Lusi, seorang Freethinker Indonesia, yang mengatakan bahwa Indonesia sedang kehilangan identitasnya, diganti dengan kultur barbar Timur Tengah, punya akun Twitter. Di situ Lusi menyebut bahwa pelajaran yang bisa dia petik dari COVID-19 ini ialah:
Banyak orang pintar, tapi tidak banyak orang yang peduli
Tak lama,muncul berbagai respon lain dari para follower-nya.
(Demi prinsip anonimitas, hanya respon saja yang akan dimuat dengan pengubahsuaian bahasa. Masing-masing akun responder sengaja tidak dipublikasi).
Berikut berbagai respon yang receh dan serius yang pantas diperhatikan.
Pertama, tentang media massa yang salah mengutip dari nasarumber, lalu berita yang dimuat akhirnya menimbulkan kisruh.Kedua,
Masih klise: banyak yang mencatut penderitaan sesama, beli beras untuk disumbangkan sebanyak 50 ton, minta ditulis kuitansinya 100 ton.
Berikutnya …
Sesungguhnya ibadah bisa dilakukan dimana saja, tanpa harus pamer dan selfie di tempat ibadah.
A: Alam sedang bersih-bersih maka biarkan. B: Awas tersapu
Pentingnya nabung, dan sedikit cicilan
Ngurus Indonesia yang terdiri dari beribu pulau itu rumit alias rundut.
Pentingnya jaminan penghasilan dasar (sekurangnya penghasilan darurat)
Bahwa menjadi berkecukupan adalah kunci
A: Pentingnya kembali ke alam. B: Emangnya selama ini di akherat, Mas? A: Lagi merasa di alam kubur
Tetangge ane bilang ini ujian dari Allah supaya manusia ingat penciptanya. Begitu, Kakak. Ternyata, Covid-19 ini bukan ujian dari Allah. (Memang bukan. Itu virus. Bukan ujian. Soal tetanggamu, memangnya selama ini dia tidak mengingat penciptanya? Kayaknya malah overdosis mikirin penciptanya. Sesekali mikirin teori relativitas, gitu)
Perlunya banyak duit. Kalau disuruh #StayAtHome gak bingung mau makan apa, bagaimana bayar ini itu, dan bisa santuy.
Sebenarnya masyarakat itu nggak penting-penting banget kalau nggak pas tahun politik.
Potret garong menunjukkan perangai original.
Priyayi di negara kita benar benar percaya bahwa bukan saja kebal hukum, tapi mereka juga kebal virus
Rasa peduli timbul karena adanya empati. Bisa kita perhatikan, biasanya orang-orang yang berkoar-koar dan bergaya suci (sebatas di mulut) namun tidak mempunyai empati. Bila kita buka mata, akan kita temukan orang-orang itu di sekitar kita. Contoh: Pemuka agama yang kaya-raya hasil jual ayat namun kikir, senyap tak terdengar kiprahnya dalam meringankan beban masyarakat sekitarnya.
Bisa lihat mana yang teman sebenarnya
Semakin banyak yang nggak takut mati
Belajar nerima bahwa masih banyak (banget) pejabat daerah yang egois.
Kita belajar bahwa komunikasi yang tidak baik tak akan bisa menyelesaikan masalah dengan masalah
Ada orang yang memikirkan orang banyak. Ada yang sangat-sangat egois
Setidaknya jadibanyak yang hafal doa qunut
Dunia ini tidak adil. Jadi, biasakan dirimu.
Banyak orang peduli, tapi lebih banyak lagi yang nggak peduli.
Orang bego tuh nggak takut mati
Orang pintar banyak tapi orang yang bego jauh lebih banyak!
Selama hampir satu semester (hingga saat artikel ini Saya tulis), ritme hidup berubah drastis. Di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terutama rumah, tempat kerja dan sekolah kamu. Penyebaran virus Corona ini tidak saja epidemik, tetapi juga pandemi global. Dimana-mana orang diminta (mulai dari dihimbau hingga dipaksa) untuk tetap di rumah dan menjauhi kerumunan untuk mengurangi resiko penularan.
Virus Corona telah membawa sekian banyak hal buruk, penyakit dan kematian, tetapi jika kita mampu menyikapinya dengan lebih arif, kita bisa menemukan beberapa pelajaran penting.
Kerap kamu harus bersedia mengorbankan sebagian kebebasan dan hak personalmu demi kebaikan publik yang lebih besar.
Bagi kebanyakan orang, #TetapDiRumah saja itu susah bukan main. Kita mengeluh bosan, tak bergairah, seperti tanpa tujuan alias gabut. Beberapa orang merasa kesal bahwa karantina kesehatan atau pembatasan sosial ini melanggar hak-hak individual, seperti berkumpul, nongkrong, nge-mall, belanja barang sebanyak uang yang dipunyai dan lain-lain. Baca saja berita tentang ekses dari kekesalan dan ke-ngenyel-an dari orang-orang yang tetap melanggar peraturan dan himbauan dari pemerintah untuk tetap diam di rumah.
Meskipun demikian, demi kebaikan yang lebih besar, kamu dan aku mesti bersedia sedikit berkorban. Keseimbangan antara hak-hak individual dan kemaslahatan umum terus berubah sesuai perkembangan zaman dan situasi dunia. Demi kebaikan publik, berkorbanlah sedikit.
Entah ada virus atau tidak, cuci tangan itu baik.
Kesehatan secara umum itu penting, tidak hanya karena ada virus. Basahi tanganmu, usapkan sabun, kucek-kucek selama kurang-lebih 20 detik. Bilas lalu keringkan dengan menggunakan handuk atau sapu tangan yang bersih. Gunakanlah sabun sebagimana mestinya. Mulai sekarang, jangan lupa: sabun itu efektif membunuh virus.
Beraktifitas dari rumah mestinya bisa menjadi pilihan
Selama pandemi ini, kita terpaksa bekerja atau belajar dari rumah. Begitu virus ini selesai, barangkali kita bisa mengusulkan (atau jika Anda berada pada hirarki atas: mendiskusikan) kemungkinan untuk bekerja atau belajar dari rumah jika dianggap perlu dan penting. Memang tidak semua, tetapi banyak hal yang bisa dilakukan tanpa tatap muka langsung.
Izin tidak hadir karena sakit itu penting
Jika kamu merasa sakit (sakit beneran ya, bukan yang dibuat-buat apalagi dengan surat keterangan buat-buatan itu), tetaplah berada di rumah. Banyak orang merasa bahwa lingkungan kerja atau sekolahnya tidak akan memahami izin tidak hadir karena sakit. Banyak orang yang ingin tampil seakan-akan dia martir, “Lihatlah, meski aku sakit, aku tetap datang ke tempat kerja”. “Aku, walaupun sakit, tetap kupaksakan hadir di kelas. Kurang apa lagi aku sebagai murid, coba?”
Mentalitas semacam ini harus dihentikan. Jika kamu sakit, tetaplah di rumah. Jika sakitmu tak berangsur pulih, berobatlah segera.
