jesus, sai taihuthon ma Ibana.

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus tung mansai holong situtu do rohaM mida hami. Tangkas do diantusi Ho arsak ni rohanami molo so denggan na huula hami. Jotjot muse do hami madabu tu dosa. Olo do hami hehe, jala tongtong unduk tu Ho.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon sahat tu paradianan X

Sai apuli hami Tuhan,

di tingki targogot hami,

sai paherbang tanganMi.

Paradianan X: Ditanggali Pahean ni Jesus

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L10: Dang marna puas akka soldadu i mangaleai dohot mangarehei Jesus. Ditanggali ma paheanna. Dipaila do Ibana di jolo ni natorop.

Jotjot do tubu pangalaho ni akka soldadu i dibagasan dirinta. Ra jotjot do tapaila akka donganta, jala jotjot las rohatta mamereng dongan molo tapaila hagaleonna di tonga-tonga ni na torop. Akka hahurangan dohot hagaleon ni dongan taturiturihon tu halak na so patut, jala na so porlu umbotosa.

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, marsaemara do Ho jala diparengkeli di jolo ni na torop. Ndang holan soldadu na mambahen i tu Ho, alai hami pe dohot do pailahon Ho. Ai molo mardosa hami, na pailahon jala na mangarehei dongan na asing do hami disi.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

Ende (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon muse sahat tu paradianan XI)

Ditanggali paheanNa,

dipalea Ho, Tuhanhu,

na manghophop jolma i.

Paradianan XI: Jesus Diparsilanghon

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L11: Tung mansai parir jala dangol do sitaonon ni Jesus, dung marsaemara ibana, dilabang ma tanganna dohot patna tu silang i. Lam parir jala paet ma sitaononna i, alai dang tarida na marsak Jesus. Otik pe attong so adong dosa ni Jesus. Nang pe songon i dang tubu late di roha ni Jesus tu nasida. Dang hosom roha ni Jesus mida na mangalinsingi ibana. Dialo Jesus do sude dosa i. Dang dihosomi Ibana pardosa i, baliksa asi do rohaNa mida pardosa i. Ditangianghon ibana do angka algojo na mamparsilanghon ibana, ninna: “Ale Amang, marpamuati ma rohaM mida nasida, ai dang diboto nasida aha na binahen nasida i”.

Diajari Jesus do hita mangalo nasa ragam ni hajahaton, nasa ragam ni dosa. Alai molo adong na mardosa, diajari do hita manghaholongi pardosa i. Dilehon do tu hita tiruan laho manghaholongi dongan jolma, garida musutta pe ikkon haholonganta do. Tung so boi do hajahaton taluhonon dohot hajahaton. Holan na denggan do bahenon manaluhon na jahat. Tasukkun ma dirinta: “Olo do hita marpangalaho songon Jesus i?”

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, diajari Ho do hami manghaholongi dongannami, dohot angka muse pe ingkon haholongan do i. Nunga tangkas huboto hami poda dohot patikMi ale Tuhan, alai jotjot do hami ndang tolap mangulahonsa hombar tu lomo ni rohaM.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

Ende (sian Buku Ende no 449)
Diulak-ulakhon mangendehon muse sahat tu paradianan XII

PARadianan XII: Jesus Mate di Hau Pinorsilang

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L12: Mansai posi do mataniari. Mohop situtu do di inganan i. Nunga lam gale, lam maheu pamatang ni Jesus. Nunga tolu jom targantung Ibana di silang i. Ujungna marsoara na gogo ma Jesus nina: “Ale Amang, tu bagasan tanganMu ma hupasahat tondingHu”. Dung didok Jesus songon i, tos ma hosaNa.

(Hohom satongkin huhut marsinggang)

Sahat ro di na mate dipatudu Jesus do haunduhon ni rohaNa tu Debata Ama. Haunduhon ni Jesus on do na manaluhon dosa, jala paluahon hita. Nian tung mansai maol situtu do martoruk ni roha, lumobi di tingki gale manang susa rohanta. Nang pe songon i, nunga diajari Jesus hita asa tongtong unduk tu Debata Ama di ganup suhi dohot gulmit ni ngolunta sahat ro di na mate. Diajari Jesus do hita mangatusi na masa tu hita, ia hamatean i ndang ujung, ndang hapatean di ngolunta. songon eme, dung pe mate i asa lam godang parbuena. Tasungkun ma satongkin dirinta: Boha, tongtong do unduk hita tu Debata? Hea do manimbil hita sian dalan na pinatupa ni Debata?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, marunduk ni roha do Ho tu Debata, sahat ro di na mate di hau pinorsilang i. Hami pe olo do maniru haunduhon ni rohaMi. Alai jotjot do talu hami jala jotjot do husoadahon hami Ho. Mansai borat do dihilala Ho, molo husoadahon hami patikMi. Ujungna dipasahat Ho ma i sudena tu tangan ni Debata Ama. Di haunduhon sisongon on ma ale Tuhan, tangkas pangoloionMu tu Ama i di ulaon paluahon jolma manisia i. Sai anggiat ma sahat ro di na mate, olo hami mangulahon lomo ni rohaM.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN Buku ende 449)
Diulak-ulakhon mangendehon muse sahat tu paradianan XIII)

Domu ma tu silangMi, ima tioponhu. Asa unang lilu au, Ho ihuthononhu.

SilangMi Tuhanhi, ima pujionhu. Paima sogot sahat au, i endehenonhu.

Paradianan XIII: Dipatuat Jesus sian Silang

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L13: Nunga lam golap ari. Nunga godang jolma i mamereng sitaonon ni Jesus jala marmulakan nasida tu jabu nasida be. Holan piga-piga halak nama tongtong jongjong disi: rupani si Maria Ina ni Jesus i. Dipatuat ma Jesus siang silang i. Diabing si Maria ma bangke ni Jesus naung manorus i. Diulahon Maria do aha naung nihatahonna hian: “Na poso ni Tuhan i do ahu, sai saut ma tu ahu songon na nidokMi”. Patut jala tama do Maria gabe tiruan ni halak na porsea i. Dibagasan sitaonon ni Jesus, tongtong do jongjong ibana di lambungNa.

Barani do hita marhaporseaon songon si Maria i? Barani do hita manjalo dirinta songon halak na lea, na marsitaonon, na jotjot talu?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, mandok mauliate do hami tu Ho, ala dipatudu Ho do tu hami parngoluon ni halak Kristen na sintong. Olo jala rade do hami maniru si Maria. Lehon ma tu hami Tondi Porbadia, asa margogo jala barani hami gabe aleale ni dongan na marsitaonon, manjalo nasida sian nasa roha, songon Maria na mangabing bangke ni Jesus di abinganna. Urupi ma hami asa margogo manjalo  huhut pajonokhon diri tua angka jolma na lea, na pogos dohot na marsahit.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)
Diulak-ulakhon mangendehon muse sahat tu paradianan XIV)

Silang tanda haleaon,

gabe tanda hamonangan

dipatupa Tuhan i.

Paradianan XIV: Jesus Ditaruhon tu Udean

(Luhutna olat ni na tolop marsinggang humaliang Silang i, molo so i paunduk roha ma)

P: Marsomba jala mandok mauliate do hami tu Ho, ale Tuhan.

R: Ala nunga ditobus Ho tanon on marhite silangMu na badia i.

(Dungi jongjong)

L14: Nunga mate be Jesus. Ditaruhon ma Ibana tu udean jala ditanom. Masuk ma ibana tu hagolapon ni tanoman i. Alai di ari patoluhon hehe do Ibana. Ndang ujung ni ngoluNa hape hamatean i. Hehe do Jesus. Lapatanna nunga ditaluhon Ibana dosa dohot hamatean i.

Molo digoari do hita siihuthon Jesus, godang do sitaononta, gariada mate, alai hehe do muse songon Jesus. Mate do hita tu dosa, alai dosa porlu taluhononta. Olo do hita mate tu dosa? Barani do hita maninggalhon nasa rumang ni hajahaton na manginsombut di bagasan hajolmaonta?

(Hohom satongkin)

P: Ale Jesus, nunga bongot jala dihilala Ho hagolapon ni tanoman i. “Ingkon mate do eme i jala ditanom asa tubu, marurat huhut marparbue”. Jotjot do mabiar hami molo tahop sitaonon, biar roha tu hamatean dohot hagolapon ni hamatean. Nang pe nian huboto hami do, parbue ni silang na ampe tu abaranami do i. Bangkol rohanami mate tu dosa jala mangolu di Debata. Jotjot do marungutungut hami, molo ampe sitaonon nang pe lani hasalaannami do i nian. Marpamuati ma rohaM mida hami pardosa on dohot nasa panghorhon ni dosa na huae hami.

Tuhan, asi ma rohaM di hami.

 R: Ale Debata. Asi ma roham di hami pardosa on.

Amanami na di banuaginjang, Sai pinorbadia ma goarMu. Sai ro ma harajaonMu, sai saut ma lomoM di banuatonga on songon na di banuaginjang. Lehon ma tu hami sadari on sipanganonnami si ganup ari, jala sesa ma sala nami, songon panesa nami di sala ni angka parsala tu hami. Dung i unang togihon hami tu pangunjunan, alai palua ma hami sian pangago. Amen

ENDE (MANGIHUTHON LOGU SIAN BETK 100)

Tuhan Jesus Sipalua,

nunga mate laos ditanom,

alai hehe do muse.

Manomunomu Barita na Uli

P: Hamu ale angka dongan na hinaholongan!

Nunga tapaihutihut be dalan silang ni Tuhan i. Nunga taingot balga ni holong ni Debata maradophon hita jolma. Alai jotjot do ndang ungkap rohanta manjalo holong ni roha ni Debata hombar tu lomo ni rohaNa. Jotjot do ndang tolap hita manghaholongi Debata dohot dongan jolma. On ma angka dosanta. Sude dosa on mambahen lam ganjang dalan silang ni Jesus i, lam borat jala lam hansit parniahapanNa. Nian ndang pola ingkon mandele hita disi, alana Debata do tongtong mian di bagasan hita, Debata Sipangapul, Parasi jala Siparholong roha i. Tahilalahon ma satongkin hinabalga ni holong ni Debata maradophon hita, jala tasolsoli ma angka dosanta.

(Hohom satongkin)

P: Ale Debata, mansai holong do rohaM mida hami. Nunga ditompa Ho hami gabe anak haholonganMu. Di tingki madabu hami tu dosa, didapothon Ho do hami. Nunga disuru Ho AnakMi laho manobus hami. Sai anggiat ma hinadenggan ni rohaMi pabagashon holongnami dompak Ho. Lomo jala olo do hami unduk tu lomo ni rohaM, nang pe tahop sitaonon, hamatean dohot hagolapon tu hami songon naung nihilalahon ni Tuhan Jesus. Parmudumudu ma hami asa mangolu hombar tu ngolu ni Kristus AnakMi.

Sudena elekelek, pujian, tangiang pangidoan on hupasahat hami tu Ho, ale Amang, marhite Kristus, Tuhannami, na mangolu jala mangarajai raphon Ho dibagasan hasadaon ni Tondi Porbadia, nuaeng dohot tongtong sahat ro di saleleng ni lelengna

R: Amen.

P:

 

R:

Panjahaon sian Barita Na Uli ni Jesus Kristus (PJ)
Jamita na jempek (PJ)
Ende Pasahat Pelean (BETK 592)

 

2) Ndang boi patudoshonhu, basaM marnida ahu. Ai ho do Debatanghu, sumarihon ahu. Pasu-pasu ...

3) Boha do bahenonhu manjalo sian Ho. Na ramun do rohanghu, ai pardosa do. Pasu-pasu ...

