Pagi sebentar lagi
Kau diam dan menanti
Tak bisa kujelaskan
Yang mendesakku di dalam
Perasaan terselip harapan
Dan langit mulai menerang
I wanna be with you
For the rest of my life
Kau bawa cahaya
Dalam hidupku
Tak cuma hari ini
Kuingin selamanya
Menanti pagi tiba
Berdua
Kuberanikan diri
Memecah sunyinya pagi
Mengungkap yang tak terucap
Yang lama diam di hati
Perasaan terselip harapan
Dan langit mulai menerang
I wanna be with you
For the rest of my life
Kau bawa cahaya
Dalam hidupku
Tak cuma hari ini
Kuingin selamanya
Menanti pagi tiba
Berdua
Menanti pagi tiba
Berdua
Menanti Pagi menjadi buah dari lanjutan dari trend melankolia musik dewasa ini. Yang unik ialah bahwa lagu ini diciptakan oleh Arash Buana, seorang musisi pop muda yang baru saja menginjak usia 15 tahun. Ternyata usia yang masih dini tidak menghalanginya untuk menciptakan lagu yang enak didengarkan. Lagu yang diliris pada 8 Maret 2019 ini menjadi tambahan bukti bahwa industri musik tanah air terus melahirkan talenta muda berbakat. Karir panjang di bidang musik untuk seorang soloist pria masih menanti Arash Buana. Tentu saja ini hanya berhasil kalau ia mampu mengasah nyali dan ilmu di tengah ramainya industri musik tanah air dengan ribuan musisi yang terus berlomba menyajikan karya terbaik mereka.
Berbeda dari single sebelumnya yang pernah diciptakan oleh Lale, Hilman, Nino “Di Dekatmu” pada tahun 2017, “Bermain Bola” 2014 dan “Menunggu” 2016 ciptaan Arash sendiri menguatkan image Arash selain bernyanyi, yakni juga seorang komposer lagu.
Pada single kali ini remaja yang pernah beberapa kali membintangi beberapa film, sinetron, iklan, presenter televisi hingga drama musikal ini butuh waktu hingga satu tahun untuk menciptakan lagu “Menanti Pagi” mulai dari komposisi lagu, arasemen gitar hingga lirik nya. Awalnya Arash menulis liriknya dalam bahasa Inggris. Kemudian diterjemahkan oleh Dewi Lestari, seorang penyanyi, pencipta lagu sekaligus penulis buku yang tak perlu diperkenalkan lagi. Pada proses penggarapannya “Menanti Pagi” dibantu oleh Ade Alfiansyah, Rifandi Rusli selaku Executive Producer dan Ikay selaku ANR dan Music Producer Alfa Records.
“Menanti Pagi” secara garis besar bercerita tentang seorang pria yang sudah lama memendam rasa cinta kepada seorang wanita namun tidak berani untuk mengutarakan. Akhirnya di suatu hari menjelang pagi, sang pria berani menyatakan cintanya dan ingin menanti pagi bersama sang wanita selamanya.
Disadur seperlunya dari tulisan Abrifaldo Sumbayak, siswa XII IPS 1 SMA Budi Mulia Pematangsiantar T.A. 2019-2020
Penyanyi yang bersuara emas James Arthur telah mempublikasikan lagu ini pada November 2017 dengan berjudul “Naked”. Lagu yang ditulisnya bersama Johan Carlsson, Savan Kotecha dan Max Martin ini bercerita tentang kedewasaan seseorang dalam menjalani suatu hubungan.
Naked
Hey, you there
Can we take it to the next level, baby, do you dare?
Don’t be scared
‘Cause if you can say the words, I don’t know why I should care
‘Cause here I am, I’m givin’ all I can
But all you ever do is mess it up
Yeah, I’m right here, I’m tryin’ to make it clear
That getting half of you just ain’t enough
I’m not going to wait until you’re done
Pretending you don’t need anyone
I’m standing here naked (naked, naked)
I’m standing here naked (naked, naked)
I’m not gonna try ’til you decide
You’re ready to swallow all your pride
I’m standing here naked (naked, naked)
I’m standing here naked (naked, naked)
Hey, get out
I’ve got nothin’ left to give for you give me nothin’ now
Read my mouth
If you ever want me back, then your walls need breakin’ down
‘Cause here I am, I’m givin’ all I can
But all you ever do is mess it up (all you ever do is mess it up)
Yeah, I’m right here, I’m tryin’ to make it clear
getting half of you just ain’t enough
I’m not going to wait until you’re done
Pretending you don’t need anyone
I’m standing here naked (naked, naked)
I’m standing here naked (naked, naked)
I’m not gonna try ’til you decide
You’re ready to swallow all your pride
I’m standing here naked (naked, naked)
I’m standing here naked (naked, naked)
I wanna give you everything
I wanna give you everything
I wanna give you everything
I wanna give you everything
I’m not going to wait until you’re done
‘Cause you pretended you don’t need anyone
‘Cause you see that I’m naked (naked, naked)
Oh, you see that I’m naked (naked, naked)
I’m not going to try ’til you decide
You’re ready to swallow all your pride
I’m standing here naked (naked, naked)
I’m standing here naked (I’m standing) (naked, naked)
I’m standing
I’m standing here
SEMAKIN MATANG MENJADI PENYANYI
Lagu “Naked” hadir dengan vokal yang tajam, instrumental yang menggoda, melodi menghanyutkan dan emosi yang kuat. Inspirasi dari musik Gospel dan dengan nada-nada yang terkesan “mahal” berhasil memperlihatkan sisi Arthur yang semakin matang sebagai penyanyi.