Hak mengakses internet sebaiknya menjadi kebutuhan dasar
Hak untuk mengakses internet (dikenal sebagai the right to broadband) sebaiknya dipertimbangkan untuk ditetapkan sebagai hak asasi manusia. Terutama di negara berkembang seperti kita, tidak bisanya kita online membuat kita kesulitan untuk mengenal dunia secara global. Ini membentuk dan membatasi kesempatan kita untuk berkembang. (Misalnya, jika kamu tidak memiliki akses interet, tentu kamu tidak akan membaca tulisan ini). Sebagai tambahan, selama masa seperti ini, menghubungi keluarga, teman dan rekan kerja itu penting. Sejauh ini, internet adalah cara dan alat yang dapat kita andalkan secara maksimal.
Tenaga kesehatan dan para peneliti layak mendapat apresiasi yang lebih baik
Ketika kita berada dalam situasi yang sangat mencekam ini, para tenaga medis dan peneliti (researchers)-lah yang akan membantu kita melewatinya. Mereka bekerja siang malam untuk menemukan metode penyembuhan dan pemulihan atas seluruh umat manusia di dunia ini. Saat kita bergunjing ria tentang teori konspirasi elite wewe gombel atau heboh dengan berita berisi distrust terhadap aturan dan pola komunikasi pemerintah, ratusan saintis bekerja keras mencari cara untuk membasmi virus ini. Seperti halnya kita fanatik dengan atlit, aktor/aktris, pemuka agama, politisi, influencer, seniman, Youtuber atau Selebgram, saatnya kita mengevaluasi kembali apakah apresiasi yang kita berikan terhadap para tenaga medis dan saintis selama ini sudah layak. Kemungkinan terbaiknya: mereka layak mendapatkan apresiasi yang lebih dari yang selama ini mereka dapatkan. Jika itu masih absurd, maksudnya ialah, mereka pantas mendapatkan upah yang lebih besar.
Sayangnya, banyak tenaga medis yang kesal karena praktek di lapangan menunjukkan banyaknya pelanggaran terhadap protokol kesehatan, tentu dengan sebab yang beragam. Sampai muncul kekecewaan sebagian orang: “Indonesia terserah“. Tenaga ilmuwan Indonesia pun merasa kecewa karena tak cukup dilibatkan untuk menangani virus Corona ini.
Memasak itu penting
#TetapDiRumah telah memaksa banyak orang untuk belajar, mengulang kembali, atau menyalakan lagi semangat untuk memasak. Belajar memasak adalah salah satu keahlian yang sangat penting untuk dimiliki seseorang.Memasak berarti kamu bergantung pada dirimu sendiri. Tak selamanya kamu punya uang yang cukup untuk memesan makanan dari luar. Jikapun uangmu cukup, tak selalu kurir bisa dan mau mengantarkannya untukmu. Lihatlah betapa meriahnya kemewahan yang dibagikan orang lewat media sosial akhir-akhir ini: semua mengepos masakan mereka yang lezat. Mereka menemukan kembali kejaiban dari aktifitas makan-memakan ini. Termasuk mengetahui persis apa saja bahan yang terkandung pada makananmu lalu merasakan sebuah sensasi reward ketika akhirnya kamu bisa memasak makanan untukmu sendiri dan keluarga.
Menyapa teman setiap hari
Tetap di rumah dan tidak bisa keluar menyadarkan kita bahwa cara terbaik untuk mengatasi kebosanan dan mengusir kesepian adalah dengan menyapa teman dann keluarga, lewat chatting atau panggilan video. Jika sebelumnya percakapanmu hanya basa-basi, ini saat yang tepat untuk berbicara secara lebih medalam. Selama masa krusial seperti ini, koneksi yang manusiawi antarmanusia adalah kunci. Telefonlah!
Begitu virus ini selesai, hargailah pentingnya janji ketemu yang sudah kamu buat dengan teman atau keluarga. Jangan lagi ada kisah rencana bukber yang tak kunjung jadi hingga lebaran usai. Jangan lagi ngeles “OTW” ketika teman-temanmu sudah menunggu, padahal kamu baru saja beranjak dari rebahan di kasur menuju kamar mandi.
Menghargai alam
Ketika kamu keluar rumah tapi tetap menjauhi kerumunan, kemungkinan besar kamu rute yang kamu tempuh ialah padang yang luas, kebun atau hutan dekat kota tinggalmu. Sembari berjalan menyusuri area yang mungkin saja sudah pernah kamu jalani, kali ini kamu mengamati secara lebih seksama. Kamu mulai menemukan keindahan alam. Tentu saja, tetap hindari menyentuh wajahmu. Kamu tidak pernah tahu ada jejak carrier Corona sebelumnya disana.
Menikmati kesendirian
Meski kedengarannya mudah, ternyata bagi kebanyakan kita berdiam diri dan tetap tenang itu luar biasa susahnya. Terutama bagi kaum ekstrovert (baik yang mengaku ekstrovert maupun mengaku introvert), sendiri itu melelahkan dan kesepian. Itu sebabnya social distancing (pembatasan sosial) menjadi tantangan tersendiri. Ini momen yang tepat untuk lebih kenal dekat dengan diri sendiri. Kamu bisa belajar untuk menyibukkan diri. Karena sekedar menonton serial film secara maraton atau bermain game seharian tidak lagi cukup, kamu dituntut untuk melakukan hal lain. Terimalah. Tubuh dan pikiranmu sekarang berada di rumah dan kamu harus belajar menikmati dan mencintai situasi itu.
Mulailah menulis kembali. Belajar lagi meditasi. Ulang kembali tarian Salsa yang dulu sempat kau gemari tapi tak tuntas. Ulik lagi lagu-lagu yang sejak dulu kamu penasaran bagaimana cara memainkannya. Atau, cintai tubuhmu dengan menyediakan waktu tidur yang cukup sebagai ganti dari masa begadangmu dulu.
Itulah beberapa pelajaran penting secara umum yang bisa kita ambil dari pandemi global COVID-19 ini. Mana pelajaran yang pas buatmu?
Repetitio est mater scientiarum (Pengulangan/latihan adalah induk/awal dari semua pengetahuan). Pepatah Latin ini berlaku sepanjang masa. Ingat ya: Pengulangan alias repetisi.
Kamu senang belajar Bahasa Inggris dan ingin cepat menguasai vocabulary drill? Ya catat kosakata yang ingin dikuasai, ucapkan, rekam yang kamu ucapkan lalu kamu dengar kembali bunyi dari pronounciation yang kamu hasilkan. Tanpa itu, sebanyak apapun kosakata yang disimpan dalam kepala, tidak akan menghasilkan apa-apa. Kemampuanmu berbahasa Inggris akan begitu-begitu saja. Karenanya, ucapkan dan ucapkan lagi. Sebab fitrah dari bahasa adalah untuk digunakan dalam percakapan. Just like every language, English is to speak. Loh, tapi katanya tadi ada cara cepat? Ya itu, cara paling cepat ya berlatih terus-menerus. Tidak ada pilihan lain.
Kamu sedang kesengsem dengan lagu barunya Ardhito, Fiersa Besari atau Willy Hutasoit dan ingin cepat menguasai akor gitarnya supaya kamu bisa menyanyikannya sembari bermain gitar? Ya catat liriknya dan akornya, nyanyikan dan strum gitarmu, rekam yang kamu lakukan lalu kamu dengar kembali bunyi yang kamu hasilkan. Tanpa itu, sesering apapun kamu mendengar lagu kesukaanmu itu, tidak akan menghasilkan apa-apa. Kamu akan tetap menjadi pendengar saja. Karenanya, nyanyikan dan nyanyikan lagi. Mainkan dan mainkan lagi gitarmu. Sebab fitrah dari lagu adalah untuk dinyanyikan. Just like every song, your favourite song is to sing. Loh? Tapi katanya cara cepat. Ya itu, cara paling cepat ya berlatih terus-menerus. Tidak ada pilihan lain.