4) O Ama na di surgo sai tatap anakMon. Na ro tu Ho mangido, basabasaMi. Pasu-pasu ....
 Mangido Pasupasu dohot Tangiang Parujungan

P: Martampak na uli ma hita

(olat ni na tarbahen)

laho manjalo pasupasu ni Tuhan i

(hohom satongkin)

P: Tuhan i mandongani hita

(huhut paherbanghon tangan)

R: Saonari sahat ro di saleleng ni lelengna

Dungi dilompit partogi ma tanganna huhut mandok:

P: Debata Pargogo Nasohatudosan jala Parasiroha i ma patoguhon huhut pahothon haporseaonta. Tuhanta Jesus Kristus i ma tongtong manggohi rohanta, jala Tondi Porbadia ma mandongani jala mangaramoti hita saluhutna,

Huhut mambahen tanda silang tu dirina sandiri

P:  (+) Di bagasan goar ni Ama, dohot Anak dohot Tondi Porbadia.

R: Amen.

PABORHATHON

P: (diendehon) Hamu ale angka dongan sahaporseaon

saonari nunga marujung ulaon partangiangan on, sai anggiat ma hata ni Tuhan naung tatangihon sadari on, mian di rohanta be, jala dapot tapatuduhon marhite parniulaanta tu sude jolma na di hasiangan on.

R: (diendehon) Mauliate ma di Debatanta. Amen, Amen, amen.


 

=== MANGIHUT MA ACARA SIAN NAGORI = = =

Kata-kata Sambutan
  1. Sian Undangan Pemerintah Kecamatan/Kabupaten (molo adong)
  2. Sian Ketua Panitia
  3. Sian Pengurus Lingkungan St. Laurentius Brindisi Sihemun Baru
  4. Sian Uluan HKBP Syalom
  5. Sian Pengurus GPDI Kampung Baru
  6. Sian GPP Getsemane Kampung Saroha
  7. Sian Uluan HKBP Sihemun
  8. Sian Maujana
  9. Sian Pangulu Sihemun Baru
Tangiang Mangan sian Uluan HKBP SYaLOM KAMPUNG BARU
RAP MARSIPANGANON

 

Mambuat Tua ni Gondang Sahata Saoloan

Gondang Demban Parsantabian

Bona ni hasuhutan, dohot ho amang, partarias na malo. Jou damang ma  odap i, asa ro akka bonani hasuhuton mamboan sagusagu sidua sada hundulan angkup ni ambuambuan.

ℑℑℑℑ [Musik]

O amang, pangulubalang di jae, pangulubalang di julu. Marsogot di parnakkok ni mataniari, leanon nami nama peleanmu. Alani i sotung dao hamu, paima hamu ma bagianmu. Palu ma amang gordang i.

ℑℑℑℑ [Musik]

Ia nunga dibaen ho i amang partaganing na malo. Nuaeng pe, baen damang ma jo. Na niurbat tolong Aji Donda Hatahutan, niurbat liangliang. Jalo ma napuranhon, baen parsantabian. Oooh, molo leanonmu amang demban, naing ma dohot timbaho giniang. Ai manortor pe ho attong, abitmu pe na sinalinan. Pogos do ho huroha, dagingmu pe nunga marniang.

Asa baen ma gondang i, demban parsantabian.

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Boaboa ni Barita

Ia nunga dibaen ho i amang, partarias na malo, gondang i, gondang parsantabian i.

Nuaeng pe amang, takkas ma ingot damang, soara huhuasikkon. Aha do galinggangmu, Tuan Purba na ring, sigalinghanhononmu, aha do baritam, sihatahatahononmu. Ooooh, barita ni ibotokku, si boru Sopak Panaluan. Akkora simelmel bohi, jala siganjang jambulan.

Jei nuaeng pe amang, Batara Guru humundul, asa takkas ma baen damang, Batara Guru pandapotan, Batara Guru na ginokkon manogot, nialapan tonga arian.

Gondang ni Siboru Sopak Panaluan, Siboru Tapi Omas na huasan. Marsidua sidua, marsitolu sitolu. Songgop sirubaruba, tu laklak ni sikkoru. Asa manortor au, baen jo gondang ni siboru. Opat hali tu ginjang, tolu hali au to toru.

Baen gondang boa-boa ni barita i.

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Guru ni Pungga Sitongka Golanggolang

O, amang, amani marhulane. Si palu taganing, na malo marsarune.

Nunga dibaen damang, gondang ni na hupangido i. Nuaeng pe baen damang ma muse, gondang i.

Aha do galinggang sigalinggalinghononmu, Tuan Purba na ring, Tapi Sokkal Pangururan.

Oooh, na mangido ma au, baen muse ma gondang ni ibotokku, si Aji Donda Hatahutan, si Tuan Purba na ring, si Tapi Sokkal Pangururan.

Niurbat ro puriman, pinabongot rambu hotang. Sip do anggo pakkulingna, songon na siarsiar panotnotan.

Baen damang ma, Gondang Guru ni Punggu Sitongka Golanggolang

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Pangalapi Datu Pandudu

O, amang partarias na malo.

Di dia lumbanmu, di Lumban Batu do lumbannami. Lao tu dia ma hamu? Mangalap Datu Pandudu dope hami.

Asa baen ma raksa ni pangalapi Datu Pandudu i.

Boti ma.

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Raksa Ni Ulos

Ia nunga dibaen ho i amang, batara guru humundul partarias na malo. Situmbur ni pau, sidakka ni opo.

Baen damang ma jo gondang ni uloshon.

Asa takkas songon nidokkon ni umpasa. Tu dolok inna porda, tu toruon inna pambarbaran. Tu ginjang inna roha, patoruon do hape nidokni sibaran.

Nuaeng pe baen ma gondang ni uloshon, dohot abithon, dohot sampesampekkon. Ai sibolang do di ginjang, sibolang do di toru. Tinonunni ambarita, aithononni anakboru. Sai manumpak ma Debata, sai tubu ma ngolungolu.

Asa baen ma gondang ni raksa ni Ulos.

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Raksa Ni Talitali

O amang, amani marhulane. Si palu taganing na malo marsarune. Urat ni pusupusu, tappuk ni ate-ate. Na jumpang di dalan na malo mardalan pite.

Ua tung baen damang ma jolo gondang i.

Tek ninna napuran, napuran si arirang, na lehet tapinangi, talitali na mangalilit tu hambirang.

Ai tinallik galagala, galagala ni Mandailing, luhut lumalolalo, mangida sanggul milingiling.

Baen damang ma jo, gondang ni parsanggul milingiling

ℑℑℑℑ [Musik]

Gondang Raut Palengkunglengkung

Raja nami, Batara Guru humundul, Batara Guru pandapotan. Tuat ni Laguboti, garu ni Paindoan.

Ua tung baen jolo gondang ni raut palengkung lengkung. Lengkunglengkung halalahona, sada do suhulna, lima do matana, na jumadihon bindu matoga.

Ba gondang ni aha i? Gondang ni pathon. Asa toga togu hita si sada hasuhuton on. Na manduduhon opputta, oppu tuan pulo di ginjang, ima si Aji Donda Hatahutan, si Tuan Purba na ring, si Tapi Sokkal Pangururan on.

Alani i amang, barata guru humundul. Baen jo gondang ni raut palenglengkung.

ℑℑℑℑ [Musik]

 

Demonologi Kristen

Demonologi adalah ilmu tentang iblis, yakni roh (atau roh-roh) jahat yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dunia fisik, termasuk manusia, binatang, dan peristiwa alam.

Entah kita percaya atau tidak dengan keberadaan dari makhluk atau benda semacam ini, demonologi adalah ilmu yang gelap, artinya ada beberapa metode klasifikasi,  hirarki dan indentifikasi terhadap nama, tanda dan teori tentang iblis terkait kuasa jahat yang dimilikinya; batasannya, ritual pemanggilan, bagaimana memerintahkan dan mengusirnya.

Ada ratusan, bahkan ribuan teks sihir yang sudah ditulis tentang tema ini.

Demonologi sama pentingnya bagi umat beriman maupun bagi mereka yang ingin mencari bagaimana cara mengendalikan iblis untuk berbagai tujuan jahat.

Bagi umat beriman, memahami demonologi bisa membantunya untuk menjaga diri dari pengaruhnya. Ini disebut sebagai pertarungan spiritual, sebuah perang antara Yang Baik dan Yang Jahat yang berlangsung terus-menerus. Ini sebuah keniscayaan.

Bagi banyak orang, ini menarik.

Barangkali catatan paling tua yang kita bisa lacak tentang roh jahat ini adalah sebuah teks magis dari Mesopotamia Kuno, yang mencatat ada 7 entitas jahat yang disebut udug. Udug tidak pernah digambarkan secara visual, hanya dicirikan sebagai bayangan gelap dengan cahaya memudar di sekeliling mereka, udara beracun dan suara yang keras menakutkan.

Ini ilustrasi udug dari seniman kontemporer


Ketujuh udug/utukku ini dipercaya menyebabkan penyakit. Instruksi detail perihal bagaimana cara mengusir udug inilah yang kemudian menghasilkan beberapa teks Sumeria awal 5000 tahun lalu, pada milenium ketiga sebelum Masehi.

Demonologi Kristen

Fokus kita saat ini adalah Demonologi Kristen, salah satu cabang yang paling berkembang dalam kancah studi tentang iblis.

‘Demon’ sendiri adalah istilah yang berakar dari bahasa Yunani ‘daim‘ yang berarti kekuatan atau roh supranatural. Pada masa Yunani Kuno, istilah ini sama sekali tidak bermakna negatif. Roh-roh ini bisa baik, jahat atau sepenuhnya netral. Filsuf Sokrates, misalnya, berbicara tentang ‘daim’-nya sendiri sebagai figur spiritual yang menginspirasinya untuk mencari kebenaran dari realitas.

Tetapi seiring waktu, kata ini berevolusi hingga semakin spesifik merujuk pada entitas jahat yang sering disalahkan setiap kali ada penyakit mematikan, penyakit jiwa, atau peristiwa malapetaka dan bencana alam yang sulit dijelaskan, misalnya ketika rumah seseorang terbakar secara misterius.

Dari perspektif Kristen, pembahasan tentang iblis ini sangat kompleks.

Sebagai catatan awal, sangat umum diterima dalam kultur populer bahwa malaikat itu baik dan iblis itu jahat. Tetapi dalam teks asal, kedua makhluk ini sebenarnya ambigu secara moral. Misalnya, malaikat yang utamanya adalah pengirim pesan, bertindak mirip robot yang diprogram oleh Tuhan untuk melakukan kehendakNya. Sementara itu, iblis lebih rumit. Mereka sebenarnya adalah malaikat juga, yang dalam tradisi Kristen awal sebagaimana halnya dalam tradisi pendahulunya Judaisme, tetapi mengalami kejatuhan, yakni para malaikat yang kemudian berdosa dan secara permanen diusir dari Surga. Bahasa sederhananya, jika para malaikat secara esensi beroperasi bak robot, maka iblis atau malaikat yang jatuh ini merusak bahasa pemrograman dan tujuan asli mereka sendiri dan turun ke bumi untuk melakukan tindakan lain, seperti berhubungan seksual dengan manusia perempuan karena parasnya yang cantik.

Ini misalnya dapat kita temukan dalam Kejadian pasal 6.

Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia  itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.” Pada waktu itu orang-orang raksasa  ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan. 

Setan sendiri mulanya dianggap malaikat kelas atas yang aslinya bernama Lucifer. Maka, penting diingat bahwa semua iblis, termasuk Setan sendiri, adalah makhluk yang memiliki hubungan langsung dengan Tuhan, mempunyai kekuatan yang berasal dari Surga, meskipun terbatas sesuai kehendak Tuhan. Artinya, Setan dan makhluk iblis lainnya adalah ciptaan dari Allah yang Mahakuasa, yang memberikan mereka izin dan kekuatan untuk menciptakan kerusakan di Bumi dan mencobai manusia.