Tidak hanya terasa lebih dewasa, di dalam ‘Naked’ Arthur juga terdengar semakin piawai dalam memainkan vokalnya. Ia tahu kapan perlu untuk lembut dan kapan saatnya untuk bertenaga, sehingga lagu sangat mudah memberi kesan bagus pada para pendengarnya. Pesan yang disampaikan cukup jelas: Setiap pasangan harus membuang ego masing-masing untuk keberhasilan hubungan mereka. Dan membuang ego berawal dari pengakuan akan kesalahan:
‘Cause here I am, I’m givin’ all I can, But all you ever do is mess it up ……….I wanna give you everything.
NAKED OF TRUTH
Kebingungan muncul ketika mendengar kata ‘naked’ di dalam lirik lagu ini. Sebagian orang meyakini bahwa ‘naked’ yang dimaksud adalah telanjang secara harafiah. Namun ‘naked’ yang dimaksud adalah ‘naked of truth’ yang berarti yang sebenarnya tanpa menutupi satu hal pun. Arthur memberikan pesan bahwa di dalam hubungan tak ada hal yang perlu ditutupi.
BALADA POP-SOUL EMOSIONAL
Setelah karirnya sempat berhenti sejenak setelah merilis album debut, “James Arthur”, di tahun 2013, ia kembali melesat berkat album kedua, sekaligus “comeback” yang berjudul “Back from the Edge” (2016) yang mengantarkan hit single ‘Say You Won’t Let Go’.
Arthur siap untuk kembali menyusul sukses album dan single tersebut melalui album ketiganya. Setidaknya jika menilik sebuah single yang baru saja dilepasnya, ‘Naked’, sepertinya Arthur tidak ingin melepas momentum yang tengah diraihnya begitu saja, sehingga meluncurkan single ‘Naked’ ini.
Tapi ia punya alasan mengapa percaya diri meluncurkan ‘Naked’. Meski agak mengingatkan ‘Say You Won’t Let Go’ sebuah balada pop-soul emosional.
Apapun itu, setiap lagunya memiliki makna tersendiri.
Penulis: Kevin Ben Loda, siswa XII IPA SMA Budi Mulia Pematangsiantar T.P. 2019-2020
”The Sound of Silence”dinyanyikan oleh duo legendaris Amerika, Simon dan Garfunkel. Lagu inilah yang mengantarkan mereka ke tangga kepopuleran mereka. Seperti ditulis ‘Wikipedia, The Sound of Silence (SOS) ditulis pada bulan Februari 1964 oleh Paul Simon, dan diproduseri oleh Tom Wilson dan Teo Macero. Saking populernya, SOS dinyanyikan dalam banyak versi yang berbeda.
Pentatonix
Gerard Lenorman
(Dengan judul yang sama dalam bahasa Prancis ‘Chanson d’innocence’)
Michael Castalado
(Tua Immagine dalam albumnya ‘Aceto’, yang diparafrase sebagai sebuah tribute untuk sosok Marlyn Monroe)
Tak ketinggalan pula suara menggelegar versi rock-metal dari si botak Disturbed, David Draiman.
… dan banyak versi lainnya.
Mengapa Sound of Silence?
Lagu ini dibawakan dengan kunci dasar D Minor, dilengkapi dengan progresi akor sederhana yang khas untuk versi harmoni dua nada karena dimaksudkan untuk dinyanyikan secara duet (Simon dan Garfunkel). Dilihat dari komposisi liriknya, lagu ini terdiri dari 5 versi yang di gambungkan menjadi satu. Sehingga pola lagu tersebut terkesan berulang dengan tempo, dan nada yang sama di setiap versinya. Dibandingkan dengan lagu populer mereka lainnya, yaitu ” Bridge Over Troubled Water”, SOS hanya menduduki posisi kedua karena awalnya hanya diiringi dengan gitar akustik sehingga banyak orang terkesan jenuh dengan pembawaan lagu dengan musikalitas sederhana.
Di kemudian hari, ternyata musik yang sederhana tetapi berisi mendapat tempat yang semakin besar di hati dan teliga banyak penikmat nada.
Dari antara hanya sedikit lagu legendaris lainnya, SOS berhasil mendapat tempat di hati para penikmat balada antargenerasi. Mulai dari opa-opa yang nongkrong di kafe sembari menenangkan diri untuk tidak larut dalam trauma post-power syndromme akibat pensiun hingga seorang Natan Gilbert Sinaga, murid SMA yang memilih lagu ini sebagai objek kajian ketika Saya tugasi menuliskan sebuah kritik seni.
Mengapa demikian. Coba kita simak liriknya.
Hello darkness, my old friend
I’ve come to talk with you again
Because a vision softly creeping
Left its seeds while I was sleeping
And the vision that was planted in my brain
Still remains
Within the sound of silence
In restless dreams I walked alone
Narrow streets of cobblestone
‘Neath the halo of a street lamp
I turned my collar to the cold and damp
When my eyes were stabbed by the flash of a neon light
That split the night
And touched the sound of silence
And in the naked light I saw
Ten thousand people, maybe more
People talking without speaking
People hearing without listening
People writing songs that voices never share
And no one dared
Disturb the sound of silence
“Fools, ” said I, “You do not know
Silence, like a cancer, grows
Hear my words that I might teach you
Take my arms that I might reach you”
But my words, like silent raindrops fell
And echoed in the wells, of silence
And the people bowed and prayed
To the neon god they made
And the sign flashed out its warning
In the words that it was forming
And the sign said, “The words of the prophets are written on the subway walls
And tenement halls”
And whispered in the sounds of silence
Kecemasan Abad Ini
Beberapa penulis menuturkan bahwa lagu ini ditulis untuk mengenang kejadian yang menimpa warga AS dan dunia pascapembunuhan John F. Kennedy pada tahun 1963. Lihatlah makna yang tersirat pada bagian ini:
Hello darkness, my old friend. I’ve come to talk with you again
Kata-kata yang sungguh melambangkan kesepian yang gelap.