Begitulah kodrat dari belajar, terutama untuk belajar seni. Dalam versi Inggris, perlunya latihan/repetisi terus menerus ini secara linguistik tampak dalam terjemahan pepatah di awal tadi. Maksudnya?
Practise MAKES perfect. (5 huruf)
Tapi,
Practises MAKE perfect.(4 huruf)
Artinya, kalau kamu latihannya hanya sesekali saja (atau yang lebih parah: hanya berlatih kalau ada mood) maka skill yang kamu punya tidak akan berkembang. Kemampuanmu hanya akan berkembang kalau kamu berlatih terus menerus, evaluasi hasilnya, lalu berlatih lagi. Begitu sampai mendekati sempurna.
Pengantar yang lumayan panjang ya.
Nah, hal yang sama juga berlaku untuk latihan bermain teater atau drama.
Bermain teater atau drama adalah aktifitas fisik yang serius. Kurang lebih sama dengan berolahraga. Ketika kita bermain bola, kita perlu melakukan latihan pemanasan yang benar supaya hasilnya baik dan terhindar dari cedera. Hal yang sama juga berlaku sebelum melakukan pertunjukan atau sebelum masuk ke dalam naskah yang akan dibawakan dalam suatu pertunjukan teater atau drama. (Sebenarnya drama dan teater punya kekhasan masing-masing, tetapi sebagai sama-sama seni peran pola latihannya sama dalam banyak hal).
Ada beberapa teknik latihan dalam teater dan drama yang harus dipahami dan dilakukan. Berikut adalah teknik latihan yang wajib diterapkan.
OLAH NAFAS
Hal yang terpenting dalam suatu pertunjukan teater adalah power dari vokal pemain haruslah kuat. Tenaga yang menghasilkan suara itupun harus kuat. Sumber utama kekuatan suara terdapat pada pernafasan.
Loh? Kita belajar bernafas lagi, gitu? Bukannya sejak bayi kita sudah tau caranya bernafas? Benar. Tetapi teknik pernafasan yang benar dapat memberikan kekuatan suara yang besar dan menghindari kerusakan pada tenggorokan. Jadi, kita memang harus belajar bernafas lagi.
Ada 3 cara untuk melakukan pernafasan, yaitu pernafasan dada, pernafasan perut, dan pernafasan diafragma.
Pernafasan dada dilakukan dengan memasukkan udara ke paru-paru yang ditandai naiknya bahu dan membusungnya dada.
Pernafasan perut dilakukan dengan memasukkan udara ke perut yang ditandai bertambahnya volume pada bagian perut.
Pernafasan diafragma dilakukan dengan memasukkan udara ke diafragma, diafragma terdapat di antara dada dan perut. Untuk melakukan hal ini dibutuhkan latihan, karena bahu, dada, dan perut tidak boleh bergerak.
Cara yang benar saat melakukan pernafasan untuk teater adalah dengan pernafasan diafragma. Megan Riehl, Dokter Psikologi Klinis dari Michigan Medicine sudah berbaik hati memberikan tutorial praktek pernafasan diafragma lewat video Youtube ini. Ingat, ditonton ya. (Kalau kamu merasa perlu dengan kata-katanya, nyalakan subtitle-nya dalam Bahasa Indonesia)
Pernafasan diafragma dianggap benar apabila pada bagian diafragma menjadi keras. Dengan memasukkan dan mengeluarkan udara dari bagian diafragma, semakin lama bagian ini akan terasa nyeri, maka latihanmu sudah benar. Berhentilah sejenak hingga rasa nyeri hilang. Lakukan beberapa kali hingga kamu mampu menguasai teknik ini dengan benar.
Latihan pernafasan diafragma ini sangat berguna bukan hanya untuk latihan teater dan drama karena metode yang sama juga dilakukan jika kamu ikut extrakurikuler Paduan Suara, bahkan latihan bernyanyi secara umum.
OLAH VOKAL
Setelah kamu benar dalam melakukan olah nafas, barulah kamu dapat melatih vokal. Latihan vokal dilakukan dengan mendorong udara dari diafragma keluar melalui mulut tanpa tertahan pada tenggorokan.
Tahap Pertama, dengan satu tarikan nafas, keluarkan udara tanpa mengeluarkan suara (huruf vokal / konsonan). Usahakan udara yang keluar tidak tertahan pada tenggorokan. Dengan satu nafas kamu dapat mengeluarkan beberapa kali udara dari diafragma. Cara mudahnya, sebutkan huruf A tanpa bersuara berkali-kali dengan satu kali tarikan nafas.
Tahap Kedua, dengan cara yang sama seperti tahap pertama. Yang membedakan adalah kali ini sebutkan huruf vokal (A I U E O) dengan satu tarikan nafas. Lakukan berulang-ulang sampai diafragma terasa nyeri. Jika sudah terasa nyeri, berhentilah sejenak dan atur nafas Anda.
Tahap Ketiga, dengan cara yang sama seperti tahap sebelumnya. Tambahkan huruf konsonan pada latihan Anda. Sebutkan A – Z dengan satu tarikan nafas. Lakukan berulang-ulang sampai diafragma terasa nyeri. Jika sudah terasa nyeri, berhentilah sejenak dan atur nafas Anda.
Teman kita ini dengan sukarela membuat video tutorial yang lebih lengkap. Tonton dan praktekkan.
Ingat! Usahakan pada saat latihan olah nafas kamu sudah melakukannya dengan benar untuk menghindari sakit pada tenggorokanmu.
OLAH SUKMA/RASA
Tahap latihan ini berkesan sangat simpel dan sederhana. Namun inti dari latihan ini saat luas. Olah sukma/rasa dilakukan dengan cara meditasi selama minimal 10 menit. Usahakan pikiranmu tidak kosong, berusahalah tetap fokus. Dengarkan suara-suara di sekitar Anda, dari yang paling dekat hingga yang paling jauh. Buang semua hal-hal negatif pada diri Anda, masukkan hal-hal positif ke dalam diri Anda. Aturlah nafas senyaman mungkin. Usahakan jangan ada gerakan sekecil apapun.
Kamu bisa gunakan musik pengantar meditasi dari Taize, Kitaro dan lain-lain jika dirasa perlu. Atau, kalau kamu mau tetap stay di blog ini, gunakan video Balinese Fingerstyle dari Alif Ba Ta, sang maestro fingerstyle Indonesia ini.
Pada tahap ini dimaksudkan agar kamu dapat fokus pada karakter yang akan kamu mainkan, fokus terhadap suatu hal, peka terhadap sekitar Anda, peka terhadap lawan main Anda.