Membingungkan, tentu saja. Tetapi demikianlah pemikiran Gereja, yakni bahwa dengan cara inilah Tuhan secara berkelanjutan menguji dan membuktikan iman orang kepadaNya, yakni ketika orang yang memilih Setan memilih berdosa.

King James, misalnya – yang kemudian membuat Alkitab versi King James – menekankan bahwa iblis bertindak seturut izin dari Tuhan sebagai ‘Tongkat Pengkoreksi’ (the Rod of Correction) –  sebuah istilah yang diciptakannya sendiri – yakni benda yang dahulu umum digunakan oleh guru dan orangtua ketika mengajari anak-anak.

"Rod of Correction", gambar dari relevate.org

Dengan begitu, iblis adalah malaikat-malaikat yang gagal mengikuti instruksi Tuhan. Mereka tidak jahat dalam dirinya sendiri (inheren) tetapi lebih merupakan aktor independen, yang tidak begitu berbeda dengan manusia dalam hal moralitas dalam bertindak.

Ada iblis yang mempunyai agenda pribadinya sendiri. Ada yang diarahkan oleh hasrat primitif seperti hasrat berhubungan seks. Yang lain lagi secara langsung dipengaruhi oleh Setan di Neraka dan secara aktif melancarkan rencana jahatnya.

Tetapi, ada juga iblis yang ‘baik’, dan percaya atau tidak, ada iblis yang menyembah Tuhan. Hal ini sangat menarik: beberapa kali dalam perikop Kitab Suci, kita menemukan iblis yang tunduk pada kuasa Yesus, sebagai putera Allah dan bagian dari Tritunggal Mahasuci.

Dalam Injil Markus, kita menemukan misalnya setiap kali iblis berhadapan dengan Yesus, ia akan sontak bersimpuh atau tiarap dan menyembah Yesus. Jika kita melakukan penelusuran serupa dari teks Kitab Suci dari yang paling awal ditulis hingga Kitab Wahyu, kita akan menemukan bahwa pada waktu itu ada gagasan bahwa iblis itu netral dan baik.

Meski begitu, Kitab Suci kemudian berfokus pada yang jahat, dan iblis yang secara khusus mengabdi sebagai  pasukan (legion) Setan. Dari sinilah kemudian berkembang gagasan baru bahwa para iblis itu memang dari sendirinya jahat. Kedua gagasan ini bercampur-baur sehingga pada perikop Markus 5:1-20 kita membaca bagaimana Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa.

Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: “Siapa namamu?” Jawabnya: “Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.


Seiring waktu, dengan berkembangnya Kekristenan dan menyebar ke seluruh Eropa, berkembang pula penggunaan istilah untuk menyebut iblis. Istilah-istilah itu kemudian berkembang, yang tadinya hanya merujuk pada malaikat-malaikat yang jatuh, kini juga mencakup semua ilah kafir, ilah yang tak dapat dipercaya, terutama dari agama-agama politeistik seperti Yunani, Romawi, Skandinavia, Jerman dan lainnya. orang Kristen mula-mula dan abad pertengahan meyakini bahwa semua dewa-dewi yang disembah dan dipercayai mempunyai kekuatan terhadap dunia fisik adalah entitas iblis yang menjauhkan orang dari Satu Allah yang Benar.

Pemahaman akan Iblis dengan cara pandang ini sebenarnya tidak dituliskan dalam naskah asli Kitab Suci, namun menjadi semacam apokrif, sebab juga dicatat oleh para penulis Kristen sejak abad II. Cerita rakyat dari berbagai wilayah penyebaran Kristen tentu memiliki legenda dan asal-usul entitas iblis dan dari cerita ini berkembanglah gagasan tentang iblis yang tidak lagi hanya menyebut malaikat-malaikat jatuh dan dewa-dewi kafir, tetapi juga mencakup hantu, ghoul, goblin dan peri. Empat sebutan terakhir ini dimaksudkan untuk menyebut roh lebih rendah yang tidak mempunyai tubuh fisik, tetapi memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan dunia fisik, kadang bahkan dalam cara yang luar biasa. Sebaliknya, manusia juga bisa berinteraksi dengan mereka dengan memanggil mereka, berbicara dengan mereka bahkan mengendalikan mereka dengan serangkaian tindakan magis, atau setidaknya, diyakini begitu.

Maka, supaya tidak meluas, kita kembali pada gagasan awal Demonologi Kristen, yakni kodrat dari malaikat-malaikat yang jatuh dan menjadi jahat, mereka yang mengabdi pada Setan. Seperti apa tampilan mereka, kuasa apa yang mereka miliki, dan bagaimana mereka melaksanakan misinya. Misi yang tentu saja dimaksudkan untuk menguji iman seseorang kepada Tuhan dengan serangkaian godaan dan manipulasi sampai batas ekstrem.

Para iblis

Iblis-iblis sama dengan malaikat dalam hal: bersifat non-fisik, berada di angkasa, dan tidak bisa mati. Iblis tidak mahatahu, tetapi memiliki seperangkat pengetahuan spesifik yang menjadi spesialisasi mereka. Ada yang luas seperti pengetahuan (filsafat) hayati dan moral; ada juga yang sempit seperti pengetahuan tentang berbagai jenis racun berbahaya dan penyembuhan dengan ramuan herbal. Kuasa yang iblis miliki memang berasal dari Surga, tetapi dengan seksama dibatasi oleh Tuhan.

Dimana iblis tinggal?

Iblis juga umumnya hanya bisa hadir di satu tempat pada waktu tertentu, ia tidak mahahadir (omnipresent). Tetapi beberapa tradisi menyebutkan bahwa Setan itu bisa juga mahahadir: inilah yang membuat kuasa Setan jauh di atas melebihi iblis manapun. Injil Markus dua kali mencatat bagaimana kawanan iblis bisa menempati satu orang, dan secara umum iblis-iblis itu dikenal suka menyiksa orang yang mereka rasuki untuk waktu yang cukup lama atau serangkaian upaya lain tanpa henti sampai mereka akhirnya benar-benar merasuki orang itu seutuhnya dan akhirnya memegang kendali. Tidak hanya kepada manusia, kawanan iblis ini juga bisa merasuki binatang. Intinya, semua makluk hidup bisa mereka pengaruhi, semuanya rentan terhadap pengaruh mereka.

Tetapi ketika mereka tidak memasuki seseorang atau binatang, kemana para iblis itu pergi? 

Umumnya kita akan berpikir bahwa iblis-iblis itu tinggal di Neraka. Tetapi Injil Lukas menyebutkan bahwa mereka akan mengembara tanpa henti di tempat yang gersang, tidak ada air, tempat yang terpisah dari dunia fisik ini. Itulah sebabnya rumah asli mereka, tempat yang paling nyaman mereka, adalah dalam tubuh manusia, binatang, patung, atau gambar yang umumnya melekat dengan penyembahan kafir.

Bagaimana rupa iblis?

Lalu, seperti apa penampilan iblis jika ternyata mereka bukanlah makhluk fisik?
Kebanyakan gambaran tentang iblis berasal dari Kitab Wahyu, terutama gagasan bahwa mereka memiliki tanduk. Tetapi sebenarnya gagasan ini tampaknya berasal dari periode yang jauh lebih dahulu, yakni dari dewa-dewi kafir, misalnya Moloch, yang digambarkan seperti sapi. Ada juga dewa-dewi lain yang memiliki kepala sapi, atau justru mengenakan tanduk sebagai mahkota.

Maka, jika kamu berpikir seperti jemaat awal Kristen yang meyakini bahwa dewa-dewi ini adalah iblis yang disembah oleh orang yang jatuh ke dalam pencobaan mereka, kita bisa katakan bahwa tanduk memang menjadi pertanda atau ciri khas iblis. Tetapi, Kitab Suci menjelaskan bahwa iblis-iblis bisa mengambil bentuk dan wajah dari tampilan fisik apapun yang mereka suka, termasuk tampilan dari apa yang kita anggap baik, bahkan suci.

2 Korintus 11:13-15 mencatat:

Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.


Demikianlah menurut Kitab Suci, Setan bisa mengambil rupa beragama binatang, termasuk ular berbisa, kambing, atau naga merah berkepala tujuh. Tidak ada penampakan yang secara khusus bisa menggambarkan iblis sebab mereka bisa mengambil rupa dari apapun selama itu membantu mereka mencapai tujuannya.

Upaya untuk melakukan kategorisasi atas iblis, misalnya, mengenal bahwa umumnya ada 2 jenis (spesies) iblis yang dikenal manusia, yaitu incubi dan succubi, yang sama-sama bertujuan untuk melakukan pencobaan dengan bujuk rayu.

Incubus akan mengambil bentuk seorang pria dengan paras menarik untuk merayu seorang manusia wanita dan bersetubuh dengannya. Succubus, sebaliknya, akan tampil dalam rupa wanita cantik untuk melakukan hal serupa dengan manusia pria.

Sebuah spesies lagi bisa kita tambahkan, bersumber pada catatan tentang sihir dari abad XV “Malleus Maleficarum“, yakni bahwa beberapa iblis lebih suka muncul sebagai anak kecil. Ada ciri khusus yang membedakan anak kecil jelmaan iblis ini dengan anak lainnya, yakni: mereka umumnya memiliki berat badan yang abnormal dan tidak bertumbuh tinggi.

Tanda khusus ini kemudian menjadi subjek diskusi yang menarik. Ada sumber yang mengatakan bahwa tubuh mereka sangat dingin seperti es. Tetapi kalau ditelusuri, kepercayaan soal tubuh yang sangat dingin ini berkembang selama periode Penganiayaan terhadap Tukang Sihir di berbagai wilayah di Eropa, dimana para tukang sihir itu akan disiksa dengan mengikat mereka dan membenamkannya pada balok-balok es supaya mereka mau mengakui perbuatannya.


Jenis kelamin iblis

Topik berikut yang cukup hangat didiskusikan dan sekaligus kontroversial adalah: apakah iblis ini memiliki jenis kelamin?

Iblis-iblis dalam tradisi Kristen – misalnya Satan dan Belzebul – selalu ditunjukkan sebagai laki-laki, dan ini konsisten baik dalam sumber agama maupun dalam sumber okultis. Ini juga mencakup succubi, yang tampil sebagai wanita cantik untuk bersetubuh dengan lelaki. Bahkan, Succubi juga ternyata laki-laki. Diyakini bahwa mereka akan mengambil sperma lelaki yang bersetubuh dengannya, lalu berubah kembali menjadi incubus, kemudian ketika bersetubuh dengan wanita menggunakan sperma itu untuk menghamili si manusia wanita yang digaulinya. Para teolog umumnya sepakat bahwa inilah caranya malaikat-malaikat jatuh generasi pertama menghasilkan keturunan pada kitab Kejadian.


Meskipun tidak memiliki tubuh fisik, para iblis ini selalu ingin memilikinya. Dan ketika memilikinya, sebenarnya mereka ini tidak berjenis kelamin tertentu, melainkan menyesuaikan dengan gender yang dibutuhkan.

Ketertarikan seksual dan nafsu sangat penting dalam demonologi sebab mudah dipahami kedua godaan ini paling sulit ditolak oleh manusia sebab sudah menjadi kodrat manusia sebagai makhluk seksual – sama seperti makhluk hidup lainnya – untuk bereproduksi.