Atau,
In restless dreams I walked alone. Narrow streets of Cobblestone
Simon dan Garfunkel benar-benar serius menggambarkan kehidupan masyarakat disana yang sangat rumit dan sulit setelah presiden mereka dibunuh secara misterius, menyusul berbagai revolusi tradisi dan fenomen post-modernisme yang membingungkan banyak orang.
Pandemi Covid-19: SAAT YANG TEPAT UNTUK KEMBALI MENYANYIKAN Sound Of Silence
Kebanyakan lagu yang ditulis Paul Simon sangat personal. Akan tetapi dia berhasil membuatnya sedemikian rupa sehingga tidak terkesan mengasihani diri sendiri. Misalnya, The Boxer ditulis ketika dia benar-benar mengalami sulitnya mencari nafkah di dunia musik, membuat liriknya relevan bagi siapapun yang sedang kesulitan mencari pekerjaan yang layak bagi dirinya dan keluarganya. Kaum pengangguran, misalnya.
Di SOS, Simon menggambarkan kemarahannya terhadap perasaan terasing akibat fenomena dunia post-modern (posmo). Pembunuhan atas Kennedy adalah salah satu pemicunya. Simon melihat situasi keterasingan ini sebagai hasil dari ketidakmampuan manusia untuk berkomunikasi secara efektif satu sama lain. Ditambah lagi dengan sikap menerima begitu saja pendapat atau opini yang disajikan oleh media massa. Semua ini bermuara para prinsip mencari kesenangan sendiri, atau lingkaran kecil sendiri, tanpa perduli pada banyak orang.
SOS mengutip ayat biblis ini:
And in the naked light I saw ten thousand people maybe more.
Ini adalah gambaran tentang ketidakmampuan dan ketidakmauan kita untuk berkomunikasi secara sungguh-sungguh, satu sama lain.
Lanjutnya:
People talking without speaking. People hearing without listening. People writing songs that voices never shared.
(Orang ngomong tetapi tak ada pesan yang disampaikan.
Orang mendengar tetapi tidak menyimak.
Banyak lagu ditulis, tapi tak menyuarakan aspirasi apapun).
Lagu ini seakan berteriak kencang di telinga orang-orang – yang melihat situasi tidak manusiawi ini – tapi tak mau melakukan apapun. Semacam mentalitas “don’t rock the boat”:
No one dared disturb the sound of silence.
Seakan memandang semua kejadian di depan mata bak seorang pengamat, si penyanyi memang melihat apa yang sedang terjadi tapi tak berdaya untuk menyuarakan kegelisahannya. Orang tak mendengarkannya sebab ia hanya bunyi dari kesunyian:
“Fools!”, said I. “Do you not know silence like a cancer grows? Hear my words. So I might teach you. Take my arms. So might reach you.” But my words like silent raindrops fell.
Tanpa mengesampingkan banyak penyebab dari semua malapetaka yang menimpa kita dewasa ini, meniru Paul Simon, Garfunkel dan Ebiet G. Ade, saatnya mengakui bahwa memang benar kita banyak kesalahan. Kesalahan yang mesti kita perbaiki. Situasi sulit sekarang ini, secara khusus akibat pandemi COVID-19 yang telah merenggut nyawa banyak manusia di berbagai belahan dunia, adalah saat yang tepat untuk berdiam diri, merenungkan dalam hening. Demikian sehingga suara dari kesunyian terdengar, kita pun semakin mawas dan jeli terhadap tanda-tanda zaman.
And the people bowed and prayed to the neon god they made.
Sang Narator Besar (pada lagu ini, dan balada-balada lainnya yang sudah dan akan terus ditulis orang) tampaknya ingin mengingatkan kita bahwa jika tetap membiarkan semua kesalahan ini (baca: kebobrokan individu dan sistem, sikap koruptif, individualisme ekstrim, menjual ayat dan mayat demi kuasa, masa bodoh dengan nasib orang lain), maka kita sedang berjalan menuju kehancuran.
I’m sitting by the door and ready to explore
The feelings I have when you passed that store
Watch you look older
Sitting down with cigarettes of ours
Why’d you given all your money?
For such a precious story
My life is treated usual good then goodbye
To our memories
Sitting down with cigarettes of ours
Take it easy for a little while
You know he did everything good so far
Our fragmented love and cry
We suddenly turn into dust and die
I said it oooh
If you’re my only friend
Can you stay up on my pain?
The memories and the smell of she remains in my memories
Sitting down with cigarettes of ours
Take it easy for a little while
You know he did everything good so far
Our fragmented love and cry
We suddenly turn into dust and die
I said it oooooh
Don’t make it rains it’s might for a little while
I said it oooooh
Take it easy for a little while
You know he did everything good so far
Our fragmented love and cry
We suddenly turn into dust and die
I said it oooooh
Don’t make it rains it’s might for a little while
I said it oooooh
Siapa Ardhito?
Cigarettes Of Ours diciptakan dan dipopulerkan oleh Ardhito Pramono, seorang seniman muda dengan aliran musik jazz dan pop yang sangat memikat hati pendengarnya. Lagu pop ini dirilis pada 2019 dengan album A Letter to My 17 Year Old.
Pernah suatu kali, lagu ini dibawakan Ardhito Pramono secara live di Raka Fair 2019, UNILA. Saat itu, 8 Oktober 2019, sebelum Ardhito bernyanyi dia memperkenalkan bahwa ini salah satu lagu baru dan mengajak seluruh mahasiswa yang ada disana untuk nyanyi bersama-sama terlebih dahulu. Ardhito tampak sangat enjoy membawakan lagu barunya. Sembari tetap menghayati lagu dari suaranya sendiri, ia menyapa para mahasiswa yang menontonnya antusias. Tak lama mereka pun ikut menyanyi bersama Ardhito. Ia memetik gitar, diiringi pemusik lain pada trumpet, saxophone, bass dan keyboard. Penampilannya semakin apik saat ia bersiul, menambah unsur manis pada lagunya. Selain suara khas yang dimilikinya, Ardhito memang terampil memainkan gitar, keyboard dan drum sehingga memudahkannya dalam bernyanyi.