OLAH PIKIR
Olah pikir dapat dilakukan dengan cara berkumpul bersama pemain yang lain, berbincang santai hingga menyamakan persepsi. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menyelaraskan pemikiran seluruh pemain dan tim produksi agar pertunjukan berjalan sesuai dengan keinginan bersama. Dengan menyamakan persepsi, kamu dapat membaca situasi ketika terjadi kesalahan dalam suatu pertunjukan dan dapat membaca sifat dari lawan main Anda. Olah pikir ditujukan agar kamu dapat berkomunikasi dengan lawan mainmu tanpa melakukan dialog atau kontak fisik. (Berhubung blog ini ditulis dalam situasi Learn from Home akibat wabah pandemi COVID-19, maka saat ini tidak dianjurkan untuk berkumpul ramai-ramai. Kamu tetap bisa melakukannya tentu dengan mengindahan kaidah social/physcal distancing dari Pemerintah).
OLAH TUBUH
Tahap olah tubuh dibagi menjadi 2, yaitu:
Mimik, adalah gerak wajah untuk menunjukkan keadaan/sifat dari karakter yang sedang dimainkan, dan agar pesan yang disampaikan dapat diterima penonton dengan mudah. Latihan mimik dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan senam wajah. Caranya dengan menarik seluruh bagian wajah ke atas, lalu ke kanan, kemudian ke bawah, ke kiri, ke depan, danb terakhir ke dalam. Hal ini bertujuan agar mimik wajamu menjadi lentur dan dapat dengan mudah menyampaikan pesan dari mimik wajah karakter yang kamu mainkan. (Lihat kembali video latihan Olah Vokal di atas)
Gestur, adalah gerak tubuh untuk menunjukkan keadaan/sifat dari karakter yang sedang dimainkan, dan agar pesan yang disampaikan dapat diterima penonton dengan mudah. Latihan gestur dimulai sejak melakukan pemanasan, kemudian ditambah dengan beberapa gerakan aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Latihan ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keinginan masing-masing pemain. Sebuah film singkat karya Aldi Kasyifurrahman yang memuat latihan penting tari kontemporer di bawah ini bisa kamu jadikan inspirasi untuk latihan gestur.
Itu tadi 5 tahap latihan dasar teater dan drama yang wajib kamu tahu. Usahakan melakukan seluruh tahap dengan benar agar terhindar dari cidera. Lakukan tahap latihan dengan waktu minimal 1 jam tiap tahap untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Pagi sebentar lagi
Kau diam dan menanti
Tak bisa kujelaskan
Yang mendesakku di dalam
Perasaan terselip harapan
Dan langit mulai menerang
I wanna be with you
For the rest of my life
Kau bawa cahaya
Dalam hidupku
Tak cuma hari ini
Kuingin selamanya
Menanti pagi tiba
Berdua
Kuberanikan diri
Memecah sunyinya pagi
Mengungkap yang tak terucap
Yang lama diam di hati
Perasaan terselip harapan
Dan langit mulai menerang
I wanna be with you
For the rest of my life
Kau bawa cahaya
Dalam hidupku
Tak cuma hari ini
Kuingin selamanya
Menanti pagi tiba
Berdua
Menanti pagi tiba
Berdua
Menanti Pagi menjadi buah dari lanjutan dari trend melankolia musik dewasa ini. Yang unik ialah bahwa lagu ini diciptakan oleh Arash Buana, seorang musisi pop muda yang baru saja menginjak usia 15 tahun. Ternyata usia yang masih dini tidak menghalanginya untuk menciptakan lagu yang enak didengarkan. Lagu yang diliris pada 8 Maret 2019 ini menjadi tambahan bukti bahwa industri musik tanah air terus melahirkan talenta muda berbakat. Karir panjang di bidang musik untuk seorang soloist pria masih menanti Arash Buana. Tentu saja ini hanya berhasil kalau ia mampu mengasah nyali dan ilmu di tengah ramainya industri musik tanah air dengan ribuan musisi yang terus berlomba menyajikan karya terbaik mereka.
Berbeda dari single sebelumnya yang pernah diciptakan oleh Lale, Hilman, Nino “Di Dekatmu” pada tahun 2017, “Bermain Bola” 2014 dan “Menunggu” 2016 ciptaan Arash sendiri menguatkan image Arash selain bernyanyi, yakni juga seorang komposer lagu.
Pada single kali ini remaja yang pernah beberapa kali membintangi beberapa film, sinetron, iklan, presenter televisi hingga drama musikal ini butuh waktu hingga satu tahun untuk menciptakan lagu “Menanti Pagi” mulai dari komposisi lagu, arasemen gitar hingga lirik nya. Awalnya Arash menulis liriknya dalam bahasa Inggris. Kemudian diterjemahkan oleh Dewi Lestari, seorang penyanyi, pencipta lagu sekaligus penulis buku yang tak perlu diperkenalkan lagi. Pada proses penggarapannya “Menanti Pagi” dibantu oleh Ade Alfiansyah, Rifandi Rusli selaku Executive Producer dan Ikay selaku ANR dan Music Producer Alfa Records.
“Menanti Pagi” secara garis besar bercerita tentang seorang pria yang sudah lama memendam rasa cinta kepada seorang wanita namun tidak berani untuk mengutarakan. Akhirnya di suatu hari menjelang pagi, sang pria berani menyatakan cintanya dan ingin menanti pagi bersama sang wanita selamanya.
Disadur seperlunya dari tulisan Abrifaldo Sumbayak, siswa XII IPS 1 SMA Budi Mulia Pematangsiantar T.A. 2019-2020
”The Sound of Silence”dinyanyikan oleh duo legendaris Amerika, Simon dan Garfunkel. Lagu inilah yang mengantarkan mereka ke tangga kepopuleran mereka. Seperti ditulis ‘Wikipedia, The Sound of Silence (SOS) ditulis pada bulan Februari 1964 oleh Paul Simon, dan diproduseri oleh Tom Wilson dan Teo Macero. Saking populernya, SOS dinyanyikan dalam banyak versi yang berbeda.
Pentatonix
Gerard Lenorman
(Dengan judul yang sama dalam bahasa Prancis ‘Chanson d’innocence’)
Michael Castalado
(Tua Immagine dalam albumnya ‘Aceto’, yang diparafrase sebagai sebuah tribute untuk sosok Marlyn Monroe)
Tak ketinggalan pula suara menggelegar versi rock-metal dari si botak Disturbed, David Draiman.
… dan banyak versi lainnya.
Mengapa Sound of Silence?
Lagu ini dibawakan dengan kunci dasar D Minor, dilengkapi dengan progresi akor sederhana yang khas untuk versi harmoni dua nada karena dimaksudkan untuk dinyanyikan secara duet (Simon dan Garfunkel). Dilihat dari komposisi liriknya, lagu ini terdiri dari 5 versi yang di gambungkan menjadi satu. Sehingga pola lagu tersebut terkesan berulang dengan tempo, dan nada yang sama di setiap versinya. Dibandingkan dengan lagu populer mereka lainnya, yaitu ” Bridge Over Troubled Water”, SOS hanya menduduki posisi kedua karena awalnya hanya diiringi dengan gitar akustik sehingga banyak orang terkesan jenuh dengan pembawaan lagu dengan musikalitas sederhana.
Di kemudian hari, ternyata musik yang sederhana tetapi berisi mendapat tempat yang semakin besar di hati dan teliga banyak penikmat nada.
