Ai diingot ho dope itorap dakdanak uju i rap marmeam meam di hauma manag di balian i ho marlojong lojong di batangi laos hu adu sian pudi laos tinggang do ho ditiki i sap gambo bohimi
Ai diingot hodope ito nadiparsobanan i ima naso tarlupahon au tikki roma rimbus i laos hubukka ma da bajuki asa adonk saong saong mu tung massai gomos do ho huhaol asa tung las ma daging mi
(Reff) Hape dung saonari nunga leleng dang pajumpang dohot ho hasian nunga adong sappulu taon atik naung muli do ho Molo tung pe namuli pe taho dang na pola sala i hasian asal ma huida bohimi asa tung sonang rohakki anggo rokkap do ito Tuhan ta do umboto i
“Parsobanan” aslinya adalah “Loving Her Was Easier”
Banyak orang mengira lagu “Parsobanan” adalah lagu Batak asli, dan diciptakan oleh orang Batak.
Saking terkenalnya lagu ini di kalangan orang Batak, banyak yang mengira demikian. Tak kurang dari Marsada Band, band akustik yang ramai penggemar itu, turut mempopulerkannya.
Aslinya, lagu ini hanyalah gubahan lirik ke bahasa Batak dari lagu aslinya yang berjudul “Loving Her Was Easier” ciptaan Jose Feliciano (sebagaimana sudah diulas juga dalam blog ini).
Daulat Hutagaol, penulis lirik “Parsobanan” sendiri mengakuinya, seperti dimuat Dalihan Natolu News:
Selain menciptakan lagu rohani, Daulat Hutagaol juga menggubah lyrik lagu “Loving Her Was Easier” karya Josse Plesiona ke Bahasa Batak menjadi “Ai Diingot Ho Do Di Na Jolo”. Lagu ini hits di kalangan masyarakat Batak hingga saat ini. Dia juga menciptakan lagu “Pesta Adat”, “Joing” dan puluhan pop Batak dan Indonesia yang belum pernah direkam.
Hal ini patut disayangkan. Seandainya kita mau menjunjung tinggi etika kesenimanan, mestinya dalam koridor apresiasi sebuah karya, tetap ada tempat khusus untuk pencipta aslinya.
Molo martumba ho ito
di tonga ni alaman
boan ma salendang
asa dengan mangerbang erbang
Molo masihol ho ingot
ma au di parjalangan
asa di boto ho ito
holan tu ho do angan angan
Molo marsoban ho unang
buat tiang ni sopo
sega sega doi ito
muruk natua tua
Unang dirippu ho au na
lupa na mariboto
daong masa songoni ito
masihol do au tu ho
Unang sai marsak ho
diarsak di angan angan
unang sai tangis ho ito
ala ala pikiran
Ho do ale da hasian
holan ho do di pikiran
Pos ma roham ito pos maroham
huingot dope ho
Pos ma roham ito pos maroham
malungun do au tu ho
I have seen the mornin’ burnin’ golden on the mountain in the skies Achin’ with the feelin’ of the freedom of an eagle when she flies Turnin’ on the world the way she smiled upon my soul as I lay dyin’ Healin’ as the colors in the sunshine and the shadows of her eyes
Wakin’ in the mornin’ to the feelin’ of her fingers on my skin Wipin’ out the traces of the people and the places that I’ve been Teachin’ me that yesterday was somethin’ that I’d never thought of trying’ Talkin’ of tomorrow and the money love and time we had to spend Lovin’ her was easier than anything I’ll ever do again
Comin’ close together with a feelin’ that I’ve never known before in my time She ain’t ashamed to be a woman or afraid to be a friend I don’t know the answer to the easy way she opened every door in my mind But dreamin’ was as easy as believin’ it was never gonna end
(Interlude)
Wakin’ in the mornin’ to the feelin’ of her fingers on my skin Wipin’ out the traces of the people and the places that I’ve been Teachin’ me that yesterday was somethin’ that I’d never thought of trying’ Talkin’ of tomorrow and the money love and time we had to spend Lovin’ her was easier than anything I’ll ever do again
Comin’ close together with a feelin’ that I’ve never known before in my time She ain’t ashamed to be a woman or afraid to be a friend I don’t know the answer to the easy way she opened every door in my mind But dreamin’ was as easy as believin’ it was never gonna end. And lovin’ her was easier than anything I’ll ever do again.