Ardhito memulai dengan intro memakai petikan gitar menyanyikan bait pertama, kedua, reff diikuti dengan suara penonton. Selesai menyanyikan Cigarettes of Ours, ia mengucapkan “Thank You” kepada para penonton lalu setelahnya diikuti petikan gitar.
Lagunya apik, penampilannya manis. Pelan-pelan Ardhito merebut hati para penggemarnya.
Dikutip seperlunya dari tulisan Yocelyn Samosir, siswi XII IPS 1 SMA Budi Mulia Pematangsiantar, T.A. 2019-2020
Melodylan merupakan film drama romansa remaja Indonesia yang dirilis pada tanggal 4 April 2019 lalu. Film ini diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Asri Aci, yaitu Melodylan (sebelumnya telah dipublikasikan di Wattpad dan sudah dibaca lebih dari 34 juta kali). Film ini disutradarai oleh Fajar Nugros dan diproduseri oleh Rajesh Punjabi. Fajar Nugros dan Rajesh Punjabi memilih aktor dan aktris muda yaitu Devano Danendra dan Aisyah Aqila untuk membintangi film ini. Karena film ini diadaptasi dari novel, Endik Koeswoyo dipercaya menulis skrip.
Sesuai judulnya “Melodylan” dua tokoh utamanya adalah Melody (Aisyah Aqilah) dan Dylan (Devano Danendra). Film ini menceritakan tentang kisah cinta yang tak berujung antara sepasang kekasih. Sebagai siswi baru, Melody sudah menyebabkan kehebohan di seluruh penjuru sekolah karena tersebarnya kabar bahwa Dylan mengantarkannya pulang. Memang Dylan adalah cowok populer di sekolahnya, namun dia sendiri hanya menyukai Bella (Zoe Abbas Jackson), teman masa kecilnya yang mengidap penyakit sejak lama. Di sisi lain, Bella ternyata sudah lama menyimpan rasa kepada Fathur ( Angga Aldi Yunanda), yang ternyata menyukai Melody.
Usaha para tokoh dalam memerankan film ini patut diacungi jempol. Mereka mampu menghadapi kondisi cinta yang bertepuk sebelah tangan dan berusaha menyembuhkan rasa sakit hati tersebut. Para tokoh memerankan film ini dengan sangat emosional, dengan porsi akting yang pas dan tidak berlebihan. Melody dengan sifatnya yang tertutup dan keras kepala disandingkan dengan Dylan yang cuek dan sulit membuka hati untuk wanita lain, membuat hubungan mereka jauh dari kata menarik. Justru hubungan sahabat mereka Anna (Yasmin Napper) dan Angga (Indra Jegel)-lah yang lebih berkesan karena kekonyolan tingkah mereka. Walaupun ini adalah film layar lebar, tetapi ditampilkan dengan jalinan alur episodik, yang membuat film ini layaknya kumpulan bab-bab novel. Dengan latar yang beragam, film ini jauh dari kata monoton. Sutradara berhasil menciptakan suasana berbeda di setiap bagian ceritanya.
Dalam film ini, disampaikan pesan-pesan yang tentunya memberikan kesan positif bagi penontonnya. Apalagi bagi para remaja yang masih labil dalam menjalin sebuah hubungan. Film ini juga menyajikan nilai-nilai seperti nilai moral, nilai budaya, nilai pendidikan, dan nilai sosial yang memang biasanya terdapat di genre film yang serupa. Akan tetapi, selain itu, Saya belum bisa menemukan simbol-simbol dengan nilai signifikan yang khas milik film ini untuk dihadirkan buat pembaca.
Dari segi tematis, dibandingkan dengan film karya Fajar Nugros lainnya, Film Melodylan ini sedikit monoton karena berkutat seputar kehidupan anak remaja yang dinamikanya bisa dikatakan itu-itu saja. Bisa dirasakan ketika unsur komedi mulai dihilangkan, filmnya sedikit membosankan. Konflik-konflik yang seharusnya lebih rumit seperti yang ada di dalam novel menjadi terkesan dipaksakan. Peralihan bagian cerita yang satu dengan yang lain terkesan kasar, nyaris tanpa narasi penghubung. Masih ada konflik dalam film yang belum diketahui apa penyebabnya. Bagaimana mungkin Dylan begitu cepat mengaku kepada Bella bahwa dia sudah memiliki rasa kepada Melody? Apa yang terjadi sehingga Dylan tidak pamit kepada Melody untuk mengunjungi Bella yang kondisinya kembali memburuk? Momen penutupnya kurang berhasil menciptakan suasana yang emosional karena tidak dijelaskan mengapa dan kemana Dylan yang tanpa pamit menjauh dari Melody, hanya meninggalkan sebuah CD berisi video perpisahan yang disiapkan Dylan untuknya.
Disempurnakan dari tulisan Yemima Girsang, siswi XII IPA SMA Budi Mulia Pematangsiantar, T.P. 2019-2020
Byōsoku 5 Centimeter (Byōsoku Go Senchimētoru, 5 Centimeters Per Second, 5cm/s, atau “Lima Sentimeter per Detik”) merupakan sebuah film anime Jepang tahun 2007 oleh Makoto Shinkai. Dirilis oleh studio CoMix Wave Films, anime dari genre Slice of Life ini tamat ditayangkan pada tanggal 22 Januari 2007. Byosoku adalah sekuel ketiga. Selengkapnya Ōkashō (桜花抄), Cosmonaut (コスモナウト), dan Byōsoku 5 Senchimētoru (秒速5センチメートル) dengan total waktu tayang keseluruhannya adalah satu jam. Sebagaimana film-filmnya yang sebelumnya, soundtrack film ini digubah oleh Tenmon.