Dari antara hanya sedikit lagu legendaris lainnya, SOS berhasil mendapat tempat di hati para penikmat balada antargenerasi. Mulai dari opa-opa yang nongkrong di kafe sembari menenangkan diri untuk tidak larut dalam trauma post-power syndromme akibat pensiun hingga seorang Natan Gilbert Sinaga, murid SMA yang memilih lagu ini sebagai objek kajian ketika Saya tugasi menuliskan sebuah kritik seni.
Mengapa demikian. Coba kita simak liriknya.
Hello darkness, my old friend
I’ve come to talk with you again
Because a vision softly creeping
Left its seeds while I was sleeping
And the vision that was planted in my brain
Still remains
Within the sound of silence
In restless dreams I walked alone
Narrow streets of cobblestone
‘Neath the halo of a street lamp
I turned my collar to the cold and damp
When my eyes were stabbed by the flash of a neon light
That split the night
And touched the sound of silence
And in the naked light I saw
Ten thousand people, maybe more
People talking without speaking
People hearing without listening
People writing songs that voices never share
And no one dared
Disturb the sound of silence
“Fools, ” said I, “You do not know
Silence, like a cancer, grows
Hear my words that I might teach you
Take my arms that I might reach you”
But my words, like silent raindrops fell
And echoed in the wells, of silence
And the people bowed and prayed
To the neon god they made
And the sign flashed out its warning
In the words that it was forming
And the sign said, “The words of the prophets are written on the subway walls
And tenement halls”
And whispered in the sounds of silence
Kecemasan Abad Ini
Beberapa penulis menuturkan bahwa lagu ini ditulis untuk mengenang kejadian yang menimpa warga AS dan dunia pascapembunuhan John F. Kennedy pada tahun 1963. Lihatlah makna yang tersirat pada bagian ini:
Hello darkness, my old friend. I’ve come to talk with you again
Kata-kata yang sungguh melambangkan kesepian yang gelap.
Atau,
In restless dreams I walked alone. Narrow streets of Cobblestone
Simon dan Garfunkel benar-benar serius menggambarkan kehidupan masyarakat disana yang sangat rumit dan sulit setelah presiden mereka dibunuh secara misterius, menyusul berbagai revolusi tradisi dan fenomen post-modernisme yang membingungkan banyak orang.
Pandemi Covid-19: SAAT YANG TEPAT UNTUK KEMBALI MENYANYIKAN Sound Of Silence
Kebanyakan lagu yang ditulis Paul Simon sangat personal. Akan tetapi dia berhasil membuatnya sedemikian rupa sehingga tidak terkesan mengasihani diri sendiri. Misalnya, The Boxer ditulis ketika dia benar-benar mengalami sulitnya mencari nafkah di dunia musik, membuat liriknya relevan bagi siapapun yang sedang kesulitan mencari pekerjaan yang layak bagi dirinya dan keluarganya. Kaum pengangguran, misalnya.
Di SOS, Simon menggambarkan kemarahannya terhadap perasaan terasing akibat fenomena dunia post-modern (posmo). Pembunuhan atas Kennedy adalah salah satu pemicunya. Simon melihat situasi keterasingan ini sebagai hasil dari ketidakmampuan manusia untuk berkomunikasi secara efektif satu sama lain. Ditambah lagi dengan sikap menerima begitu saja pendapat atau opini yang disajikan oleh media massa. Semua ini bermuara para prinsip mencari kesenangan sendiri, atau lingkaran kecil sendiri, tanpa perduli pada banyak orang.
SOS mengutip ayat biblis ini:
And in the naked light I saw ten thousand people maybe more.
Ini adalah gambaran tentang ketidakmampuan dan ketidakmauan kita untuk berkomunikasi secara sungguh-sungguh, satu sama lain.
Lanjutnya:
People talking without speaking. People hearing without listening. People writing songs that voices never shared.
(Orang ngomong tetapi tak ada pesan yang disampaikan.
Orang mendengar tetapi tidak menyimak.
Banyak lagu ditulis, tapi tak menyuarakan aspirasi apapun).
Lagu ini seakan berteriak kencang di telinga orang-orang – yang melihat situasi tidak manusiawi ini – tapi tak mau melakukan apapun. Semacam mentalitas “don’t rock the boat”:
No one dared disturb the sound of silence.
Seakan memandang semua kejadian di depan mata bak seorang pengamat, si penyanyi memang melihat apa yang sedang terjadi tapi tak berdaya untuk menyuarakan kegelisahannya. Orang tak mendengarkannya sebab ia hanya bunyi dari kesunyian:
“Fools!”, said I. “Do you not know silence like a cancer grows? Hear my words. So I might teach you. Take my arms. So might reach you.” But my words like silent raindrops fell.
Tanpa mengesampingkan banyak penyebab dari semua malapetaka yang menimpa kita dewasa ini, meniru Paul Simon, Garfunkel dan Ebiet G. Ade, saatnya mengakui bahwa memang benar kita banyak kesalahan. Kesalahan yang mesti kita perbaiki. Situasi sulit sekarang ini, secara khusus akibat pandemi COVID-19 yang telah merenggut nyawa banyak manusia di berbagai belahan dunia, adalah saat yang tepat untuk berdiam diri, merenungkan dalam hening. Demikian sehingga suara dari kesunyian terdengar, kita pun semakin mawas dan jeli terhadap tanda-tanda zaman.
And the people bowed and prayed to the neon god they made.
Sang Narator Besar (pada lagu ini, dan balada-balada lainnya yang sudah dan akan terus ditulis orang) tampaknya ingin mengingatkan kita bahwa jika tetap membiarkan semua kesalahan ini (baca: kebobrokan individu dan sistem, sikap koruptif, individualisme ekstrim, menjual ayat dan mayat demi kuasa, masa bodoh dengan nasib orang lain), maka kita sedang berjalan menuju kehancuran.
[Verse]
G D Bm Am
Tak kusangka..semua seperti ini
G D Am D
Semua yang indah berubah jadi sirna
G D Bm Am
Tak habis pikir..kau tega seperti ini
G Am C D
Meninggalkan aku tanpa suatu kepastian
Am
Ku hanya bisa berharap
G
Kau bahagia disana
C
Dengan dia pilihanmu
D
Walau dia sahabatku
[Refrain]
C D
Biar aku yang pergi
G Em
Biar aku yang tersakiti
Am G
Biar aku yang berhenti
D
Berhenti mengharapkanmu
C D
Oh Tuhan kuatkan aku
G Em
Menerima semua ini
Am G
Jika dia memang untukku
C D G
Kuharap kembalikan dia padaku
[Interlude]
G Am Em D
[Verse]
Am
Ku hanya bisa berharap
G
Kau bahagia disana
C
Dengan dia pilihanmu
D
Walau dia sahabatku
[Refrain]
C D
Biar aku yang pergi
G Em
Biar aku yang tersakiti
Am G
Biar aku yang berhenti
D
Berhenti mengharapkanmu
C D
Oh Tuhan kuatkan aku
G Em
Menerima semua ini
Am G
Jika dia memang untukku
C D G
Kuharap kembalikan dia padaku
[Interlude]
C D G Em
Am G D E
[Refrain]
D E
Biar aku yang pergi
A F#m
Biar aku yang tersakiti
Bm A
Biar aku yang berhenti
E
Berhenti mengharapkanmu
D E
Oh Tuhan kuatkan aku
A F#m
Menerima semua ini
Bm A
Jika dia memang untukku
D E A
Kuharap kembalikan dia padaku
[Refrain]
D E
Biar
yang berhenti
E
Berhenti mengharapkanmu
D E
Oh Tuhan kuatkan aku
A F#m
Menerima semua ini
aku yang pergi
A F#m
Biar aku yang tersakiti
Bm A
Biar aku Bm A
Jika dia memang untukku
D E Bm A F#m
Kuharap kembalikan dia padaku…
D E A
Oh Tuhan kembalikan dia padaku..