Tidak melulu perjumpaan singkat untuk bersetubuh, umumnya para demonolog (pegiat demonologi) Kristen menyepakati bahwa hubungan konsensual jangka panjang antara manusia dan iblis itu sangat mungkin. Meskipun hubungan itu penuh penderitan dan menyakitkan, tetapi orang-orang yang mengaku memiliki hubungan semacam ini, misalnya para tukang sihir jahat dan para pengikut Lucifer abad XIII, menyebutkan bahwa apa yang mereka alami itu benar pengalaman yang memuaskan dan nikmat.


Siapa saja iblis itu?

Sebelum menggali lebih lanjut tentang kemampuan iblis dan bagaimana cara memanggil dan mengendalikan mereka, kita kembali melihat inti ilmu demonologi.

Sebagai sebuah studi, tidak berbeda dengan ilmu tentang makhluk hidup atau biologi, para demonolog tak henti berupaya untuk mengklasifikasikan para iblis ini dan meletakkannya dalam sebuah model hirarki, sebab dengan cara inilah kita bisa memahami lebih baik perihal kuasa apa yang iblis miliki, pengetahuan yang menjadi spesialisasi mereka, serta kepada atasan yang mana mereka tunduk dan mengabdi.

Kita mulai dengan para leluhur iblis, yakni iblis pertama (arcdemons). Seperti halnya para leluhur malaikat atau para malaikat pertama memandu paduan suara para malaikat di surga, maka para leluhur iblis ini memimpin legiun atau pasukan iblis. Bedanya – tidak seperti angelologi –  demonologi tidak memiliki daftar pasti berisi mana saja yang merupakan iblis pertama. Dalam dunia okultis pun sejak dulu hingga sekarang masih ada kontroversi soal ini.

Contohnya, ada dewa-dewi Kanaan yakni Baal dan Astarte, yang dalam Kekristenn kuno dipandang sebagai dua musuh besar Allah Yahweh. Ini mendorong para demonolog awal untuk menyebut keduanya sebagai leluhur iblis; dan mengasosiasikannya dengan iblis Bael dan Astaroth.

Tetapi, semenjak pemujaan terhadap Baal dan Astarte berhenti, besarnya ancaman dari kedua ilah ini juga hilang, demikian juga dengan tempat mereka dalam hirarki para iblis.

Ketujuh Pangeran Neraka

Baru pada Abad Pertengahan ada hirarki yang hingga saat ini masih bertahan, yakni Ketujuh Pangeran Neraka. Para teolog menyepakati ketujuh sosok ini direkayasa berdasarkan Tujuh Dosa Mematikan: masing-masing iblis menggunakan salah satu dari godaan dari ketujuh dosa sebagai metode mereka. Sistem ini ditelusuri berasal dari sebuah traktat abad XV yang disebut Lantern of Light. Siapa saja ketujuh pangeran iblis itu?

Pertama, Lucifer (Si Pembawa Cahaya), yakni malaikat jatuh yang pertama. Lucifer melambangkan Kesombongan.

Kedua, Leviathan, yang dalam Bibel digambarkan sebagai ular laut berbisa, yang mewakili Dengki.

Ketiga, Sathanas, yakni kata Latin untuk Setan, nama yang disandang Lucifer setelah ia jatuh. Sathanas mewakili Amarah.

KeempatBelphegor, yang disebut sebagai yang paling malas dan paling lalai: ia mewakili Kemalasan.

Kelima, Mammon, malaikat jatuh, yang dalam tulisan okultis digambarkan selalu menatap pelataran emas di Surga ketimbang menatap wajah Allah sendiri. Maka, Mammon melambangkan Keserakahan/Tamak.

Keenam, Belzebul. Dalam demonologi Katolik, Belzebul dianggap sebagai satu dari tiga malaikat yang jatuh dari Surga (bersama Lucifer dan Leviathan). Namanya yang dalam terjemahan literal berarti Tuhan para Lalat. Maka, Belezebul melambangkan Kerakusan.

Ketujuh, Asmodeus, yang digambarkan sangat mirip dengan utuqqu hasil rekayasa seniman kontemporer diatas, tetapi dengan tiga kepala: satu kepala manusia,  kambing, satu lagi kepala lembu. Dengan penggambaran yang aneh ini, Asmodeus dianggap mewakili Hawa Nafsu/Kecabulan.


Selain ketujuh leluhur iblis ini, ada tak terhitung banyaknya buku teks sihir (grimoire) abad pertengahan yang berisi daftar yang sangat panjang, ada yang ratusan tetapi tidak konsisten, yang tentu saja dibuat untuk menggolongkan iblis dari kelas lebih rendah berdasarkan tugas, peringkat dan gelar.

Perihal gelar, umumnya gelar yang iblis miliki berasal dari gelar yang dulu mereka miliki sebagai malaikat sebelum diusir dari Surga. Misalnya iblis bernama Olivier dulunya adalah Pangeran dari antara para malaikat agung (archangels) dan ia tetap menggunakan gelar itu di Neraka, meskipun jelas sekali bahwa ia tidak lagi menyandang posisi itu.

Perihal peringkat, para iblis secara tradisional dikelompokkan dengan mekanisme mirip hirarki militer, tersusun mulai dari seorang presiden yang memerintah banyak legiun iblis, jenderal yang bertugas mengatur kelompok iblis tertentu, sampai pada iblis lebih rendah yang mirip pasukan infantri.

Sebagai contoh, ada iblis Sargatanas yang dalam buku teks sihir The Red Dragon disebut berpangkat brigadir mayor. Ia memerintah tiga iblis bawahan bernama Faraii, Loray, dan Valefar. Sargatanas sendiri melapor pada iblis berjabatan lebih tinggi yakni Astaroth.

Dictionnaire Infernal

Adalah sebuah kamus yang ditulis pada 1818 Jacques Collin de Plancy berjudul Dictionnaire Infernal yang cukup lengkap dalam hal pemeringkatan para iblis ini.

Ada Melchom, penerima sumbangan pesta alias tukang kutip uang. Nisroch, chef (kepala urusan dapur). Behemoth, penyaji piala. Dagon, kepala pantry.  Dan Nybbas, si badut. Daftar lengkap untuk urusan perjamuan pesta.

Selain berdasarkan peringkat, tugas iblis juga ada yang digolongkan berdasarkan waktu dan tempat kemunculan mereka di dunia manusia. Leonard adalah tuan hari Sabat. Belial adalah duta Italia.

Empat Raja Mata Angin

Akhirnya ada hirarki berdasarkan penjuru utama mata angin yakni Utara, Selatan, Timur dan Barat. Inilah yang dapat kita temukan dalam teks sihir terkenal The Lesser Key of Solomon, yang menawarkan alternatif kategorisasi selain sistem Ketujuh Pangeran dari Neraka tadi. Menurut versi ini, ada Empat Raja dari keempat mata angin yang mengabdi langsung kepada Satan. Di bawah keempat raja ini, ada 72 iblis kuat yang pernah dipanggil oleh Salomo.

Keempat Raja itu adalah: Zimniar, Raja dari Utara; Corson, Raja dari Barat; Amaymon, Raja dari Timur yang dikenal sebagai Tuhan Maharakus; Gaap, Raja dari Selatan.

Ada keterangan menarik tentang dua raja terakhir ini. Terkait Amaymon diceritakan bahwa ketika orang memanggil iblis ini, maka si pemuja harus berdiri tegak dan melepas tudung atau penutup kepalanya untuk menunjukkan rasa hormat mereka. Jika si pemuja lupa atau lalai melakukan ini, maka Amaymon akan berpura-pura bahwa semua baik-baik saja, tetapi diam-diam dia akan merancang kehancuran dan malapetaka bagi orang itu. Perihal Gaap: ketika ia mengambil bentuk fisik, ia akan muncul sebagai pangeran berparas menarik atau bangsawan rupawan. Gaap dikenal sebagai ahli asmara berikut kelakuan dan keahliannya menyediakan perawatan kecantikan bagi wanita, yang bisa membuat wanita tampak semakin menarik dan menggoda bagi lelaki, tetapi Gaap sekaligus akan membuat mereka mandul. Buku teks yang sama juga menyebut bahwa Gaap mampu membuat seorang lelaki menjadi dungu atau menjadi tak dianggap. Seperti kita ulas sebelumnya bahwa para iblis ini cenderung memiliki seperangkat bidang pengetahuan, maka Gaap dianggap sebagai tuan dari seni liberal.


Empat Iblis King James Version

Tidak diketahui banyak orang, ternyata King James (yang membuat Bibel versi King James) sendiri adalah seorang demonolog ekstrem. Ia sampai menulis disertasi berjudul Daemonologie pada 1597. Dokumen ini mengelompokkan iblis dalam empat tipe utama berdasarkan metode unik yang mereka gunakan dalam membuat masalah.

PertamaSpectra, yakni roh jahat yang menghantui rumah atau bangunan yang terbengkalai, mirip konsep modern yang kita sebut hantu atau ‘poltergeist’.

Kedua, Obsession, yakni roh jahat yang mengikuti manusia tertentu dan menyebabkan masalah pada apapun di sekitar orang itu sehingga ia dianggap sebagai pembawa sial.

Ketiga, Possession, yakni roh jahat yang menempel pada manusia dan menyebabkan kerusakan dari dalam, mirip konsep modern yang kita kenal sebagai perilaku psikiotik, depresi ekstrem hingga berganti kepribadian.

Keempat, Fairies, yakni roh jahat yang secara fisik sebagai manusia dan dengan itu berinteraksi dengan manusia secara langsung. Interaksi ini yang akan menuntun manusia menuju bahaya, bersetubuh dengannya, atau membawa mereka berpetualang dari satu tempat ke tempat lain.


Enam Iblis Michael Psellos

Klasifikasi tak kalah penting lainnya muncul dari seorang pertapa Byzantin bernama Michael Psellos, yang menyebut ada 6 tipe iblis berdasarkan tempat tinggal mereka.

Pertama, tipe Leliurium, yakni yang paling kuat dari antara keenam iblis. Iblis tipe lelurium menempati dunia ether, di atas bulan.

Kedua, tipe Aerial, yang menempati udara dan atmosfer, di bawah bulan.

Ketiga, tipe Terrestrial, yang tinggal di bumi.

Keempat, tipe Marinal, yang tinggal di dalam air.

Kelima, tipe Subterranean, yang tinggal di gua-gua dan saluran bawah tanah.

Keenam, tipe lucifugous, yakni yang paling lemah dari keenam tipe iblis ini, mereka tinggal neraka paling bawah sehingga mereka buta total dan tidak bisa merasakan apapun.

Perihal kuasa iblis, Michael Psellos menjelaskan bahwa iblis paling kuat akan menyerang pikiran dan akal manusia untuk memanipulasi khayalan mereka dan menghasilkan ilusi yang tampak benar-benar nyata. Sementara itu, iblis paling lemah hanya bisa menggerutu atau bertindak secara insting, melulu mengikuti amarah manusia dan karena itu tidak panjang akal serta menjengkelkan.

Ada berapa jumlah iblis?

Berapa sebenarnya jumlah iblis yang ada? Jika hendak mengutip secara literal, berdasarkan kitab Wahyu, sepertiga dari seluruh malaikat akhirnya jatuh, terusir dari surga dan menjadi iblis. Berapa persisnya? Sejumlah demonolog mencoba menawarkan teori mereka dengan menggabungkan kutipan dari naskah Wahyu dan teks sihir yang banyak tersebar.

Johann Weyer,Seorang demonolog abad XVI, menghitung ada sebanyak 4.439.622 yang kemudian dikelompokkan kedalam 666 legion, dengan masing-masing legion beranggotakan 6.666 iblis, yang keseluruhnya diperintah oleh 66 mangkubumi, pangeran dan raja dari neraka.