DVD Byōsoku 5 Centimeter dikeluarkan pada tanggal 19 Juli 2007. Novel 5 Centimeters Per Second yang merupakan pengembangan cerita dari versi filmnya juga dibuat Versi manganya yang berbetuk serial diterbitkan oleh Afternoon mulai bulan Juli 2010, diilustrasikan oleh Seike Yukiko.
Film ini bercerita tentang kisah kehidupan Takaki Tōno dan Akari Shinohara dari masa kecil hingga dewasa. Takaki Tōno dengan segera bersahabat dengan Akari Shinohara saat mereka berdua baru saja pindah pada Sekolah Dasar yang sama. Setelah tamat mereka sempat berpisah namun Takaki pindah kesekolah Akari. Mereka semakin dekat dan berencana mengungkapkan perasaan mereka. Tetapi tidak pernah kesampaian, hingga akhirnya mereka terpisah dan menjalani kehidupan masing-masing.
Makoto Shinkai telah mengatakan bahwa, tidak seperti film-filmnya sebelum ini, Byōsoku 5 Centimeter tidak mempunyai elemen fiksi ilmiah maupun fantasi seperti karya sebelumnya yaitu Hoshi no Koe (Voice of the Distance Star atau “Suara Bintang nan Jauh”) dan Kumo no Mukō, Yakusoku no Basho (Beyond the clouds, the promised place, The Place Promised in Our Early Days atau “Menembus Awan, Tempat yang Dijanjikan”) di dalam penceritaannya. Sebaliknya, film ini mencoba untuk mengisahkan dunia sebenarnya dari perspektif yang berbeda. Film Makoto ini memberi sebuah pandangan yang lebih realistik akan halangan yang dihadapi manusia, waktu, ruang, dan cinta. Film ini diterjemahkan sebagai “5 Sentimeter per Detik”, berdasarkan kecepatan kelopak bunga sakura yang rontok, dimana kelopak bunga merupakan representasi metaforikal manusia, mengenai kehidupan dan bagaimana manusia yang memulai kehidupan bersama akan berangsur-angsur berpisah dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri.
Tiap-tiap bagian memberikan sketsa kecil yang menyenangkan, tetapi secara menyeluruh mereka menggambarkan gambaran lebih besar mengenai perkembangan hidup dan cinta. Ending-nya, yang berbeda dari kebanyakan karya Shinkai sebelumnya, menjadi kontroversial dan membuat beberapa penggemar menjadi tidak puas, karena terbuka untuk berbagai interpretasi. Sebagian merasa bahwa film tersebut berakhir tanpa memberikan penyelesaian apapun. Sebenarnya, jika mereka melihat kembali beberapa perkataan Takaki di Episode 2, saat bagian tersebut berakhir, dan bagaimana segalanya bergabung menjadi satu, akan menjadi jelas bahwa penyelesaian masalah bukanlah inti dari cerita. Bila Hoshi no Koe berusaha untuk mengelola hubungan sementara The Place Kumo no Mukō, Yakusoku no Basho meneguhkan kembali suatu hubungan, Byōsoku 5 Centimeter menceritakan bagaimana bergerak dari koneksi masa lalu, tentang menemukan jalan untuk menjadi bahagia di masa sekarang daripada hanya bersedih atas apa yang hilang selama ini. Dengan pengertian itu Byōsoku 5 Centimeter menjadi karya Shinkai yang paing dewasa dan komplikatif hingga sekarang.
Banyak juga penggemar Film Anime karya Makoto Shinkai yang tidak terima dengan Ending film Byōsoku 5 Centimeter karena pada akhirnya, Takaki dan Akari tidak bersama (menikah atau pacaran). Akari sudah memiliki tunangan yang bernama Taichi. Mereka sempat berpapasan di rel kereta api seperti masa kecil mereka. Namun, alih-alih menunggu kereta apinya lewat, Takaki lebih memilih untuk berpaling dan melangkah maju.
[Verse]
G D Bm Am
Tak kusangka..semua seperti ini
G D Am D
Semua yang indah berubah jadi sirna
G D Bm Am
Tak habis pikir..kau tega seperti ini
G Am C D
Meninggalkan aku tanpa suatu kepastian
Am
Ku hanya bisa berharap
G
Kau bahagia disana
C
Dengan dia pilihanmu
D
Walau dia sahabatku
[Refrain]
C D
Biar aku yang pergi
G Em
Biar aku yang tersakiti
Am G
Biar aku yang berhenti
D
Berhenti mengharapkanmu
C D
Oh Tuhan kuatkan aku
G Em
Menerima semua ini
Am G
Jika dia memang untukku
C D G
Kuharap kembalikan dia padaku
[Interlude]
G Am Em D
[Verse]
Am
Ku hanya bisa berharap
G
Kau bahagia disana
C
Dengan dia pilihanmu
D
Walau dia sahabatku
[Refrain]
C D
Biar aku yang pergi
G Em
Biar aku yang tersakiti
Am G
Biar aku yang berhenti
D
Berhenti mengharapkanmu
C D
Oh Tuhan kuatkan aku
G Em
Menerima semua ini
Am G
Jika dia memang untukku
C D G
Kuharap kembalikan dia padaku
[Interlude]
C D G Em
Am G D E
[Refrain]
D E
Biar aku yang pergi
A F#m
Biar aku yang tersakiti
Bm A
Biar aku yang berhenti
E
Berhenti mengharapkanmu
D E
Oh Tuhan kuatkan aku
A F#m
Menerima semua ini
Bm A
Jika dia memang untukku
D E A
Kuharap kembalikan dia padaku
[Refrain]
D E
Biar
yang berhenti
E
Berhenti mengharapkanmu
D E
Oh Tuhan kuatkan aku
A F#m
Menerima semua ini
aku yang pergi
A F#m
Biar aku yang tersakiti
Bm A
Biar aku Bm A
Jika dia memang untukku
D E Bm A F#m
Kuharap kembalikan dia padaku…
D E A
Oh Tuhan kembalikan dia padaku..