Biar Aku yang Pergi dinyanyikan oleh Alvaro Maldini Siregar. Lagu yang ditulis oleh Aldy Maldini dan Aan Story (arr. Jeffrey Stefanus dan Aan Story) ini dirilis pada tanggal 4 Juni 2017 melalui akun Youtube Aldy Maldini. Diterbitkan oleh PT EKSIS BANGET INDONESIA, Biar Aku yang Pergi merupakan single kedua dari Aldy, dimana single pertamanya berjudul Terimakasih Sahabat.
Video lirik berdurasi 4:07 ini menceritakan seorang laki-laki dan sahabatnya yang menyukai satu perempuan yang sama. Dalam lagu tersebut, dia harus merelakannya karena gadis impiannya lebih memilih sahabatnya. Dia berharap agar perempuan tersebut bahagia bersama pilihannya. Walaupun begitu, ia juga berharap kepada Tuhan, bila gadis tersebut adalah jodohnya, mereka dapat dipertemukan kembali.
Tema dari lagu ini yaitu tentang pengalaman cinta yang dialami oleh sang pengarang. Proses kreatif dari single ini pun menyisakan cerita yang seru. Suara musik diatur seakan mengikuti suasana yang sedih. Pada lirik “ku hanya bisa berharap, kau bahagia disana, dengan dia pilihanmu, walau dia sahabatku” nada yang tegas seakan meyakinkan pendengar akan harapan pengalaman cintanya. Divisualkan pula Aldy yang sedang bersedih, berusaha menerima kenyataan yang terjadi. Begitu dramatis, membuat pendengarnya sampai terbawa-bawa dalam suasana keadaan. Dengan warna dominan abu-abu yang mengambarkan kegalauan hati seseorang, rasanya pendengar cukup mudah memahami perasaan seorang lelaki yang berjuang menerima kenyataan cinta yang pahit.
Lirik lagu yang banyak berhubungan dengan kisah cinta remaja pada umumnya, dipadu dengan sound effect dan musikalitas mendayu-mendayu menjadi salah satu alasan mengapa lagu ini cepat mendapat tempat yang khusus di hati para remaja.
Disempurnakan dari tulisan Corry S Tobing, siswi XII IPA 5 SMA Budi Mulia Pematangsiantar T.A. 2019-2020
Pagi tadi aku masih menangis
Ada rasa yang tak kunjung mati
Ada seseorang di atasku
Menahan semua rasa malu
Sempat kuberpikir masih bermimpi
Dua Empat Tujuh tanpa henti
Matahari dan bulan saksinya
Ada rasa yang tak mau hilang
Aku takut sepi. Tapi yang lain tak berarti
Katanya mimpiku kan terwujud
Mereka lupa tentang mimpi buruk
Tentang kata “Maaf, sayang aku harus pergi.”
Sudah kuucap semua pinta
Sebelum kumemejamkan mata
Tapi selalu saja kamu tetap harus pergi
Sempat kuberpikir masih bermimpi
Bertahun berlanjut tanpa henti
Kulitmu yang memudar saksinya
Tetap rasaku tak pernah hilang
Aku takut sepi tapi yang lain tak berarti
Katanya mimpiku kan terwujud
Mereka lupa tentang mimpi buruk
Tentang kata “Maaf, sayang aku harus pergi.”
Sudah kuucap semua pinta
Sebelum kumemejamkan mata
Tapi selalu saja kamu tetap harus pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu tak kembali
Katanya mimpiku akan terwujud
Mereka berbohong, mimpiku tetap semu
Lagu berjudul “Rumpang” ini diciptakan dan dinyanyikan langsung oleh Nadin Amizah yang merupakan single pertamanya. Sebelumnya pada tanggal 21 Juni 2018, versi live lagu “Rumpang” diunggah di akun Youtube Nadin dalam bentuk video. Dan karena tingginya permintaan dari para pendengar untuk versi rekam studio, maka lagu “Rumpang” versi studio akhirnya dirilis pada 14 september 2018 di berbagai layanan streaming digital audio seperti Spotify, Joox, Apple Music, Deezer.
Petikan gitar akustik terdengar begitu mendominasi di sepanjang lagu, berpadu apik dengan suara lembut Nadin yang mampu membius pendengar. Alunan lagu yang sayup-sayup terdengar menyayat, semakin membuat kesan dalam video ini sangat dalam.
Lagu ini menceritakan tentang seseorang yang merasa tidak lengkap setelah ditinggal yang tercinta dan tidak bisa mengisi kekosongannya dengan pengganti lain yang sesuai dengan makna kata “rumpang”. Dalam musik videonya, ditampilkan seorang anak kecil yang selalu bermain dengan bonekanya, hingga menjelang akhir cerita boneka itu berubah menjadi sesosok ibu. Dan di awal video juga terlihat anak itu menggunakan garpu yang giginya tidak lengkap.
Tokoh anak di dalam video musik ini mewakili seseorang yang ditinggal oleh orang tercinta, salah satunya adalah ibu. Karena seorang anak yang kehilangan ibunya adalah hal paling menyedihkan. Anak kecil masih membutuhkan bimbingan dari serang ibu.
Lirik pada lagu ini pun ditulis dengan cantik. Saya tertarik pada lirik “Aku takut sepi, tapi yang lain tak berarti”. Menurut saya itu bermakna, sebenarnya banyak orang yang akan menemani, mencoba menghibur, berusaha memahami dan mengeti. Apapun kata orang untuk menghibur saat kehilangan, terasa bagai angin lalu, seperti omong kosong.
Karena yang pergi tak kembali.
Yang diinginkan tidak akan terjadi.
Dibandingkan dengan lagu Nadin yang lain seperti “All Good” yang bergenre pop EDM, Nadin lebih cocok membawakan lagu bergenre folk seperti “Rumpang” ini. Karena vibra yang dimilikinya cocok untuk membawakan lagu melow dan santai. Namun, lagu “All Good” juga tetap enak untuk didengar.
Penulis: Cherine Yaresya, siswi XII IPA 1 SMA Budi Mulia Pematangsiantar TA 2019-2020
Rasanya pemerhati blantika musik Indonesia tidak asing lagi dengan Andmesh Kamaleng. Setelah lagu Cinta Luar Biasa, Hanya Rindu, Nyaman dan Jangan Ubah Takdirku, kini Andmesh Kamaleng kembali menciptakan lagu baru dengan judul Ku Mau Dia. Pertama kali dipublikasikan ke publik pada Rabu tanggal 22 November 2019 di halaman Youtube Hits Records, lagu ini sudah ditonton lebih dari 24 juta kali.
Liriknya menceritakan tentang perjuangan cinta yang terhalang banyak perbedaan. Namanya juga sudah saling cinta, ya perlu diperjuangkan meskipun ada perbedaan yang menghadang. Supaya para pembaca mempunyai sedikit gambaran, berikut ini saya akan tuliskan lirik lengkapnya.