Jose Feliciano
Lagu yang diciptakan oleh Jose Feliciano ini kemudian dipopulerkan oleh The Cats. Anehnya, banyak orang menuliskan bahwa lagu ini aslinya ditulis oleh Kris Kristofferson.
Daulat Hutagaol kemudian menggubah liriknya ke dalam bahasa Batak. Kemudian oleh para penyanyi Batak tersohor dinyanyikan dan ditulis sebagai lagu ciptaan Daulat Hutagaol. Sesuatu yang pantas disayangkan sebenarnya. Karena mengubah lirik apalagi sekedar menterjemahkan dari bahasa asli ke bahasa lain, itu bukan mencipta lagu.
Sebagai contoh, bisa kita lihat dari tangkapan layar video Marsada Band yang diambil tanggal 16 Januari 2021 ini. Tak ada pencantuman nama Jose Feliciano disana.
Kejadian sejenis juga Saya temukan pada versi Axido Trio.
Barangkali masih ada versi lainnya. Itu masih di Youtube, belum kita cek pada platform distribusi musik digital lainnya.
Soal pengakuan akan Hak Cipta ini tegas dalam Undang Undang Hak Cipta Tahun 2014. Apakah hal yang patut disayangkan ini terjadi karena pada saat digubah oleh Daulat, hal serupa belum diatur dalam perundangan kita? Saya belum menemukan informasi valid tentang itu.
Pasal 40 ayat (1) huruf n UUHC 2014 menyebutkan bahwa terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi merupakan Ciptaan yang dilindungi. Dalam bagian Penjelasan, yang dimaksud dengan “karya lain dari hasil transformasi” adalah mengubah format Ciptaan menjadi format bentuk lain. Sebagai contoh musik pop menjadi musik dangdut.
Pasal 9 ayat (1) huruf d UUHC 2014 menyatakan bahwaPencipta atau Pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan. Sedangkan menurut Pasal 40 ayat (2) UUHC 2014, lagu yang diaransemen ulang sebagai karya lain dari hasil transformasi dilindungi sebagai Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli. Ini berarti bahwa Pencipta menguasai hak untuk mengaransemen maupun melakukan transformasi lagu ciptaannya. Tidak boleh ada seorangpun yang bisa melakukan aransemen baru/transformasi atas lagunya tanpa seizin Pencipta aslinya.
Pun seandainya kita tidak berkutat pada aspek legalitas, mestinya apresiasi sebuah karya tetap bisa diberi tempat khusus untuk pencipta aslinya.
Kembali ke Jose Feliciano.
Sesuai informasi yang bisa kita lihat di kanal Youtube Maria Wiesener, Feliciano lahir di Lares, Puerto Rico, pada 10 September 1945. Dia menderita buta permanen sejak lahir akibat congenital glaucoma. Feliciano kemudian pertama kali berkenalan dengan musik di usia 3 tahun, ketika ia mulai memukul-mukul kaleng sembari menemani pamannya yang asyik bermain Cuatro.
Pada usia 5 tahun, keluarganya pindah ke Spanish Harlem, New York City, dan di usia 9 tahun ia sudah ikut bergabung dengan Teatro Puerto Rico yang bermarkas di Bronx.
Ia memulai karir bermusiknya sebagai pemain akordeon hingga sang ayah, Benjamin Borges, memberinya gitar pertamanya dalam kotak kertas berwarna coklat. Sejak itu, ia memainkannya setiap ada kesempatan di kamarnya sampai 14 jam sehari sembari mendengarkan rekaman lagu Rock n Roll 1950-an, gitaris klasik seperti Andrés Segovia, dan pemain jazz hebat seperti Wes Montgomery. Ia kemudian mengambil pelajaran musik klasik dibimbing Harold Morris, yang juga adalah murid Segovia.
Pada usia 17 tahun, ia berhenti main di klub musik, memulai karir profesionalnya dengan kontrak untuk tampil di Detroit.