Biar Aku yang Pergi dinyanyikan oleh Alvaro Maldini Siregar. Lagu yang ditulis oleh Aldy Maldini dan Aan Story (arr. Jeffrey Stefanus dan Aan Story) ini dirilis pada tanggal 4 Juni 2017 melalui akun Youtube Aldy Maldini. Diterbitkan oleh PT EKSIS BANGET INDONESIA, Biar Aku yang Pergi merupakan single kedua dari Aldy, dimana single pertamanya berjudul Terimakasih Sahabat.
Video lirik berdurasi 4:07 ini menceritakan seorang laki-laki dan sahabatnya yang menyukai satu perempuan yang sama. Dalam lagu tersebut, dia harus merelakannya karena gadis impiannya lebih memilih sahabatnya. Dia berharap agar perempuan tersebut bahagia bersama pilihannya. Walaupun begitu, ia juga berharap kepada Tuhan, bila gadis tersebut adalah jodohnya, mereka dapat dipertemukan kembali.
Tema dari lagu ini yaitu tentang pengalaman cinta yang dialami oleh sang pengarang. Proses kreatif dari single ini pun menyisakan cerita yang seru. Suara musik diatur seakan mengikuti suasana yang sedih. Pada lirik “ku hanya bisa berharap, kau bahagia disana, dengan dia pilihanmu, walau dia sahabatku” nada yang tegas seakan meyakinkan pendengar akan harapan pengalaman cintanya. Divisualkan pula Aldy yang sedang bersedih, berusaha menerima kenyataan yang terjadi. Begitu dramatis, membuat pendengarnya sampai terbawa-bawa dalam suasana keadaan. Dengan warna dominan abu-abu yang mengambarkan kegalauan hati seseorang, rasanya pendengar cukup mudah memahami perasaan seorang lelaki yang berjuang menerima kenyataan cinta yang pahit.
Lirik lagu yang banyak berhubungan dengan kisah cinta remaja pada umumnya, dipadu dengan sound effect dan musikalitas mendayu-mendayu menjadi salah satu alasan mengapa lagu ini cepat mendapat tempat yang khusus di hati para remaja.
Disempurnakan dari tulisan Corry S Tobing, siswi XII IPA 5 SMA Budi Mulia Pematangsiantar T.A. 2019-2020
Pagi tadi aku masih menangis
Ada rasa yang tak kunjung mati
Ada seseorang di atasku
Menahan semua rasa malu
Sempat kuberpikir masih bermimpi
Dua Empat Tujuh tanpa henti
Matahari dan bulan saksinya
Ada rasa yang tak mau hilang
Aku takut sepi. Tapi yang lain tak berarti
Katanya mimpiku kan terwujud
Mereka lupa tentang mimpi buruk
Tentang kata “Maaf, sayang aku harus pergi.”
Sudah kuucap semua pinta
Sebelum kumemejamkan mata
Tapi selalu saja kamu tetap harus pergi
Sempat kuberpikir masih bermimpi
Bertahun berlanjut tanpa henti
Kulitmu yang memudar saksinya
Tetap rasaku tak pernah hilang
Aku takut sepi tapi yang lain tak berarti
Katanya mimpiku kan terwujud
Mereka lupa tentang mimpi buruk
Tentang kata “Maaf, sayang aku harus pergi.”
Sudah kuucap semua pinta
Sebelum kumemejamkan mata
Tapi selalu saja kamu tetap harus pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu tak kembali
Katanya mimpiku akan terwujud
Mereka berbohong, mimpiku tetap semu
Lagu berjudul “Rumpang” ini diciptakan dan dinyanyikan langsung oleh Nadin Amizah yang merupakan single pertamanya. Sebelumnya pada tanggal 21 Juni 2018, versi live lagu “Rumpang” diunggah di akun Youtube Nadin dalam bentuk video. Dan karena tingginya permintaan dari para pendengar untuk versi rekam studio, maka lagu “Rumpang” versi studio akhirnya dirilis pada 14 september 2018 di berbagai layanan streaming digital audio seperti Spotify, Joox, Apple Music, Deezer.
Petikan gitar akustik terdengar begitu mendominasi di sepanjang lagu, berpadu apik dengan suara lembut Nadin yang mampu membius pendengar. Alunan lagu yang sayup-sayup terdengar menyayat, semakin membuat kesan dalam video ini sangat dalam.
Lagu ini menceritakan tentang seseorang yang merasa tidak lengkap setelah ditinggal yang tercinta dan tidak bisa mengisi kekosongannya dengan pengganti lain yang sesuai dengan makna kata “rumpang”. Dalam musik videonya, ditampilkan seorang anak kecil yang selalu bermain dengan bonekanya, hingga menjelang akhir cerita boneka itu berubah menjadi sesosok ibu. Dan di awal video juga terlihat anak itu menggunakan garpu yang giginya tidak lengkap.
Tokoh anak di dalam video musik ini mewakili seseorang yang ditinggal oleh orang tercinta, salah satunya adalah ibu. Karena seorang anak yang kehilangan ibunya adalah hal paling menyedihkan. Anak kecil masih membutuhkan bimbingan dari serang ibu.