Alphonso de Spina, seorang Uskup pada abad XV, menyebut bahwa ada sejumlah 133.316.666 iblis.

Tetapi kedua tawaran teori ini dan yang sejenisnya akan mengalami kendala ketika kita berbicara tentang prokreasi iblis, yakni kemampuan iblis untuk menghasilkan keturunan. Jika benar seperti kita baca pada kitab Kejadian bahwa iblis bisa mengawini manusia perempuan dan beranak-pinak, maka tidak mungkin jumlah iblis ini konstan (tetap).


Bagaimana memanggil (to summon) dan memerintah (to command) iblis?

Sampai pada bagian ini, baik kalau kita berhenti sebentar.

Mengingat apa yang dikatakan Albertus Magnus ketika berbicara tentang teologi. Kalau kita memparafrasekannya dalam demonologi, maka akan berbunyi:

A daemonibus docetur, de daemonibus docet, et ad daemones ducit

(Ilmu ini diajarkan oleh para iblis, mengajarkan tentang iblis, dan menuntun pembaca kepada iblis).

Mari kita renungkan sebentar. Sebelum kita melanjutkan tulisan ini. Supaya setelah sekuel dari tulisan ini terbit, maka niat, situasi, cara dan hasil yang ditimbulkan pada pembaca menjadi baik, indah, bermakna, serta berguna.

Sekian.


Terima kasih banyak atas Mr. Mythos. Videonya adalah bahan dasar yang diubahsuaikan menjadi tulisan ini.

Tanda Salib bagi Umat Katolik

LATAR BELAKANG

Tanda salib bagi umat Katolik adalah sekaligus gerakan tubuh dan pernyataan iman. Gerakan sederhana ini menjadi tanda pernyataan iman akan penebusan, Salib dan Trinitas Mahasuci.

Adapun rujukan biblis yang bisa digunakan yakni teks Mat 28:19 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus“.

Inilah rumusan kata yang diucapkan ketika membubuhkan tanda salib.

IN nomine Patris, et Filii, et Spiritus Sancti. (Latin)

In the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit. (Inggris)

Dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus.

Di bagasan goar ni Ama, dohot Anak, dohot Tondi Porbadia. (Batak Toba)

 

Gereja Katolik mengajarkan bahwa orang yang tekun menggunakan tanda salib mendapatkan indulgensi parsial (sebagian).


Awal Mula Penggunaan

Tanda Salib yang digunakan Umat Katolik saat ini sangat mirip dengan “tanda salib mini” yakni gerakan tangan di dahi, bibir dan di dada seperti ketika hendak mendengarkan pembacaan Injil.

Hingga hari  ini, masih sulit dipastikan kapan persis mulainya gerakan tangan memberkati diri sendiri dengan tanda salib besar dari dahi, dada dan bahu. Catatan sejarah terkait hal ini beragam dan menimbulkan banyak penafsiran, termasuk dari para penulis sejarah Gereja sendiri. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena kebiasaan seperti ini dalam periode Gereja Perdana umumnya diajarkan dengan cara dipraktekkan langsung, tidak dituliskan. Umum diterima bahwa penggunaan tanda salib pertama kali terjadi sebagai tanda berkat oleh para imam pada masa kontroversi Arianisme sekitar abad IV dan perlahan diterima oleh umat di berbagai tempat.

Instruksi tertulis yang ditemukan perihal pelaksanaan tanda salib baru muncul pada abad XII.

Paus Innosensius III (1198-1216) memberi petunjuk sebagai berikut:

Tanda salib dibuat dengan tiga jari, karena tanda ini dilakukan sambil menyeru nama Tritunggal. … Beginilah cara melakukannya: dari atas ke bawah, dan dari kanan ke kiri, karena Kristus turun dari surga ke atas bumi, dan dari bangsa Yahudi (kanan) Dia berpindah ke bangsa-bangsa lain (kiri).

Meskipun demikian, orang-orang lain membuat tanda salib dari kiri ke kanan, karena dari sengsara (kiri) kita harus menyeberang menuju kemuliaan (kanan), sama seperti Kristus menyeberang dari kematian menuju kehidupan, dan dari Alam Maut ke Firdaus. [Beberapa imam] membuat tanda salib dengan cara ini agar mereka dan umat dapat melakukannya dengan cara yang sama. Kamu dengan mudah dapat menyelidiki kebenaran hal ini — perhatikan imam yang menghadap umat untuk memberi berkat — bila kita membuat tanda salib ke arah umat, gerakannya adalah dari kiri ke kanan …


PENAFSIRAN

Para penulis Abad Pertengahan mencatat bahwa penggunaan tanda salib ini kaya akan simbolisme yang sesuai dengan isi “Credo” (Symbolum Christianum)

Ketika Kristus datang untuk menebus dunia, Ia turun (berasal) dari Bapa, lahir dari Perawan, dimakamkan dan turun ke dunia orang mati. Dia kemudian bangkit  dari antara orang mati, naik ke surga dimana Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Maka, ketika kita membuat tanda salib, kita menggunakan tangan kanan (yang melambangkan Kristus yang duduk di sebelah kanan Bapa. Kita mulai dari dahi, yang melambangkan Bapa, Pencipta dan Sumber atas segalanya. Lalu tangan kanan bergerak turun dan menyentuh bagian bawah dada, yang melambangkan Inkarnasi, sebab Kristus berasal dari Surga turun ke bumi, berasal dari Bapa dan menjadi manusia dalam rahim Perawan Maria melalui kuasa Roh Kudus.

Di Gereja Barat, gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan menyentuh bahu kiri lalu bergerak ke bahu kanan. Kiri melambangkan kematian dan kegelapan, sementara kanan melambangkan kebenaran dan terang. Maka gerakan dari bahu kiri ke bahu kanan adalah simbol transisi dari penderitaan menuju kemuliaan, dari kematian menuju kehidupan, dari neraka menuju surga.Sebab Kristus melewati kematian menuju kehidupan dan duduk di sebelah kanan Bapa, demikian juga kita melewati kematian menuju kehidupan dalam Kristus melalui penyucian Roh Kudus.

Di Gereja Timur, gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan arah berlawanan dengan kebiasaan di Barat, yakni menyentuh bahu kanan terlebih dahulu lalu bergerak ke bahu kiri.

Sebuah buku teks kateketik Yunani mencoba menerangkan perbedaan kebiasaan Latin (Gereja Barat) dari kebiasaan Yunani (Gereja Timur) dengan mengatakan bahwa sisi kanan melambangkan kekudusan, dan hati (di sisi kiri) melambangkan roh, dengan demikian orang-orang yang menyebut Roh Kudus dalam Bahasa Latin yakni “Spiritus Sancti” (nomina mendahului adjektiva) menyentuh sisi kiri sebelum kanan, sedangkan orang-orang yang menyebut Roh Kudus dalam Bahasa Yunani yakni “τοῦ Ἁγίου Πνεύματος” (adjektiva mendahului nomina) berbuat sebaliknya.

 


Sumber:

  1. Preces Latinae
  2. Wikipedia: Tanda Salib
  3. Sermon LXXXI dari Santo Augustinus

Mengapa Doa Bapa Kami versi Katolik dan Protestan Berbeda?

Konon, ketika ngobrol dengan para murid-Nya, Yesus berkata, “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah  kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat” (Mat 6:9-13). Versi yang mirip kita temukan pada Luk 11:2-4.

Kedua versi ini tidak memuat kalimat penutup yang kita temukan pada versi Protestan, “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”


Kalimat “Karena Engkaulah yang empunya … ” secara teknis adalah doxologi. Istilah doksologi berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata δόξα [dόxa] yang berarti kemuliaan. Sebagai bagian penutup dari Doa Ekaristi atau sering disebut dengan Doa Syukur Agung, rumusan doksologi bermaksud untuk mewartakan kemuliaan Tuhan. Kata doksologi yang dalam bahasa Latin doxologia atau gloria dapat juga diterjemahkan dengan kemuliaan, penghormatan, pujian atau keluhuran. Di Bibel, kita menemukan praktek menutup doa dengan ayat singkat mirip madah yang isinya meninggikan kemuliaan Tuhan.

Orang Yahudi sering menggunakan doxologi ini untuk menutup doa mereka pada masa sekitar hidup Yesus. Contoh serupa kita temukan pada doa Daud di 1 Tawarikh 29:10-13 pada Perjanjian Lama.

Lalu Daud memuji TUHAN di depan mata segenap jemaah itu. Berkatalah Daud: “Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.
Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala.
Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya.
Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu.

Pada masa Gereja Perdana, orang-orang Kristen di bagian Kekaisaran Romawi Timur menambahkan doksologi “Karena Engkaulah yang empunya …” pada perikop Injil dari doa Bapa Kami ketika mereka mengucapkan doa itu pada perayaan Misa. Bukti adanya praktek semacam ini dapat kita temukan pada Didakhe (Ajaran dari Keduabelas Rasul), sebuah manuskrip dari abad pertama yang berisi panduan moral, pujian dan doktrin Gereja. Juga ketika menyalin kitab-kitab, para penulis berbahasa Yunani kerap menambahkan doxologi pada naskah asli ‘Bapa Kami’.

Demikianlah hingga kebanyakan teks Kitab Suci dewasa ini tidak memasukkan bagian doxologi itu, tetapi meletakkannya sebagai catatan kaki; atau memasukkannya tetapi dalam tanda kurung. Bibel “Vulgata”, Bibel Douay-Rheims, Bibel edisi The Confraternity serta edisi The New American tidak pernah memasukkan doxologi ini. Di Vulgata, misalnya, ditulis:

PATER NOSTER, qui es in caelis,
Sanctificetur nomen tuum.
Adveniat regnum tuum.
Fiat voluntas tua,
sicut in caelo et in terra.

Panem nostrum cotidianum da nobis hodie,
et dimitte nobis debita nostra
sicut et nos dimittimus debitoribus nostris.
Et ne nos inducas in tentationem,
sed libera nos a malo.


Di Kekaisaran Romawi Barat dan pada ritus Latin kita melihat pentingnya doa Bapa Kami saat perayaan Misa.

Santo Hieronimus (wafat pada 420) menyatakan kesaksian atas penggunaan doa Bapa Kami dalam perayaan Misa, dan Santo Gregorius Agung (wafat pada 604) menetapkan doa Bapak Kami diresitir setelah Doa Ekaristi, sebelum Pemecahan Roti.  Pada tulisannya Komentar terhadap Sakramen-sakramen, Santo Ambrosius (wafat pada 397) merenungkan makna “roti setiap hari” dalam konteks Ekaristi Suci. Dengan nada yang sama, Santo Agustinus (wafat pada 430) menyatakan bahwa doa Bapa Kami menghubungkan Ekaristi Suci dan pengampunan dosa. Dalam banyak kesempatan, Gereja menempatkan doa yang sempurna ini, doa yang diajarkan oleh Tuhan, sebagai doa persiapan diri untuk Komuni Suci. Akan tetapi, dari antara contoh-contoh ini, tidak ada yang menggunakan doxologi.

Menariknya, terjemahan Bahasa Inggris dari doa Bapa Kami yang kita gunakan dewasa ini merupakan versi yang diamanatkan oleh Raja Henry VIII (ketika masih berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik), yang didasarkan pada Bibel Tyndale (1525). Akan tetapi, selama pemerintahan Ratu Elizabeth I dan menguatnya kecenderungan Gereja Inggris untuk menghindari kesamaan dengan Gereja Katolik, terjemahan Inggris kemudian menambahkan doxologi, dan inilah yang menjadi standar untuk umat Protestan yang berbahasa Inggris.