Kumau Dia
Oooh…
Kuharap semua ini bukan sekedar harapan
Dan juga harapan ini bukan sekedar khayalan
Biarkan ‘ku menjaganya sampai berkerut
Dan putih rambutnya jadi saksi cintaku padanya
Tak main-main hatiku
Apapun rintangannya kuingin bersama dia
Kumau dia, tak mau yang lain
Hanya dia yang s’lalu ada kala susah dan senangku
Kumau dia, walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku
Biarkan ku menjaganya sampai berkerut
Dan putih rambutnya jadi saksi cintaku padanya
Tak main-main hatiku
Apa pun rintangannya kuingin bersama dia
Kumau dia, tak mau yang lain
Hanya dia yang s’lalu ada kala susah dan senangku
Kumau dia, walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku
Bukan ku memaksa, oh, Tuhan
Tapi kucinta dia
Kumau dia
Kumau dia
Dan hanyalah dia
Aku mau dia, tak mau yang lain
Hanya dia yang s’lalu ada kala susah dan senangku
Kumau dia, walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku
Bukan ku memaksa, oh, Tuhan
Tapi kucinta dia
Kumau dia
Hanyalah dia, Tuhan
Kucinta dia
Siapa Andmesh?
Andmesh kamaleng merupakan salah satu penyanyi dari Timur yang memiliki suara yang unik dan khas. Karna keunikan dan kekhasan suaranya maka Andmesh Kamaleng kini banyak masuk nominasi penghargaan bergengsi. Pada tahun 2019 dia masuk kedalam kategori Best Asian Artist Indonesia di MNET Asian Music Awards (MAMA) yang berlangsung di Nagoya Dome, Nagoya, Jepang pada 4 Desember 2019. Saat itu Andmesh – yang tidak bisa datang di acara tersebut – tidak menyangka bahwa dia akan memenangkan penghargaan internasional prestisius tersebut. Tidak hanya itu, Andmesh juga mendapat penghargaan musik tertinggi di tanah air dalam kategori Artis Solo Pop Pria Terbaik di Anugerah Musik Indonesia 2019 . Hingga kini, kariernya semakin naik daun.
Analisis Formal
Saya tertarik dengan Kumau Dia karena lagu ini tidak hanya mengartikan tentang perjalanan cinta dua orang muda-mudi yang berbeda agama saja, tetapi banyak arti lain yang dapat ditafsirkan dari lagu ini. Selain kosakatanya yang khas tetapi tetap mudah dimengerti, alunan musiknya sangat menyentuh hati para pendengarnya.
Kumau Dia menggunakan nada dasar C dengan intro C F G. Berikut chord lengkapnya.
C Cmaj7 F
kuharap semua ini bukan sekedar harapan C Cmaj7 F
dan juga harapan ini bukan sekedar khayalan Am G C
biarkan ku menjaganya sampai F
berkerut dan putih rambutnya F G Am
jadi saksi cintaku padanya C
tak main-main hatiku Bb F G
apapun rintangan yang ku ingin bersama dia
Reff :
C F G ku mau dia tak mau yang lain C F hanya dia yang selalu ada Am G kala susah dan senangku
Temponya santai sehingga para penikmat lagu yang sedang mendengarkan lagu ini dapat dengan mudah menerima pesan apa yang disampaikan. Dinamika suara yang khas milik Andmesh membuat Kumau Dia mendapat tempat khusus di hati penggemarnya.
Kumau Dia sekali lagi mengisahkan cinta beda agama yang sering kita jumpai di negara ini. Dua orang yang saling tulus mencintai tetapi terhalang karena berbeda agama, dan tetap tidak mau berpisah. Kumau Dia mengikuti jejak lagu sebelumnnya dari Andmesh. Sebut saja misalnya Hanya Rindu. Bahasa liriknya sama-sama padu, sederhana tetapi meninggalkan memori yang kuat di telinga dan hati pendengar, lalu menyanyikan kisah yang relate dengan banyak orang. Lagi-lagi hal ini menegaskan bakat dan kemampuan Andmesh sebagai penyanyi sekaligus pencipta lagu.
Terus, Mau Apa dengan Kumau Dia?
Dari segi iringan musik, baik Kumau Dia maupun Hanya rindu memiliki ritme sedang dan nyaman didengar. Video klip yang dibuat untuk membumbui lagu tersebut juga sangat menarik, pesan visualnya mudah ditangkap. Ditambah lagi dengan paduan rapi antara scene dalam video musiknya.
Jika hendak memberi saran, barangkali ialah supaya Andmesh mencoba menggunakan bahasa kiasan dalam kemasan yang baru sembari tetap konsisten menyajikan makna yang kuat dan tegas lewat kosakata yang sederhana. Entah seperti apa caranya, tetapi penyair akan selalu menemukan lirik dan arti.
Pesan Moral
Menurut Saya pribadi sebagai anak milenial, seharusnya percintaan antardua insan beda agama ini sudah tidak terlalu dipermasalahkan karena pada zaman yang sudah sangat maju sekarang ini kita tetap dapat melangsungkan pernikahan meskipun dengan syarat dan ketentuan yang masih cukup rumit.
Dikutip seperlunya dari tulisan Elwanindo Damanik, siswa XII IPA 1 SMA Budi Mulia Pematangsiantar TA 2019-2020
Hendra Gunawan adalah salah satu seniman lukis Indonesia. Dia pernah ditahan selama 13 tahun dimulai pada tahun 1965 hingga 1978. Selama didalam penjara beliau tetap berkarya membuat lukiasan bertema tentang kehidupan masyarakat pedesaan pada zamannya, seperti panen padi, berjualan buah, kehidupan nelayan. Ada salah satu karyanya yang berjudul “mencari kutu rambut” yang dibuat pada tahun 1953. Subject matter yaitu seorang wanita yang sedang duduk mencari kutu wanita lainnya yang tengah memangku anak perempuanya yang memegang wayang. Lukisan ini dibuat dengan media cat minyak diatas kanvas dengan ukuran 84cm x 65cm.
Dalam lukisan “mencari kutu rambut” nampak Hendra menampilkan dua sosok wanita dewasa dengan memakai baju kebaya sederhana dengan rok menggunakan jarik, dan satu anak kecil yang sedang memegang wayang dengan dipangku salah seorang wanita dewasa. Wanita yang sedang mencari kutu menggunakan baju berwarna biru keputihan yang warnanya hampir sama dengan warna backgroun yang ingin ditampilkan dengan motif titik-titik berwarna-warni, dengan menggunakan rok dari jarik warna coklat, dengan rambut diikat.
Ekspresi wanita tersebut terlihat serius mencari kutu pada wanita yang kedua. Wanita yang kedua memakai baju kebaya sederhana juga berwarna putih dengan motif, dan menggunakan jarik dengan warna coklat namun hampir sama dengan warna tanah yang ditampilkan, wanita kedua terlihat rambutnya terurai panjang menandakan bahwa dia yang sedang dicari kutu rambutnya. Tanganya sedang memegang kapala anak kecil dengan rambut agak pendek dengan baju berwarna merah muda yang memegang sebuah wayang. Kemudian background berwarna biru dan terlihat seperti ada pohon. Lukisan ini cenderung menggunakan warna yang lembut dengan latar yang sederhana. Kemudian warna kulit ketiganya sama, coklat keputihan.