Lirik pada lagu ini pun ditulis dengan cantik. Saya tertarik pada lirik “Aku takut sepi, tapi yang lain tak berarti”. Menurut saya itu bermakna, sebenarnya banyak orang yang akan menemani, mencoba menghibur, berusaha memahami dan mengeti. Apapun kata orang untuk menghibur saat kehilangan, terasa bagai angin lalu, seperti omong kosong.
Karena yang pergi tak kembali.
Yang diinginkan tidak akan terjadi.
Dibandingkan dengan lagu Nadin yang lain seperti “All Good” yang bergenre pop EDM, Nadin lebih cocok membawakan lagu bergenre folk seperti “Rumpang” ini. Karena vibra yang dimilikinya cocok untuk membawakan lagu melow dan santai. Namun, lagu “All Good” juga tetap enak untuk didengar.
Penulis: Cherine Yaresya, siswi XII IPA 1 SMA Budi Mulia Pematangsiantar TA 2019-2020
Rasanya pemerhati blantika musik Indonesia tidak asing lagi dengan Andmesh Kamaleng. Setelah lagu Cinta Luar Biasa, Hanya Rindu, Nyaman dan Jangan Ubah Takdirku, kini Andmesh Kamaleng kembali menciptakan lagu baru dengan judul Ku Mau Dia. Pertama kali dipublikasikan ke publik pada Rabu tanggal 22 November 2019 di halaman Youtube Hits Records, lagu ini sudah ditonton lebih dari 24 juta kali.
Liriknya menceritakan tentang perjuangan cinta yang terhalang banyak perbedaan. Namanya juga sudah saling cinta, ya perlu diperjuangkan meskipun ada perbedaan yang menghadang. Supaya para pembaca mempunyai sedikit gambaran, berikut ini saya akan tuliskan lirik lengkapnya.
Kumau Dia
Oooh…
Kuharap semua ini bukan sekedar harapan
Dan juga harapan ini bukan sekedar khayalan
Biarkan ‘ku menjaganya sampai berkerut
Dan putih rambutnya jadi saksi cintaku padanya
Tak main-main hatiku
Apapun rintangannya kuingin bersama dia
Kumau dia, tak mau yang lain
Hanya dia yang s’lalu ada kala susah dan senangku
Kumau dia, walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku
Biarkan ku menjaganya sampai berkerut
Dan putih rambutnya jadi saksi cintaku padanya
Tak main-main hatiku
Apa pun rintangannya kuingin bersama dia
Kumau dia, tak mau yang lain
Hanya dia yang s’lalu ada kala susah dan senangku
Kumau dia, walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku
Bukan ku memaksa, oh, Tuhan
Tapi kucinta dia
Kumau dia
Kumau dia
Dan hanyalah dia
Aku mau dia, tak mau yang lain
Hanya dia yang s’lalu ada kala susah dan senangku
Kumau dia, walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku
Bukan ku memaksa, oh, Tuhan
Tapi kucinta dia
Kumau dia
Hanyalah dia, Tuhan
Kucinta dia
Siapa Andmesh?
Andmesh kamaleng merupakan salah satu penyanyi dari Timur yang memiliki suara yang unik dan khas. Karna keunikan dan kekhasan suaranya maka Andmesh Kamaleng kini banyak masuk nominasi penghargaan bergengsi. Pada tahun 2019 dia masuk kedalam kategori Best Asian Artist Indonesia di MNET Asian Music Awards (MAMA) yang berlangsung di Nagoya Dome, Nagoya, Jepang pada 4 Desember 2019. Saat itu Andmesh – yang tidak bisa datang di acara tersebut – tidak menyangka bahwa dia akan memenangkan penghargaan internasional prestisius tersebut. Tidak hanya itu, Andmesh juga mendapat penghargaan musik tertinggi di tanah air dalam kategori Artis Solo Pop Pria Terbaik di Anugerah Musik Indonesia 2019 . Hingga kini, kariernya semakin naik daun.
Analisis Formal
Saya tertarik dengan Kumau Dia karena lagu ini tidak hanya mengartikan tentang perjalanan cinta dua orang muda-mudi yang berbeda agama saja, tetapi banyak arti lain yang dapat ditafsirkan dari lagu ini. Selain kosakatanya yang khas tetapi tetap mudah dimengerti, alunan musiknya sangat menyentuh hati para pendengarnya.
Kumau Dia menggunakan nada dasar C dengan intro C F G. Berikut chord lengkapnya.
C Cmaj7 F
kuharap semua ini bukan sekedar harapan C Cmaj7 F
dan juga harapan ini bukan sekedar khayalan Am G C
biarkan ku menjaganya sampai F
berkerut dan putih rambutnya F G Am
jadi saksi cintaku padanya C
tak main-main hatiku Bb F G
apapun rintangan yang ku ingin bersama dia
Reff :
C F G ku mau dia tak mau yang lain C F hanya dia yang selalu ada Am G kala susah dan senangku
Temponya santai sehingga para penikmat lagu yang sedang mendengarkan lagu ini dapat dengan mudah menerima pesan apa yang disampaikan. Dinamika suara yang khas milik Andmesh membuat Kumau Dia mendapat tempat khusus di hati penggemarnya.
Kumau Dia sekali lagi mengisahkan cinta beda agama yang sering kita jumpai di negara ini. Dua orang yang saling tulus mencintai tetapi terhalang karena berbeda agama, dan tetap tidak mau berpisah. Kumau Dia mengikuti jejak lagu sebelumnnya dari Andmesh. Sebut saja misalnya Hanya Rindu. Bahasa liriknya sama-sama padu, sederhana tetapi meninggalkan memori yang kuat di telinga dan hati pendengar, lalu menyanyikan kisah yang relate dengan banyak orang. Lagi-lagi hal ini menegaskan bakat dan kemampuan Andmesh sebagai penyanyi sekaligus pencipta lagu.