Prekonklusi:

Tradisi adalah proses komunikasi dan penerusan iman dari satu generasi ke generasi berikutnya. Demikianlah Gereja Katolik dan Gereja Protestan memiliki keunikan dalam memahami doa Bapa Kami dan menggunakannya dalam ibadat bersama maupun pribadi. Patut diingat bahwa doxologi – yang menjadi pembeda utama itu – bukan sesuatu yang buruk, malah merupakan khazanah iman Gereja yang memang sejak awal menyerap dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan Gereja Barat dan Gereja Timur; bahkan dengan tradisi jemaat perdana yang sebelum menjadi pengikut Kristus, sudah terbiasa dengan pujian seperti yang dilantunkan Daud pada perikop 1 Tawarikh 29 di atas.

Tradisi Resmi Katolik – “Pater Noster” [Latin, Inggris, Indonesia, Toba, Simalungun]

ORATIO DOMINICA

PATER NOSTER, qui es in caelis,
Sanctificetur nomen tuum.
Adveniat regnum tuum.
Fiat voluntas tua,
sicut in caelo et in terra.

Panem nostrum quotidianum da nobis hodie,
et dimitte nobis debita nostra
sicut et nos dimittimus debitoribus nostris.
Et ne nos inducas in tentationem,
sed libera nos a malo. Amen.

 


OUR FATHER PRAYER

OUR FATHER, who art in heaven,
hallowed be Thy name.
Thy kingdom come.
Thy will be done
on earth as it is in heaven.

Give us this day our daily bread
and forgive us our trespasses
as we forgive those who trespass against us.
And lead us not into temptation,
but deliver us from evil. Amen.


DOA BAPA KAMI

Bapa kami yang ada di surga,
Dimuliakanlah nama-Mu.
Datanglah kerajaan-Mu.
Jadilah kehendak-Mu
di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rezeki pada hari ini,
dan ampunilah kesalahan kami,
seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.
Dan janganlah masukkan kami
ke dalam pencobaan,
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

(Sebab Engkaulah raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya. Amin).


TANGIANG AMANAMI

“Ale Amanami nadi banua ginjang,
Sai pinarbadia ma goarMu,
Sai ro ma harajaonMu,
Sai saut ma lomo ni rohaM,
Di banua tonga on songon nadi banua ginjang.

Lehon ma tu hami sadari on hangoluan siapari.
Sesa ma salanami.
songon panesanami di sala ni angka parsala tu hami.
Unang togihon hami tu pangunjunan.
Alai palua ma hami sian pangago.

(Ai Ho do nampuna harajaon dohot hagogoon rodi hasangapon saleleng ni lelengna. Amen.)


TONGGO-TONGGO HAM BAPANAMI

Ham Bapanami na i nagori atas.
Sai napapansing ma goran-Mu!
Sai roh ma harajaon-Mu.
Sai saud ma harosuh ni uhur-Mu
i nagori tongah on songon na i nagoni atas!

Bere Ham ma bannami sadari on hagoluhan ari-ari.
Sasap Ham ma dousanami
songon panasap nami bani dousa ni hasoman na mardousa dompak hanami!
Ulang hanami bobai Ham hu parlajouan!
Paluah Ham ma hanami hun bani pangagou!

(Ai Ham do simada harajaon, pakon hagogohon ampa hasangapon sadokah ni dokahni.)

Tradisi Resmi Katolik – Syahadat Nicea “Credo in Unum Deum” [Latin, Inggris, Indonesia, Toba, Simalungun]

CREDO

Credo in unum Deum,
Patrem omnipotentem,
factorem caeli et terrae,
visibilium omnium, et invisibilium
et in unum Dominum Iesum, Christum,
Filium Dei unigenitum
et ex Patre natum ante omnia saecula.
Deum de Deo,
lumen de lumine,
Deum vero de Deo vero.
Genitum, non factum,
consubstantialem Patri per quem omnia facta sunt.
Qui propter nos homines et propter nostram salutem
descendit de caelis.
et incarnatus est de Spiritu Sancto ex Maria virgine
et homo factus est .
Crucifixus etiam pro nobis,
sub Pontio Pilato passus et sepultus est.
Resurrexit tertia die,
secundum Scripturas
et ascendit in caelum:
sedet ad dexteram Patris
et iterum venturus est cum gloria
iudicare vivos et mortuos
cuius regni non erit finis
et in Spiritum Sanctum, Dominum et vivificantem,
qui ex Patre, Filioque procedit.
Qui cum Patre, et Filio
simul adoratur et conglorificatur:
qui locutus est per prohetas.
Et unam, sanctam, catholicam, et apostolicam Ecclesiam.
Confiteor unum baptisma in remissionem peccatorum
et expecto resurrectionem mortuorum
et vitam venturi saeculi. Amen.


I BELIEVE

I believe in one God,
the Father almighty,
maker of heaven and earth,
of all things visible and invisible.

I believe in one Lord Jesus Christ,
the Only Begotten Son of God,
born of the Father before all ages.
God from God, Light from Light,
true God from true God,
begotten, not made, consubstantial with the Father;
through him all things were made.
For us men and for our salvation
he came down from heaven,

and by the Holy Spirit was incarnate of the Virgin Mary,
and became man.

For our sake he was crucified under Pontius Pilate,
he suffered death and was buried,
and rose again on the third day
in accordance with the Scriptures.
He ascended into heaven
and is seated at the right hand of the Father.
He will come again in glory
to judge the living and the dead
and his kingdom will have no end.

I believe in the Holy Spirit, the Lord, the giver of life,
who proceeds from the Father and the Son,
who with the Father and the Son is adored and glorified,
who has spoken through the prophets.

I believe in one, holy, catholic and apostolic Church.
I confess one Baptism for the forgiveness of sins
and I look forward to the resurrection of the dead
and the life of the world to come. Amen.


AKU PERCAYA

Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa,
pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan
dan tak kelihatan;

dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa
sebelum segala abad,
Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.

Ia turun dari surga untuk kita manusia
dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita,
waktu Pontius Pilatus;
Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit
menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga,
duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.

Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra;
Yang serta Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
Aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
Aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
Aku menantikan kebangkitan orang mati
dan hidup di akhirat.
Amin.


AHU PORSEA

Ahu porsea di sada Debata, Ama Pargogo Nasohatudosan,
Sitompa langit dohot tano,
dohot sude na tarida dohot naso tarida;
dohot di sada Tuhan Jesus Kristus,
Anak na sasada i Tuhanta.
Tubu do Ibana sian Ama i andorang so nasa tingki,
Debata sian Debata,
Panondang sian Panondang,
Debata na sintong sian Debata na sintong,
Na tinubuhon do ibana, ndada na jinadihon,
sada dohot Ama i;
Na tinompana do nasa na adong.
Tuat do ibana sian banua ginjang humophop jolma gabe haluaonta.
Marhite Tondi Porbadia gabe daging do Ibana,
sian Nasohabubuhan Maria.
Diparsilanghon do Ibana humoophop hita,
di panguhumon ni Ponsius Silatus;
mate porsuk do Ibana jala ditanom.
Di ari patoluhon hehe do Ibana sian na mate
hombar tu na nidok ni Buku Nabadia.
Naung manaek tu Surgo, hundul di siamun ni Debata Ama.
Ro do ibana muse manguhumi halak na mangolu dohot na mate;
harajaonNa ndang na ra mansadi.
Ahu porsea di Tondi Porbadia,
Ibana do Tuhan na pangoluhon;
na ro sian Debata Ama dohot Anak;
Raphon Ama dohot Anak, na sinomba jala pinasangap;
Manghatai do Ibana dohot jolma marhite angka panurirang.
Ahu porsea di Huria
na sada, nabadia, Katolik jala Apostolik.
Huhatindanghon do sada pandidion baen hasesaan ni dosa.
Manghirim do au di haheheon ni angka na mate
dohot di hangoluan na saleleng ni lelengna. Amen.


AHU PORSAYA

Ahu porsaya bani sada Naibata,
Bapa pargogoh nasotarimbang,
na manompa langit pakon tanoh on,
pakon haganup na taridah,
sonai homa naso taridah.
Ahu porsaya bani sada Tuhan Jesus Kristus,
Anak na sasada ni Naibata.
Tubuh do Ia humbani Bapa paima adong panorang.
Naibata humbani Naibata,
Panondang humbani Panondang,
Naibata na sintong humbani Naibata na sintong;
Itubuhkon do Ia, sedo ijadihon,
sada do Ia pakon Bapa.
Marhiteihon Ia do ijadihon ganup na dong in.
Turun do ia hun surga bani hita jolma,
pakon bahen haluaonta.
Gabe daging ma ia marhitei Tonduy Napansing,
na tinubuhkon Maria Nasohaliaban in, anjanah gabe jolma.
Iparsilangkon do homa Ia banta
sanggah panguhumon ni Ponsius Pilatus.
Marsitaronon do Ia, matei, anjanah ikuburhon.
Bani ari patoluhon puho do Ia use
mangihutkon Buku Namapansing.
Ia naik hu surga
anjanah hundul i siamun ni Naibata Bapa.
Roh do Ia use magira ibagas hamuliaon
laho manguhumi halak na manggoluh pakon na dob matei, ai lang marujung harajaonNi.
Ahu porsaya bani Tonduy Napansing,
Tuhan, sibere hagoluhan, na roh humbani Bapa pakon Anak.
Na rup pakon Bapa ampa Anak
isombah janah ipasangap.
Ia do na marsahap marhitei nabi-nabi.
Ahu porsaya bani Kuria
na Sada, Namapansing, Katolik anjanah Apostolik,
Ahu mangakuhon sada pandidion bahen hasasapan ni dousa.
Hupaimaima do parpuhoon ni na dob matei
sonai homa hagoluhan bani ari magira.
Amen.

Mambuat Tua ni Gondang Na Sampulu Lima [Gondang Bolon/Gondang Sabangunan]

1. Gondang Mulajadi Nabolon

Amang panggual pargossi, parmaungmaung ni namora, amang pandenami,

Di haroronami rombongan na sian parserahan tu huta Sibabiat on, baen ma jolo gondang ni Debata Mulajadi Nabolon. Na manjadihon ulu manjadi simanjujung, na manjadihon pinggol manjadi situmangi, na manjadihon mata manjadi sipanonggor, na manjadihon baba manjadi simakkudap. Manjadihon tangan na manjadi simarjalo, na manjadihon pat manjadi simanjojak.

Jojak ma amatta na manggokhon, songoni nang hami rombonganna.

Amang panggual pargossi,

Baen ma jolo gondang ni Debata Mulajadi Nabolon. Na manjadihon butibutian botobotoan di na ganupganup desa di liat portibi on, di dolokdolok dohot di toruanna, asa horas ganup akka pamaretta na manguluhon, horas saluhut pangisina ni huta on na niulohonna.

2. Gondang Batara Guru

Mauliate ma, amang panggual pargossi.

Nunga dibaen ho sude akka pangidoan nami. Amang pandenami panggual pargossi, raja ni na malo. Pande pe hami, uppande do ho; malo pe hami, ummalo do ho. Sude pangidoan nami nunga hot dibaen ho.

Nunga dibaen ho gondang ni Omputta Debata Mulajadi, baen ma jo gondang ni omputta si Tuan Batara Guru, Batara Guru doli, Batara Guru boru, Batara guru situtu, na marhelahon Banebulan, na marsimatuahon Banesori. Parsori so haliapan, parsori so habubuhan. Unang haliapan dongantubu nami na manggokhon tu ulaon on, dohot ganup gokkon unang habubuhan. Asi ma rohani Debata, holong ma rohani Tuhan. Dapot na jinalahan, jumpang na niluluan. Tubu anak marsangap, boru martua, na boi pangalualuan, asa boi mardalan dohot denggan muse ulaon sisongon on ganup taon, makkorhon ganup bulan.