Lukisan yang cenderung bergaya ekspresionis ini menampilkan warna dan latar sederhana. Warna biru pada baju wanita pertama, kemudian warna tanah pada jarik wanita kedua. Kebaya sederhana merupakan pakaian tradisional Jawa yang sering dikenakan oleh wanita-wanita pada kesehariannya, dengan bertapihkan jarik sebagai kombinasi pakaian. Motif kultural Jawa semakin lengkap pada wanita pertama yang mengikat rambutnya sehingga mirip seperti disanggul. Adapun jidat kehijauan pada wanita kedua merupakan sebuah kebiasaan wanita di Jawa yang baru melahirkan. Rambut-rambut panjang yang terurai juga mengesankan bahwa itu wanita jaman dahulu yang masih kental dengan tradisi setempat. Akhirnya, wayang yang sedang dipegang anak kecil sebagai mainan menegaskan bahwa kebiasaan perempuan Jawa memiliki kebiasaan mencari kutu rambut.
Mengisi waktu senggangnya dengan duduk dan mencari kutu pada wanita lainnya, memomong anak kecil, dan kebaya seakan mewakili kebiasaan Jawa yang dipandang perlu untuk menjalin keharmonisan.
“Mencari kutu rambut” adalah ekspresi yang sederhana dan lugas. Gambaran yang jelas mendukung judul sehingga apa yang dipikirkan apresiator tidak jauh-jauh dari judul yang ditampilkan.
Namun ada sedikit yang menjadikan kekurangan.
Pertama, background yang dibuat kurang menampilkan bahwa itu adalah kebiasaan masyarakat pedesaan. Terlalu sederhana dan tidak mendukung subject matter yang ditampilkan. Padahal biasanya orang yang mencari kutu rambut itu duduk didepan rumah.
Kedua, proporsi manusia asli mungkin kurang diperhatikan sehingga untuk kaki wanita kedua cenderung pendek.
Ketiga, warna latar dengan baju wanita pertama itu sedikit membingungkan karna warnanya menyatu, sama seperti warna tanah juga yang disamakan dengan jarik wanita kedua.
Diubah seperlunya dari tulisan William D. Manihuruk, siswa XII IPS 1 SMA Budi Mulia Pematangsiantar TA 2019-2020.
Film Dua Garis Biru adalah sebuah film Indonesia yang dirilis pada tanggal 11 Juli 2019. Film ini disutradarai oleh Gina S. Noer dan diproduksi oleh Starvision Plus. Film yang dibintangi Angga Aldi Yunanda dan Adhisty Zara ini awalnya sempat ditolak oleh sejumlah pihak karena dinilai ‘melegalkan kebebasan’ dalam berpacaran.
Penolakan ini menjadi ironis karena – menurut hemat penulis – justru menunjukkan hakikat sebuah bangsa yang kecanduan moralitas yang hipokrit. Saking kecanduannya, sisi gelap selalu dilihat melulu sebagai sesuatu yang buruk. Orang tidak mau tahu bahwa kerap ada hikmah (silver lining) dari sebuah kisah, termasuk kisah kelam sekalipun.
Pelajaran terbaik tak selalu muncul dari hal-hal baik, tetapi justru sering berasal dari hal-hal buruk.
Film Dua Garis Biru adalah sebuah kisah keluarga. Kisah ini menjadi teramat penting karena kini mulai terjadi pendangkalan keintiman dalam keluarga. Tidak ada manusia yang tiba-tiba muncul dari ruang kosong.
Semuanya selalu berawal dari keluarga. Sayangnya, saat ini definisi berkeluarga sudah sangat menggelisahkan. Berkeluarga disempitkan artinya sebatas sebagai cara untuk memperoleh keturunan, dan sampai disitu saja. Padahal, mestinya keluarga lebih luas dari itu.
Menurut Saya ini film yang sangat bagus. Saya belum pernah menemukan film drama remaja Indonesia yang seperti ini. Mulai dari ide cerita, detil, pengambilan gambar, sampai dialog, semuanya pas dan tidak asal. Semuanya memberikan pesan-pesan tersurat dan tersirat untuk kita para penonton. Kita dibuat terbawa dengan alur cerita dan konflik yang dialami para karakter karena konfliknya sangat relate bagi remaja dan orang tua.
Film ini juga membawa konflik yang menurut saya sangat berani, yaitu sex education (pendidikan seksualitas). Sex education adalah permasalahan yang sangat penting bagi remaja dan orang tua, tetapi topik tersebut selalu menjadi tabu dalam pembicaraan. Orang menganggap bahwa berbicara tentang seksualitas adalah sesuatu yang vulgar. Dua Garis Biru memperlihatkan akibat dari tabu tersebut. Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak mengenai sex education, berbuntut miskinnya literasi tentang seksualitas yang akhirnya menjadi faktor risiko gagalnya orang tua dalam mendidik anak.
Pesan tersebut ditampilakan secara tegas dalam film ketika Bima dan ibunya sedang mengobrol sehabis sholat. Ibunya berkata, “Seharusnya kita sering ngobrol kayak gini.” Ini adalah sebuah tamparan bagi orang tua yang jarang punya waktu untuk mengobrol dengan anaknya.
Film ini memberikan kritik tendensius untuk orang tua. Statistik anak yang hamil di luar nikah tanpa ditanggungjawabi oleh kedua belah pihak (atau menghamili anak orang) cukup signifikan saat ini. Risiko kegagalan tersebut, disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak terutama mengenai sex education. Orang tua selalu melarang anak mereka untuk berpacaran, tetapi tidak pernah memberi penjelasan.
Dua Garis Biru sekali lagi menyadarkan orang tua bahwa tanggung jawab mereka tetap ada, bahkan setelah mereka gagal mendidik anak mereka. Betapapun kecewa orang tua kepada anaknya, mereka akan tetap bertanggung jawab.
Akan tetapi, isi atau makna yang terkandung dalam film ini bisa saja diartikan lain oleh para remaja yang malah termotivasi melakukan hal yang sama seperti Dara dan Bima. Karena cerita ini diangkat dari kisah nyata, berarti remaja ini akan berpendapat bahwa melakukan hal yang sama seperti di film ini tidak seburuk apa yang mereka kira (buktinya kisah Dara dan Bima ini diangkat menjadi film Dua Garis Biru – entah pemikiran macam apa itu)
Namun, terlepas dari itu, film ini sangat patut diapresiasi dari segi visual, timing, dialog, pembawaan karakter antar pemain sangat baik sehingga hampir tak ada celah untuk dikomentari buruk, memiliki sisi positif dan negatif, juga penggambaran suasana yang bukan main. Film ini layak mendapat apresiasi yang pantas dari masyarakat dan juga kritikus yang lain.
Pokoknya, Dua Garis Biru memperi pelajaran tentang “sex education” yang sangat bagus dan wajib ditonton oleh kalangan remaja yang labil dan mudah terbawa pergaulan yang tidak baik.
Diubah seperlunya dari tulisan Paulus Zypo Manik, siswa XII IPA 5 SMA Budi Mulia Pematangsiantar TA 2019-2020