Terus, Mau Apa dengan Kumau Dia?
Dari segi iringan musik, baik Kumau Dia maupun Hanya rindu memiliki ritme sedang dan nyaman didengar. Video klip yang dibuat untuk membumbui lagu tersebut juga sangat menarik, pesan visualnya mudah ditangkap. Ditambah lagi dengan paduan rapi antara scene dalam video musiknya.
Jika hendak memberi saran, barangkali ialah supaya Andmesh mencoba menggunakan bahasa kiasan dalam kemasan yang baru sembari tetap konsisten menyajikan makna yang kuat dan tegas lewat kosakata yang sederhana. Entah seperti apa caranya, tetapi penyair akan selalu menemukan lirik dan arti.
Pesan Moral
Menurut Saya pribadi sebagai anak milenial, seharusnya percintaan antardua insan beda agama ini sudah tidak terlalu dipermasalahkan karena pada zaman yang sudah sangat maju sekarang ini kita tetap dapat melangsungkan pernikahan meskipun dengan syarat dan ketentuan yang masih cukup rumit.
Dikutip seperlunya dari tulisan Elwanindo Damanik, siswa XII IPA 1 SMA Budi Mulia Pematangsiantar TA 2019-2020
Hendra Gunawan adalah salah satu seniman lukis Indonesia. Dia pernah ditahan selama 13 tahun dimulai pada tahun 1965 hingga 1978. Selama didalam penjara beliau tetap berkarya membuat lukiasan bertema tentang kehidupan masyarakat pedesaan pada zamannya, seperti panen padi, berjualan buah, kehidupan nelayan. Ada salah satu karyanya yang berjudul “mencari kutu rambut” yang dibuat pada tahun 1953. Subject matter yaitu seorang wanita yang sedang duduk mencari kutu wanita lainnya yang tengah memangku anak perempuanya yang memegang wayang. Lukisan ini dibuat dengan media cat minyak diatas kanvas dengan ukuran 84cm x 65cm.
Dalam lukisan “mencari kutu rambut” nampak Hendra menampilkan dua sosok wanita dewasa dengan memakai baju kebaya sederhana dengan rok menggunakan jarik, dan satu anak kecil yang sedang memegang wayang dengan dipangku salah seorang wanita dewasa. Wanita yang sedang mencari kutu menggunakan baju berwarna biru keputihan yang warnanya hampir sama dengan warna backgroun yang ingin ditampilkan dengan motif titik-titik berwarna-warni, dengan menggunakan rok dari jarik warna coklat, dengan rambut diikat.
Ekspresi wanita tersebut terlihat serius mencari kutu pada wanita yang kedua. Wanita yang kedua memakai baju kebaya sederhana juga berwarna putih dengan motif, dan menggunakan jarik dengan warna coklat namun hampir sama dengan warna tanah yang ditampilkan, wanita kedua terlihat rambutnya terurai panjang menandakan bahwa dia yang sedang dicari kutu rambutnya. Tanganya sedang memegang kapala anak kecil dengan rambut agak pendek dengan baju berwarna merah muda yang memegang sebuah wayang. Kemudian background berwarna biru dan terlihat seperti ada pohon. Lukisan ini cenderung menggunakan warna yang lembut dengan latar yang sederhana. Kemudian warna kulit ketiganya sama, coklat keputihan.
Lukisan yang cenderung bergaya ekspresionis ini menampilkan warna dan latar sederhana. Warna biru pada baju wanita pertama, kemudian warna tanah pada jarik wanita kedua. Kebaya sederhana merupakan pakaian tradisional Jawa yang sering dikenakan oleh wanita-wanita pada kesehariannya, dengan bertapihkan jarik sebagai kombinasi pakaian. Motif kultural Jawa semakin lengkap pada wanita pertama yang mengikat rambutnya sehingga mirip seperti disanggul. Adapun jidat kehijauan pada wanita kedua merupakan sebuah kebiasaan wanita di Jawa yang baru melahirkan. Rambut-rambut panjang yang terurai juga mengesankan bahwa itu wanita jaman dahulu yang masih kental dengan tradisi setempat. Akhirnya, wayang yang sedang dipegang anak kecil sebagai mainan menegaskan bahwa kebiasaan perempuan Jawa memiliki kebiasaan mencari kutu rambut.
Mengisi waktu senggangnya dengan duduk dan mencari kutu pada wanita lainnya, memomong anak kecil, dan kebaya seakan mewakili kebiasaan Jawa yang dipandang perlu untuk menjalin keharmonisan.
“Mencari kutu rambut” adalah ekspresi yang sederhana dan lugas. Gambaran yang jelas mendukung judul sehingga apa yang dipikirkan apresiator tidak jauh-jauh dari judul yang ditampilkan.
Namun ada sedikit yang menjadikan kekurangan.
Pertama, background yang dibuat kurang menampilkan bahwa itu adalah kebiasaan masyarakat pedesaan. Terlalu sederhana dan tidak mendukung subject matter yang ditampilkan. Padahal biasanya orang yang mencari kutu rambut itu duduk didepan rumah.
Kedua, proporsi manusia asli mungkin kurang diperhatikan sehingga untuk kaki wanita kedua cenderung pendek.
Ketiga, warna latar dengan baju wanita pertama itu sedikit membingungkan karna warnanya menyatu, sama seperti warna tanah juga yang disamakan dengan jarik wanita kedua.
Diubah seperlunya dari tulisan William D. Manihuruk, siswa XII IPS 1 SMA Budi Mulia Pematangsiantar TA 2019-2020.