Amang panggual pargossi, baen jo gondang ni omputta si Tuan Batara Guru.

3. Gondang Bane Bulan

Amang panggual pargossi,

Mauliate ma di ho, nunga dibaen ho gondang ni opputta si Tuan Batara Guru, baen ma jolo ba: gondang ni si Raja Bane Bulan, na matabung i bonana, na matabung di pussuna, gabe ma amana, gabe dohot boruna. Baen jolo gondang ni Bane Bulan.

4. Gondang Bane Sori

Mauliate ma, amang panggual pargossi.

Nunga dibaen ho gondang ni opputta Bane Bulan, baen ma jo sarune dua.  Marbane sori ma hamu, parsori so haliapan parsori so habubuhan, unang haliapan unang habubuhan. Asa asi rohani Debata, holong roha ni Tuhan. Jumpang na jinalahan, dapot na niluluan.

Baen jo Amang, marbane sori ho, dua baen sarune i.

5. Gondang Saniang Naga Laut

Mauliate ma amang panggual pargossi,

Nunga dibaen ho gondang na hupangido, gondang ni Batara Guru, Bane Bulan, Bane Sori. Nunga dibaen ho gondang ni Debata na Tolu.

Baen ma jolo ba sigalumbang laut, gondang ni opputta Boru Saniang Naga Laut, paraek sitiotio, partambak simonangmonang, sibaen sigabegabe, sibaen sihorashoras. Baen jo, Saniang Naga Laut-hon jo, dua baen sarune mi, Amang.

6. Gondang Namartua Pusuk Buhit

Mauliate ma hudok hami tu ho, amang panggual pargossi, ala nunga dibaen ho gondang ni Saniang Naga Laut. On pe, amang pande hami, huhatahon ma on jo, hu Sombaon pohonpohonon, sipagabe na niula:

Hutonggo hupio hupangalualui Sahala ni da Ompung na Martua Pusuk Buhit.

Tuan ni junjunganna, Raja ni junjunganna.

Ampu tuan bonabona, raja ni bonabona, bonabona ni da Ompung na Martua Pusuk Buhit.

Marsahata hamu, marsaoloan dohot guru sodompangon ni da Ompung na Martua Pusuk Buhit.

Parlandong di dilana, parpustaha di tolonanna, parlaklak sipitu dopa.

Datu bolon ni da Ompung na Martua Pusuk Buhit, Sibaso bolon ni da Ompung na Martua Pusuk Buhit. Sibaso bolon, sibaso panurirang, sibaso pangarittari. Rittari ma hami pangaratto na ro mulak mandulo hutanami Sibabiat on.

Asi ma roham, lambok ma pusum. Siborok di guluan, ro pe hami na manjalahi hangoluan.

On parsattabian pangelekelekan tu hamu. Parbue ni satti madingin satti matogu sipatindak panaili sipaulak hosa loja, napuran sitirtiron na malambok pusu. Elekelek apoapo hu hamu, mangido sigabegabe sihorahoras.

Hata ni sidupsidupon do dohononnami tu hami.

Sahat sahat ni solu, sahat tu bontean, sahat hami ro nuaeng tu huta Sibabiat on, sahat ma tu panggabean.

Andorhas tu andorhis, andor siporapora, torhas ma torhis hami dohot nasida gabe jala ikkon mamora, horas hamu dohot ompungta na martua Debata

Amang panggual pargossi, baen jolo gondang hasadaon ni ompungta namartua Dolok na Ginjang, tuan ni junjungganni, raja ni junjunganna, ompu tuan bonabona. Raja bonabona, bonabona ni da Ompung di Dolok na Ginjang dohot na humaliangna saluhut.

Hot jo baen.

7. Gondang Sori Matua

Mauliate ma amang panggual pargossi, nunga dibaen ho gondang na hupangido i.

Baen ma jolo gondang ni Omputta si Raja Sori matua, Raja Uti, na pitu hali santi, na so haloppoan.

Asa parputi so haliapan ibana, parputi so habubuhan. Unang haliapan, unang habubuhan.

Baen jolo gondang ni oppungta si Sori Matua.

8. Gondang Raja Hatorusan

Mauliate ma amang panggual pargossi, amang raja ni na malo. Sude pangidoanhi, nunga hot dibaen ho.

Mauliate ma, sai hu malona ma ho.

On pe amang panggual pargossi, baen ma jo gondang ni ompung Raja Hatorusan i,

Sipatorus boaboa, sipatorus alualu tu Omputta Debata Mulajadi na Bolon.

Asa dipatorus sude nasa akka pangidoan ni hami akka na marsiak bagi on.

Baen jo ba amang gondang ni Raja Hatorusan i.

9. Gondang Si Boru Deak Parujar

Mauliate ma, amang panggual pargossi. Nunga dibaen ho gondang ni Ompu Raja Hatorusan i.

Baen ma jo gondang ni si Boru Deak Parujar, dohot si Raja Parodap.

Na tuat sian banua ginjang, sian ginjang ni ginjangan, sian langit ni langitan.

Sian batu martanggatangga, batu martinggitinggi, sian hotang marsuksang, bittang na marjorbut.

Hu Sianjur mulamula, Sianjur mula tompa, parsarsaran ni na marlundu, parserahan ni akka jolma.

Baen jolo gondang ni si Boru Deak Parujar dohot si Raja Parodap.

10. Gondang Sianjur Mulamula

Mauliate ma amang panggual pargossi, nunga dibaen ho gondang ni Si Boru Deak Parujar dohot si Raja Parodap.

Baen ma jolo gondang ni tano Limbong mulana.

Mula ni odungodung mula ni hatahata.

Mula ni jolma tubu, mula ni jolma raja.

Paraek, parhutuan, parpassim sipitu mata.

Pardolok Pusuk Buhit, horbo pelepeleanna

Baen jolo gondang ni Sianjur Mulamula i.

11. Gondang Lae Lae na Ualu

Amang panggual pargossi,

Baen jolo gondang ni desa na ualu

bulan sampulu dua, ari sitolupulu, mamis na lima.

Baen jo lae lae ni desa na ualu i.

Dua jo baen hamu jo sarune i, amang.

12. Gondang Raja Sori Matua

Mauliate ma ba amang panggual pargossi, amang raja ni na malo. Si bulung ni bulu do inna si bulung ni hoppohoppo, amang panggual pargossi, amang raja ni pangomo. Malo pe au, ummalo do ho. Sude pangidoanhu, nunga hot dibaen ho. Dohot sipalu ogung, nunga diatur ho.

Baen ma jo amang, gondang ni na hupangido on.

Andorang so dibaen ho gondangna, on do dohononnami tu na manggokhon hami, asa sai songon pangidoannami:

Tano ni Ajibata inna tano ni parkiloan. Marhite asi dohot holong ni Debata, saut ma pangidoan.

Mangido do hami sian saluhut rombongan tu Debata Parasiroha,

asa songon

Binanga ni Sihombing, pokkahan ni Tarabunga. Simbur ma magodang pomparanmu, pempeng matua, mardakka ubanna, limutan tanggurungna. Leleng hamu mangolu, saur ma hamu matua. Sinur na pinahan, gabe na niula.

Tu sanggar ma apporik, tu lobang satua. Tubu anak na marsangap, boru na martua. Sukkup allangonna, nang so pola loja mangula.

Amang panggual pargonsi,

Baen jo gondang ni Raja i, gondang si Sori Matua. Asa gabe jala horas, na manggokhon dohot na ginokkonna.

Baen ma jo ba.

13. Gondang Sori Mahumat

Mauliate ma ba dohononnami rombongan tu ho, nunga sonang hami na manortor i. Alai on do dohononhu hu hamu, hot ma jo baen sahali nai jo ba, amang panggual pargossi.

Gondang ni Raja i, Tuan Sori Mahumat. Partagas takkara dua, parhatian habonaran, parninggala sibola tali. Hu ginjang so ro mukkat, hu toru so ro  teleng. Parjanji dang boi muba, parhata dang boi mose.

Baen jolo ba gondang ni Tuan Sori Mahumat.

14. Gondang Lae Lae

Amang panggual pargossi, amang raja ni na malo.

Asa manortor ma jolo hami rombongan na ro sian desa na ualu tu huta Sibabiat on. Songon hata ni umpasa do dohonon nami:

Gambir sian Dairi, napuran sian Angkola. I bibir daina, i tolonan tabona. Patindak panaili, paulakhon hosa loja. Boi do ubat ni sahit, boi hitehite ni dorma.

Asi ma roha ni Debata Mulajadi, holong ma roha ni Tuhan, dapot ma na tajalahi, jumpang na niluluan.

Asa napuran tanotano, rangging marsiranggongan, tung pe badannami padaodao dohot saluhut keluarga na so boi dope ro sian parserahan, alai tondinami ma  marsigomgoman.

Jadi baen ma jolo amang, si lae lae ni tondi, sigabegabe sihorashoras i.

Baen hamu jo dua sarune i ba, parsarune.

Hot jo baen amang ba, ima Lae Lae.

15. Gondang Hata So Pisik

Mauliate ma amang pargossi nami,

Aso hubaen jolo tortor nami sangombas nai, marlogu so pisik ma ho jolo ho.

 

Pinauneune sian Hata Mangido Gondang ni Gondang Batak Saurdot

 

 

Penciptaan yang Nyata Itu Ada di Fiksi

Semesta Mendukung

Semua berawal dari kata-kata.

Entah kau seorang Abrahamik yang percaya bahwa semesta berawal dari Logos dalam kalimat ‘Bereshit bara’ ‘elohim (davar). Dengan logos atau davar, semesta tercipta.

Entah kau seorang penikmat filsafat yang memuja sophia (hikmat). Dengan sophia, akademia lahir dan menjadi cikal bakal segala macam pendidikan, kursus dan pelatihan yang ada di muka bumi ini.

Atau orang “biasayang mengagumi retorika dalam pidato apik yang tersaji dalam sebuah kampain public speaking yang berapi-api. Dengan orasi penuh eloquentia yang motivasional, jutaan manusia sepanjang zaman untuk turun ke jalan dan ribuan aksi yang mengubah sejarah terjadi.

Singkatnya, dengan “kata” kamu meyakini bahwa apapun yang kamu yakini, bakal menjadi ada. Akan tercipta.

Terjadi.

Dan ketika terjadi, supaya kamu tetap terkesan sebagai orang yang rendah hati, kamu menyebutnya “semesta mendukung” (mestakung). Padahal itu sama saja artinya dengan “kamu benar-benar menciptakan sesuatu, yang sebelumnya tidak ada”.

Bukankah itu yang membuatmu menulis resolusi, merumuskan cita-cita, lalu kamu seperti punya energi tiada habisnya untuk membuktikan kepada orang-orang bahwa kamu akan mewujudkannya? Kamu berusaha sekuat tenaga menunjukkan kepada dunia bahwa gagasan dan mimpi di kepalamu yang disebut orang sebagai fiksi, pada akhirnya itulah yang akan menjadi nyata.

“Aku akan jadi pengusaha”, katamu. Lalu kau mati-matian merintis dan mengembangkan usahamu. Tentu kamu akan mencapai titik sukses tertentu karena kamu setia melewati prosesnya. Sebab semesta mendukungmu. Dan kamu tidak lupa, itu terjadi karena sejak awal kamu berani mengatakannya terlebih dahulu sebelum itu terjadi.

“Aku akan menjadi seorang manajer di perusahaan terkenal”, katamu. Lalu kau mati-matian mengembangkan diri dan kemampuanmu, berlayar di lautan politik tempat kerja yang buas dan mengarunginya sampai ke titik labuh yang kau tuju. Tentu kamu akan mencapai titik sukses tertentu sebab kamu setia melewati prosesnya. Sebab semesta mendukungmu. Dan kamu tidak lupa, itu terjadi karena sejak awal kamu berani mengatakannya terlebih dahulu sebelum itu terjadi.

“Aku akan menjadi komposer besar di blantika musik negeri ini”, katamu. Lalu kau mati-matian bertahan di antara godaan untuk banting setir – menjadi artis dadakan yang viral semalam tapi lalu tenggelam bulan depannya – dan pilihan untuk tetap konsisten berkarya meskipun kadang diiringi tangis tatkala menyaksikan lagumu sepi dilirik orang, tenggelam di lautan algoritma internet yang dimenangkan oleh artis cover bermodal buka paha atau sensasi receh absurd yang entah darimana datangnya. Tentu kamu akan mencapai titik sukses tertentu sebab kamu setia melewati prosesnya. Sebab semesta mendukungmu. Dan kamu tidak lupa, itu terjadi karena sejak awal kamu berani mengatakannya terlebih dahulu sebelum itu terjadi.

Hal serupa berlaku, apapun pernyataan atau sabda yang dengan berani kau ucapkan lirih dalam diam sepi di kamar tidurmu atau kau proklamirkan dengan berani di status akun media sosialmu. Sebab hasil tidak akan menghianati proses, katamu. Hasil mendukung orang yang punya cita-cita. Dan sebaik-baiknya cita-cita yang terlaksana, kamu tahu, terlebih dahulu cita-cita itu “hanya” mengambil rupa kata-kata saja.

Begitulah semesta mendukung manusia yang bercita-cita. Begitulah setiap kenyataan terjadi: Ia berawal dari kata-kata.

Semesta menolakmu

Tapi kamu juga tidak lupa bahwa beberapa kali kamu tergoda untuk tidak setia. Tidak konsisten dengan fiksi di kepalamu. Sebab kamu sendiri tidak sekali dua kali saja mulai meragukan kebenaran dari proses penciptaan, bahwa sesuatu memang benar-benar bisa ada padahal awalnya cuma kata-kata. Kamu merasa nyaman dengan pemikiran bahwa kamu memang sebaiknya tidak perlu melawan arus: kamu hanya perlu ikuti apa yang kebanyakan orang lakukan, yakni menjadi pengikut saja. Apa yang dunia ini tawarkan, itu saja kamu nikmati dan jalani. Tak perlu membuat sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah ada.

Bukankah itu yang membuatmu merobek kertas bertuliskan rumusan resolusi yang kau buat dengan penuh percaya diri? Bukankah kau sendiri pernah menertawakan betapa bodohnya pilihan yang kau ambil sebab cita-citamu terdengar naif? Kamu pernah berada di fase dimana kamu akhirnya mengalah pada apa kata dunia: bahwa gagasan dan mimpi di kepalamu itu memang benaran mimpi belaka, dan sampai kapanpun kau tidak akan pernah mewujudkannya.

“Aku tidak mungkin menjadi pengusaha”, katamu. Kau sudah mencoba segala macam cara untuk mengembangkan usahamu, tetapi bisnismu seperti jalan di tempat. Kamu merasa gagal dan mulai meyakini bahwa mungkin memang kamu tidak ditakdirkan menjadi pengusaha. Sebab semesta menolakmu, itu katamu. Dan kamu lupa, betapa bersemangatnya dulu kamu mengatakan kepada dirimu sendiri bahwa kamu akan menjadi pengusaha.

“Aku tidak akan mungkin menjadi manajer di perusahaan ini”, katamu. Kau merasa sudah memperbanyak latihan dan meningkatkan kemampuanmu, tetapi seperti tidak ada perkembangan yang berarti. Kamu mengeluh karena politik di tempat kerjamu sangat buas sekali, dan kau seperti korban yang dicabik-cabik. Pagimu menjadi terasa berat sekali sebab pergi ke tempat kerja seperti berangkat ke medan perang yang tak akan mungkin kau menangkan. Kamu merasa gagal dan mulai meyakini bahwa mungkin memang kamu tidak ditakdirkan menjadi manajer. Kamu mulai belajar menerima kenyataan bahwa menjadi bawahan terus-menerus memang sudah menjadi takdirmu. Sebab semesta menolakmu, itu katamu. Dan kamu lupa, betapa berapi-apinya dulu kamu mengatakan kepada dirimu sendiri bahwa kamu akan menjadi manajer bahkan direktur di tempat kerja yang kau banggakan itu.

“Aku tidak akan pernah menjadi komposer yang diperhitungkan di negeri ini”, katamu. Kamu lalu memilih untuk mengakali industri musik saat ini sebab kamu tergiur dengan postingan pamer uang dari artis dadakan yang barusan viral. Kamu ingin mengikuti jejaknya. Kamu tidak peduli apakah kamu akan tenggelam bulan depannya – sebab saat ini jelas kamu membutuhkan uang untuk membiayai hidupmu yang bahkan tidak ada kemewahan sedikitpun itu. Kamu meyakini bahwa saat ini bukan lagi saat yang tepat untuk menjadi pencipta lagu. Ini adalah era kemenangan penyanyi cover. Cukup dengan sedikit utak-atik SEO dan jargon marketing buzzwords sejenisnya, kamu bisa mendapatkan penghasilan berlipat-lipat dari puluhan lagu yang sudah kau ciptakan dengan mengorbankan waktu tidurmu sebab harus begadang berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Kamu pun tak ragu untuk menitipkan konten hasil cover-mu ke situs judi dan halaman penjual obat pembesar payudara. Kamu mulai percaya bahwa mimpi menjadi pencipta lagu memang cita-cita yang kekanak-kanakan. Sebab semesta menolakmu, itu katamu. Kamu mulai lupa betapa bersemangatnya kamu ketika menyelesaikan lagu pertamamu yang dengan bangga kau tunjukkan ke keluarga, teman-teman dan kenalanmu.

Saat-saat dimana semesta menolakmu, kamu menjadi yakin bahwa memiliki cita-cita itu cukuplah untuk anak kecil saja. Ketika dewasa, memelihara cita-cita seperti itu akan membuatmu jadi bahan tertawaan saja.

Semesta tersenyum padamu

Ini pasti kedengaran fiksi, kata orang-orang disekitarmu. Sempat kau ikut mengamininya.

Tetapi kau mulai penasaran. Sebab jika kau hanya mengikuti apa yang orang lalui, lalu apa gunanya rasa percaya dirimu itu? Apa gunanya kelebihan dan bakatmu yang sejak dini sudah kau sadari ada padamu itu? Penasaran inilah yang membuatmu tetap memperjuangkan fiksi itu. Toh, kalau gagal, kamu tidak menyesal lagi. Jika waktumu sudah habis nanti, kamu tidak akan menyalahkan siapapun hanya karena kamu sendiri tidak berani memulai passion yang kau yakini dan kau nikmati setengah mati ini. Tentu kamu ingin sekali ini berhasil. Tetapi kalaupun gagal, toh tidak ada ruginya. Setidaknya kamu sudah mencoba. Dan … voila .. ternyata kamu berhasil. Kamu melihat semesta tersenyum padamu.

Sejak saat itu kamu selalu senang bertemu dengan orang yang punya khayalan tinggi. Kamu tahan berbincang berjam-jam dengan orang yang punya mimpi. Bukan sembarang mimpi, tetapi mimpi yang besar. Tak lupa kau juga mengajaknya untuk membicarakan semua ketakutan yang mungkin muncul dalam proses mewujudkan mimpi itu, tetapi pada akhirnya kau berhasil meyakinkannya bahwa apapun resikonya, orang itu harus berani bertindak. Harus berani memulai sesuatu. Seperti berbicara kepada diri sendiri, kamu meyakinkannya bahwa mencoba tak pernah ada ruginya. Rugi terbesar adalah jika orang itu ingin sekali mewujudkan cita-citanya, tetapi karena ketakutan dan alasan lain tak pernah memulainya hingga usianya menua, lalu menyesal sebab tidak ada kesempatan lagi. Seperti yang sudah kau nikmati, kamu juga ingin sekali orang itu merasakan semesta ikut tersenyum padanya.

Kamu menjadi mulai percaya diri kembali. Kamu tidak lagi takut dengan pilihan dan jalan hidup yang aneh dibandingkan yang ditempuh kebanyakan orang. toh kau sudah membuktikan bahwa mimpi dan cita-cita yang awalnya mereka sebut fiksi tapi kau yakini setengah mati, ternyata tercapai juga. Untuk apa merasa minder.

Kamu sudah kenyang dengan tipuan kegagalan. Sebab kamu sudah mengalami langsung bahwa kegagalanmu di masa lalu – yang sempat menggodamu untuk berhenti – ternyata tidak berdaya apapun dihadapan keyakinanmu yang setinggi gunung. Kamu sudah sampai di puncaknya. Ketika mentari bersinar, orang yang berdiri di puncak gununglah yang akan pertama kali melihatnya. Ketika semesta tersenyum, orang yang berdiri di puncak mimpi merekalah yang akan pertama kali melihatnya. Dan diantara segelintir mereka itu: kamu salah satunya. Itulah sebabnya ketika kamu mengalami gagal, dan orang lain mulai mengajakmu untuk meninggalkan mimpi itu, dengan enteng kamu berkata: “Ya kalau gagal, gak apa-apa. Setidaknya aku sudah mencoba”.

Kamu tidak lagi mengikuti jejak orangtuamu yang ketika bercerita usai makan malam bersama, selalu mendongengkan kisah sedih.

Ayah yang selalu mengulangi cerita penyesalan yang itu-itu saja. “Sebenarnya dulu Bapakmu ini pengen menjadi pengusaha. Tetapi apa daya, Bapak tidak pernah punya kesempatan merintis usaha apapun, sebab kalian keburu lahir. Aku dan Ibumu tak punya pilihan lain selain setia menjadi pekerja di kebun perusahaan ini hingga pensiun”

Atau Ibu yang sejak dulu ingin sekali merasakan nikmatnya bekerja dan menyisihkan pendapatan untuk bertualang ke Bali dan pantai Phuket, “tetapi setelah menikah dan melahirkan kalian, Ibu pasrah saja tidak akan pernah bepergian kesana”.

Tidak ada yang menakutkan dari cerita itu. Menyedihkan, iya. Keseringan menunda, akhirnya nggak pernah lagi berbuat.

Bagaimana bisa orangtua berkata “semua ini kami lakukan untuk membahagiakan kalian anak-anakku” padahal mereka sendiri tidak bahagia? Bukankah ketika kita menyemprotkan parfum ke orang lain, kita harus terlebih dahulu mencium wanginya?

Tentu saja kamu tidak membenci kedua orangtuamu. Hanya saja, kamu tidak ingin mengikuti jejak mereka.

Semesta marah padamu: terlalu lama kau kembali padanya. Tugasmu sudah selesai.

Saat ini semua sudah kau capai. Tidak ada lagi penyesalan. Semua kegagalan sudah kau lalui. Tentu saja, sebab kau keras kepala dengan mimpimu, kau sudah menikmati pula upahnya: keberhasilan-keberhasilanmu.

Tetapi, saat sendiri, entah mengapa masih ada ketakutan di lubuk hatimu.

Suatu saat nanti semesta sudah merasa bosan bermain-main denganmu. Semesta akan marah padamu dan berkata: Kau disini terlalu lama. Tugasmu sudah selesai. Saatnya kembali pulang.

Entah kenapa, masih ada ketakutan itu.

Lalu kau berandai-andai setengah berharap: mungkinkah nanti ada kehidupan setelah ini, untukku mengalami lagi semuanya ini?